Hubungan, apa pun itu, entah pertemanan, persaudaraan, percintaan bahkan pernikahan, acap menemui riak di perjalanan. Tidak ada hubungan yang selalu mulus tanpa gejolak atau masalah, entah kadarnya kecil atau besar. Sebuah hubungan bisa menjadi semakin erat atau bahkan putus di tengah jalan saat hantaman masalah datang menyerang. Bahkan keterdiaman acap menjadi akhir dari perjalanan sebuah hubungan, meski tanpa masalah serius yang muncul ke permukaan.
Sangat disayangkan saat hubungan putus bahkan berakhir menjadi permusuhan. Dari asing menjadi kenal, dari kenal kembali menjadi asing. Dari senyum dan sapa menjadi diam tak berkata-kata.
Siapa yang berperan dalam berakhirnya sebuah hubungan? Bisa salah satu atau kedua-duanya, atau bahkan pihak ketiga. Jikalau salah satu atau kedua-duanya bahkan yang ketiga menoreh salah hingga memicu suasana tak nyaman, tak bisakah masalah diredam dan diselesaikan? Tentu bisa, sejauh kearifan bersemayam di masing-masing kepala.
Mendiamkan tanpa alasan yang jelas tentu membingungkan. Mengumbar emosi tak terkendali pun bukan langkah yang terpuji. Membuka komunikasi, mengutarakan penyebab tak berkenannya hati, menyampaikan keberatan hingga permintaan maaf tentu sikap yang lebih bijak daripada mengunci diri. Bukankah dalamnya laut bisa diduga, dalamnya hati siapa tahu?
Melanjutkan atau memutuskan sebuah hubungan adalah sebuah pilihan. Menghargai atau mengabaikan nilai-nilai pertemanan, persaudaraan, percintaan bahkan pernikahan pun sebuah pilihan. Tidak ada yang bisa memaksa atas sebuah pilihan, terlebih jika itu menyangkut perasaan.
Mendiamkan atau menjauh demi menjaga perasaan boleh jadi tindakan yang dibenarkan, akan tetapi mendahuluinya dengan sebuah penjelasan agar tak timbul prasangka tentu jauh diutamakan. Sebab adakalanya keterdiaman memicu kegundahan dan rasa bersalah berkepanjangan, bahkan ia menjadi penyebab atas kandasnya sebuah hubungan.
Maka siapa pun Anda, sedang menjalani hubungan apa diri Anda, berbaik-baik dalam menjaga hubungan yang Anda bina adalah satu hal yang tidak boleh Anda abaikan. Pandai-pandailah mengambil hikmah dan manfaat dari sebuah hubungan.
Satu hal yang perlu direnungkan. Seribu teman masih kurang, satu musuh terlalu banyak. Maka banyak-banyaklah mencari teman, pandai-pandailah menjaga pertemanan atau hubungan. Jika terjadi ketidaknyamanan atau kesalahpahaman, selesaikan dengan cara baik tanpa mengorbankan keberlangsungan sebuah hubungan. Hindari musuh, jangan libatkan diri dalam permusuhan. Tidak ada hal positif yang bisa diambil dari sebuah permusuhan.
Selagi nafas bersama raga, masalah akan muncul kapan dan di mana saja. Setelah beragam upaya dilakukan akan tetapi sebuah hubungan tidak bisa dselamatkan, maka apalah daya. Namun tetap berusaha agar hubungan tidak berubah menjadi permusuhan adalah langkah yang bijaksana. Bisa jadi seseorang menjadi mantan suami atau istri, atau mantan kekasih hati, tetapi jangan pernah seseorang menjadi mantan teman atau sahabat hati. Tidak ada mantan untuk sebuah pertemanan, tidak ada bekas untuk sebuah persahabatan. Demikian seharusnya.***
YOU ARE READING
Kumpulan Cerpen
RomanceAku pulang. Kutinggalkan rumah duka Aninda. Kucintai seorang janda dari mendiang sahabat karib, tapi cintaku tertahan di langit-langit. Ia lebih mencintai dokter yang merawatnya, meski cinta itu pun tertahan di atas pusara... Aninda menyerah setelah...