Kerja, kerja

501 49 0
                                    

Kei disambut Sandra, sekretarisnya dengan antusiasme tinggi. Disertai sedikit omelan tentunya. Mulai dari Kei yang susah dihubungi dan jarang memberi kabar sampai pekerjaan yang menumpuk. Meski ada papa Kei yang membantu, tetap saja Sandra merasa lebih nyaman jika bekerja bersama Kei karena mereka sudah seperti saudara sendiri. Terlebih lagi mereka seumuran dan dalam beberapa hal keduanya cocok.

"Kamu itu nggak ikut mikir ya, Kei?" Sandra tampak kesal karena Kei malah terkekeh dengan santai ketika ia mengeluh soal harga cabe yang terus melambung sebulan terakhir. Gadis itu menyusul langkah-langkah Kei menuju ke ruang kerjanya.

"Dipikirin juga bikin pusing, kan? Mending nggak usah dipikirin sekalian," seloroh Kei enteng. Ia duduk di kursinya dan segera memeriksa buku-buku di atas meja. "Eh, udah sarapan belum? Aku bawa sandwich nih. Mama memaksa nyuruh bawa tadi." Kei mengambil sebuah kotak bekal dari dalam tasnya lalu menyodorkannya pada Sandra.

"Kamu sendiri?" Sandra malah balik tanya dan dalam sekejap melupakan soal harga cabe.

"Udah," sahut Kei cepat. "Susu cokelat satu gelas udah cukup bikin kenyang."

Sandra menggeleng-geleng tak jelas lalu beranjak pergi dari hadapan Kei. Untung saja Kei bersikap baik padanya, jadi ia urung melanjutkan ocehannya. Gadis itu bergegas kembali ke meja kerjanya dengan membawa kotak bekal milik Kei kemudian menikmati isinya.

Dan beberapa menit kemudian Kei sudah tenggelam dalam pekerjaannya. Ternyata Sandra benar. Pekerjaan memang membuat kepala pusing. Gadis itu hanya bisa menggerutu dalam hati.

"Minum, Kei." Sandra masuk ke dalam ruangan kerja Kei dan meletakkan sebuah gelas berisi air putih. 

Kei mendongak dan mengucapkan terima kasih.

"Bagaimana liburannya? Menyenangkan?" tanya Sandra mengusik konsentrasi Kei. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa saja yang dilakukan Kei saat liburan.

Kei tertegun sesaat. Pertanyaan Sandra membuatnya teringat Abimanyu. Tapi, ia tak mungkin menceritakan tentang cowok itu pada Sandra. Biarlah ia menyimpan cerita tentang perjumpaannya dengan Abimanyu dalam ingatan.

"Lumayan," gumam Kei sejurus kemudian. "Cukup menenangkan hati dan pikiran," tandas Kei sambil mengedik pelan.

"Baguslah. "Sandra manggut-manggut. "Oh iya, papamu sedang menemui seorang relasi di ruangannya. Sepertinya dia adalah calon penyuplai sayuran di resto kita. Yah, jika papamu menyetujui proposalnya. Kamu nggak ingin ketemu dia?"

"Siapa? Memangnya ada masalah dengan penyuplai lama?" Kei mengerutkan keningnya seperti sedang berpikir tajam. Papa tak bicara apa-apa pagi ini soal penyuplai sayuran di restoran mereka.

"Sepertinya orang Jogja. Nggak ada masalah sih, cuma sedikit keterlambatan pengiriman aja," terang Sandra setengah mengingat.

"Oh." Kei tak begitu merespon pemberitahuan Sandra. Dia tidak sedang berminat bertemu dengan relasi saat ini. "Ntar makan siang di mana, San? Makan ayam goreng, yuk."

"Kei, Kei," keluh Sandra kesal. "Bosen tahu nggak, makan ayam terus. Mc D kan?" tebaknya. Selalu begitu. Masa tiap hari makan itu sih, batin Sandra heran. Lagipula makan makanan cepat saji tidak sehat untuk tubuh, bukan?

Kei terkekeh. Kebiasaan jeleknya selalu diingat Sandra. Meski tak sehat, itu adalah makanan favoritnya.

"Ayolah, San," bujuk Kei seraya mengedipkan sebelah matanya pada Sandra.

"Nggak, ah,"sahut Sandra. Ia memutar badan lantas pergi meninggalkan ruangan Kei.

Kei menarik napas panjang lalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat terhenti karena kehadiran Sandra. Namun, suara dering telepon di atas meja membuat Kei terpaksa menghentikan pekerjaannya kembali.

"Halo ..."

"Kei." Suara papa terdengar dari seberang sana. "Nanti makan siang bareng Papa, ya. Papa ada janji makan sama temen bisnis Papa. Kamu nggak nolak kan?" Meski terdengar pelan, nada suara papa memaksa.

"Kenapa nggak Papa aja, sih? Kenapa mesti ngajak Kei segala? Males banget, makan bareng om-om," gerutu gadis itu dengan bersungut-sungut.

"Belum-belum udah mengeluh kamu itu," hardik papa tak kalah kesal. "Nanti papa pecat kamu bagaimana? Sama bos sendiri kok membantah. Udah, pokoknya kamu ikut aja. Ini demi kelancaran bisnis kita juga kok," ucap papa lagi-lagi mengandung unsur pemaksaan.

"Pa ..."

Tut tut ...

Sambungan telepon tiba-tiba terputus padahal Kei belum sempat mengajukan protes. Membuat gadis itu kesal setengah mati dan meletakkan gagang telepon dengan kasar ke tempatnya.

06 Februari 2017 / Revisi 19 Oktober 2019

ABIMANYU # TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang