"Jadi, seperti yang kubilang tadi namaku adalah Abimanyu.
Aku adalah putra dari Raden Arjuna, salah satu saudara dari Pandawa. Kamu tahu, ayahandaku sangat tampan dan ketampanannya sangat tersohor di seluruh jagat raya. Dari beliaulah aku mewarisi ketampanan itu." Abimanyu memperkenalkan diri dan seolah tak peduli betapa tajamnya kerutan di dahi Kei. Ksatria itu melanjutkan penuturannya. "Sebelum tiba di tempat ini, aku berada di Tegal Kuru Setra. Saat itu adalah hari ke-13 perang Baratayudha. Perang itu sangat dahsyat yang melibatkan dua saudara Pandawa dan Kurawa. Sebenarnya semula aku tidak diizinkan untuk ikut ambil bagian dalam peperangan itu, tapi bagiku seorang ksatria tidak boleh takut menghadapi peperangan meski harus bertaruh nyawa sekalipun. Akhirnya aku melarikan diri diam-diam dari tempat persembunyian dan ikut berlaga di medan perang. Nahasnya, kudaku terkena anak panah dan di saat itulah pihak Kurawa mengatur sebuah formasi untuk mengepungku. Alhasil aku terjepit dengan ancaman puluhan anak panah yang siap menyerangku kapan saja. Mustahil bagiku untuk bisa lolos dari serbuan anak panah mereka. Jika aku harus mati dengan cara itu, aku sudah siap. Aku memejamkan mata dalam kepasrahan. Namun, setelah aku menunggu beberapa saat tidak ada satupun anak panah yang melesat ke arah tubuhku. Sekitarku tiba-tiba senyap dan aku merasakan udara di sekeliling tubuhku terasa aneh. Karena penasaran, aku membuka mata dan seperti yang kau lihat tadi, aku sudah berdiri di sana," tutur Abimanyu seraya menunjuk ke arah tempat di mana ia berdiri beberapa saat yang lalu."Udah gitu aja ceritanya?" tegur Kei sejurus kemudian. Dan ditanggapi satu anggukan kepala Abimanyu.
"Kamu tidak percaya kalau aku datang dari Plangkawati?"
"Memangnya aku punya pilihan untuk tidak percaya ucapanmu?"
"Oh."
"Sebaiknya kamu segera pergi jauh-jauh dari sini," usir Kei terang-terangan. Lebih baik menghindari bergaul dengan orang asing daripada mendapat masalah di kemudian hari, pikir Kei.
"Pergi?" Abimanyu terperangah mendengar ucapan gadis itu. Seolah-olah tak peduli dengan nasib malang yang dialami Abimanyu. Tetapi, terdampar di dunia lain rasanya jauh lebih baik ketimbang mati mengenaskan si medan peperangan. "Tapi aku harus pergi ke mana?" Padahal Abimanyu sudah menjelaskan detailnya, tapi ia malah diusir oleh gadis itu.
"Ya, terserah kamu," sahut Kei jutek. "Pokoknya jangan berkeliaran di sekitar sini. Aku nggak mau privasiku terganggu karena kehadiran orang asing. Apa kamu paham?" Kei memasang wajah tersangarnya.
"Tapi, aku nggak tahu tempat ini. Ini bukan duniaku, Kei."
Kei?
Gadis itu terbelalak mendengar namanya disebut oleh Abimanyu.
Perasaan aku nggak nyebutin nama deh tadi ...
"Kamu tahu namaku? Aku kan belum menyebut nama tadi," decak Kei terheran-heran. "Apa kamu seorang penguntit? Penculik? Mata-mata?" Gadis itu mulai menerka-nerka.
"Maaf, aku tadi membaca pikiranmu," ungkap Abimanyu dengan nada kalem.
"Hah?!" Kei menjerit kaget dan hampir melompat dari atas kursi bambu yang didudukinya. "Kamu bisa baca pikiranku? Beneran? Terus apa aja yang kamu baca dari pikiranku?" desak gadis itu ingin tahu.
"Semuanya," jawab Abimanyu cepat. "Dari saat kamu kecil sampai kamu dewasa, aku tahu semuanya."
Busyet!
"Semuanya?!" Kei menutup mulutnya dengan menggunakan telapak tangan. "Jadi, kamu semacam paranormal gitu?"
"Aku punya kelebihan Kei," tandas Abimanyu.
"Kalau kamu punya kelebihan, harusnya kamu bisa pergi dari sini dan kembali ke dunia kamu, kan?"
"Tidak."
"Kenapa?"
"Karena aku tidak punya kemampuan untuk berpindah ke dunia lain. Tapi aku yakin, pada saatnya nanti aku akan kembali ke duniaku," ucap Abimanyu yakin.
Kei mengembuskan napas pelan melalui mulutnya. Pagi yang membingungkan, keluhnya dalam hati. Jogging rutinnya terlewat dan suasana hatinya sedikit terganggu karena kehadiran cowok asing itu.
"Kenapa kamu yakin?"
"Kalau aku tidak yakin, aku tidak akan punya harapan."
"Lalu sekarang apa rencanamu?" tanya Kei setelah berhasil menata kembali suasana hatinya.
"Menunggu."
"Menunggu siapa?" tanya Kei ingin tahu.
"Menunggu waktu itu datang. Waktu di mana aku harus kembali ke duniaku," jawab Abimanyu.
"Terus, apa yang akan kamu lakukan selama kamu menunggu? Bagaimana jika waktu itu nggak pernah datang?" desak Kei penasaran.
Abimanyu menghela napas panjang.
"Aku tidak tahu" sahutnya. "Karena ini bukan duniaku, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan di sini," tandasnya.
Oh.
"Maaf ya, tapi aku akan sibuk banget hari ini," tukas Kei kemudian. Lagi-lagi bermaksud mengusir Abimanyu. "Kalau kamu mau pergi, pergi aja. Aku akan masuk dulu."
Kei segera bangkit dari kursi bambu yang didudukinya lantas melangkah menuju ke dalam rumah. Gadis itu sengaja menutup pintu dengan sedikit entakan serius.
Bruk.
26 Jan 2017 /Revisi 14 Oktober 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
ABIMANYU # Tamat
FantasiApa yang akan terjadi jika seorang tokoh wayang tiba-tiba masuk dalam kehidupan manusia? Dia adalah Abimanyu! Putra Arjuna yang sedang terdesak dalam perang Baratayudha itu tiba-tiba menghilang entah kemana. Ia mendadak muncul begitu saja didepan se...