Ribuan kata kutulis, baru kali ini kukirimkan padamu, anak lelakiku. Bukan ribuan kata seperti yang biasa Ibu hamparkan dalam setiap cerita. Ribuan kata ini tak seluruhnya mampu Ibu ungkapkan. Hanya sebagian kecil yang bisa Ibu katakan.
Suatu hari nanti kau akan mengerti mengapa Ibu bersikap begini. Suatu hari nanti pun kau akan mengerti apa yang ada di benak Ibu selama ini.
Kau boleh marah pada Ibu, kau boleh kesal pada Ibu. Bahkan kau boleh menyalahkan atau memaki Ibu.Suatu hari nanti kau kan mencari Ibu kembali. Tempat kau melepaskan marah dan kesal. Tempat kau melampiaskan segala hal.
Jika saja kekuatan Ibu seperti kekuatan saat itu, saat kau masih kecil, saat Ibu masih sanggup menggendong dan kencang berlari, mengejarmu kesana kemari; jika saja tenaga Ibu masih seperti dulu, sanggup memanggulmu dan melakukan banyak hal untukmu...
Tapi masa tlah berputar... segalanya berubah...
Kau tumbuh besar... Ibu semakin tua dan lemah...Jika kini tak banyak yang bisa Ibu lakukan untukmu, setelah beragam sakit mendatangi Ibu, masihkah kau menyayangi Ibu seperti Ibu menyayangimu?
Jika karena keadaan Ibu tak mampu berbuat banyak, masihkah kau memahami dan tetap berdiri tegak?
Pun jika karena beban mengeruhkan pikiran, hingga Ibu hilang kesabaran, masihkah kau menghibur Ibu dan tetap bisa memaafkan?
Anakku, cahaya hidupku,
Selemah apa pun Ibu di matamu, doa-doa Ibu mustajab mengairimu. Dalam dekat atau jauh, doa-doa terkirim indah untukmu...
Salam sayang,
Ibu
YOU ARE READING
Kumpulan Cerpen
RomanceAku pulang. Kutinggalkan rumah duka Aninda. Kucintai seorang janda dari mendiang sahabat karib, tapi cintaku tertahan di langit-langit. Ia lebih mencintai dokter yang merawatnya, meski cinta itu pun tertahan di atas pusara... Aninda menyerah setelah...