Ehem

605 44 1
                                    

"Kei! Pangeranmu udah datang, tuh!"

Teriakan mama yang cukup keras membuat Kei otomatis terloncat dari atas tempat tidurnya. Dengan gerakan refleks ia terbangun dari pose tiduran santainya. Ponsel kesayangannya juga nyaris terjatuh karena tangan Kei tak sengaja mengibas ke arah benda itu.

Hah?! Gadis itu bengong untuk sekian detik lamanya. Jam tujuh malam dan Bim datang ke rumahnya? Dia sudah balik dari Jogja? Tentu saja!

Kei bergegas mencari cardigannya yang biasa tergantung di balik pintu, serta sebuah celana panjang dari dalam lemari. Pasalnya ia hanya memakai tank top dan celana jeans pendek. Tidak mungkin ia menemui Bim dengan penampilan seperti itu kan?

Kei mencuci muka lalu mengeringkannya dengan sehelai handuk. Memakai bedak tipis serta menyisir rambutnya yang acak-acakan lalu mematut diri di depan kaca selama dua detik kemudian bergegas turun menemui Bim di ruang tamu usai mengganti pakaian. Ah, jika dipikir-pikir ia terlalu antusias menemui Bim kali ini, juga ribet dengan penampilannya. Bukan seperti Kei yang biasanya.

"Hei." Bim langsung menyapa Kei begitu gadis itu muncul di ruang tamu.

"Bim bawa oleh-oleh buat kamu, tuh," beritahu mama yang mendadak muncul dengan membawa sebuah nampan di tangan. Ia menunjuk dua buah kantung kresek hitam di atas meja makan.

"Kebetulan kelengkengnya lagi musim, Tante," sahut Bim sambil menebarkan senyum hangat.

"Oh, ya? Enak dong," timpal papa antusias. "Om jadi pingin ke sana."

"Silakan diminum, Bim," suruh mama saat meletakkan dua gelas minuman ke atas meja.

"Makasih, Tante."

"Apa orang tuamu sehat?" Papa melempar pertanyaan seolah tak peduli jika Kei berada di sana dan sedang menunggu kesempatan untuk bicara berdua dengan Bim.

"Baik Om, mereka titip salam untuk om dan tante, juga Kei,"ucap Bim dengan gaya khas sopannya. Ia melirik Kei sekilas.

"Sampaikan salam Om juga pada orang tuamu,"balas papa.

Hei, Kei menatap papa dan Bim bergantian. Sedekat apa hubungan diantara mereka sampai ada acara titip salam segala? Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. Pertama, tiba-tiba papa menerima proposal Bim dengan mudah. Kedua, tampaknya mereka cukup akrab. Jika mereka baru saja kenal, tidak mungkin mereka sedekat ini.

"Iya Om..."

"Om dan tante masuk dulu ya, kalian ngobrol aja. Anggap aja rumah sendiri,"papa bangkit dari tempat duduknya. Ia mengajak mama pergi meninggalkan ruang tamu. Memberi kesempatan Kei dan Bim untuk mengobrol berdua.

"Kamu udah lama kenal dengan papa?"Kei menginterogasi Bim setelah memastikan papa dan mama sudah berada di ruang tengah. Dan pastinya mereka tidak akan mendengar percakapan itu.

Bim menghela nafas. Ia menatap Kei dengan lekat-lekat.

"Nggak,"sahut Bim mantap. "apa papamu nggak cerita kalau ayahku dan papamu adalah sahabat lama?"

Kei mengernyitkan dahinya. Ia menggeleng pelan karena masih dalam keadaan bingung.

"Ayahku udah lama ingin bekerja sama dengan papamu, tapi berhubung beliau sakit jadi aku yang bertugas menggantikannya. Dari situlah aku mulai kenal papamu,"ungkap Bim.

Sudah cukup, batin Kei. Penjelasan Bim yang singkat itu pun sudah bisa dipahaminya dengan baik. Ia bisa menguraikan cerita itu dengan pemikirannya sendiri.

"Yah, aku paham,"ucap Kei pelan. Sejujurnya ia sedikit kecewa tapi sudah terlanjur. Mau diapakan lagi?

"Apa kamu udah bener-bener sehat?"tanya Bim seperti orang bego. Jelas-jelas Kei berada di depan matanya, baik-baik saja, bisa berdiri, dan berjalan, masih saja ia mempertanyakan kesehatannya.

"Iya, aku baik-baik aja,"jawab Kei. "dari Jogja tadi kamu langsung kesini? Nggak mampir rumah dulu?"Kei melirik ke arah ransel yang teronggok di dekat kaki Bim.

Cowok itu tersenyum kaku. Pipinya tampak bersemu merah. Malu. Astaga! Ada apa dengan cowok itu?

"Soalnya aku kepikiran kamu terus sih,"ungkap Bim jujur dan terkesan malu. Ia menggaruk kepalanya.

Kei tersenyum. Riang dalam hatinya. Sebenarnya ia juga merasakan hal yang sama, tapi ia terlalu malu untuk mengakuinya. Untungnya Bim mengakui perasaannya pada Kei dengan jujur. Meski dengan malu-malu sekalipun.

"Kamu menyukaiku?"sebenarnya Kei sadar pertanyaan seperti itu tidak pantas untuk ditanyakan oleh seorang gadis kepada seorang cowok seperti Bim. Tapi rasa penasaran bisa membunuhnya di tempat jika ia tidak mendapat jawaban sekarang juga.

Bim tampak kaget dan langsung salah tingkah. Ia tersenyum malu. Lagi.

"Apa kamu marah kalau aku bilang aku menyukaimu?"Bim malah bertanya. "aku menyukaimu sejak pertama kita ketemu."Akhirnya Bim dengan segala keberaniannya mengungkapkan perasaannya pada Kei dengan sejujur-jujurnya. Ia tampak sangat mengagumkan saat bicara seperti itu.

Kei tidak kaget. Ia sudah menduga jika Bim memang menyukainya. Bahkan dari awal. Meski Kei tidak menyukainya sejak pertama kali mereka bertemu, tapi pada akhirnya ia jatuh cinta juga pada Bim dengan cara yang aneh dan dalam waktu yang singkat. Begitu saja.

"Apa kamu mau menikah denganku?"sebaris pertanyaan sakral itu terlontar dari bibir Kei tiba-tiba. Tanpa perencanaan sebelumnya.

Tunggu, Kei! Apa kamu yakin dengan keputusanmu? Dasar tidak tahu malu!

Bim tertegun dan berubah jadi manekin untuk beberapa saat. Ia menatap gadis di hadapannya dengan tak percaya. Apa ia tidak salah dengar?

"Kamu melamarku Kei?"Bim sedikit terbata. Sumpah! Ia masih bingung. Gadis itu benar-benar diluar dugaannya.

Kei mengangguk pasti. Dan Bim hanya bisa tergelak menanggapinya.

12 Februari 2017

ABIMANYU # TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang