Pergulatan batin tengah kurasakan saat ini. Cita-cita agar anak perempuanku kembali 'mondok' saat SMA nanti berbenturan dengan realita yang kuhadapi.
I need my daughter to accompany me. Hanya karena alasan itu kuminta anakku untuk melanjutkan studi di sekolah umum saat lulus SMP Pesantren nanti.
"Dara SMA-nya di sekolah Ibu aja, ya?" kataku.
"Kenapa, Bu? Bukannya Ibu pingin aku mondok lagi?"
Aku terdiam. Tiba-tiba teringat ucapan anakku setahun silam.
"Ibu... aku ingin kasih Ibu mahkota di surga nanti. Aku pingin hafidz Al Qur'an. Doakan ya, Bu?"
Aku mengangguk dan tersenyum gembira saat itu.
***
Kini, entah mengapa aku tak ingin berlama-lama sendiri. Kuingin anak perempuanku pulang dan berada di sampingku kembali. Aku sangat membutuhkan keberadaannya, tersebab kesendirian yang kurasa sekian lama.
Aku ingin rumahku hangat kembali, aku ingin diamku berakhir dengan senyum ceria lagi. Tawa riang anakku, celoteh lucu anakku, adalah hiburan bagi kepenatan jiwaku.
Akan tetapi...
Aku termangu seorang diri. Jika kuminta anakku pulang, bukankah sama saja aku membuat mimpi indahnya terpenggal?
"Ibu.... aku ingin memakaikan mahkota di kepala Ibu.... doakan aku hafidz Al Qur'an ya, Bu?"
***
Masih ada waktu. Aku akan berpikir dan menimbang-nimbang kembali.
Mondok atau sekolah umum? Semoga aku tak salah dalam mengambil keputusan demi masa depan anakku, demi terjaganya akhlak serta terwujudnya mimpi indah anak kesayanganku....
***
YOU ARE READING
Kumpulan Cerpen
RomanceAku pulang. Kutinggalkan rumah duka Aninda. Kucintai seorang janda dari mendiang sahabat karib, tapi cintaku tertahan di langit-langit. Ia lebih mencintai dokter yang merawatnya, meski cinta itu pun tertahan di atas pusara... Aninda menyerah setelah...