"Pa." Kei menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa persis di sebelah papa yang telah lebih dulu duduk di sana. "Papa nggak bermaksud menjodohkan Kei dengan Bim, kan?" Gadis itu mendelik curiga. Tapi, papa masih tampak acuh. Pria itu malah mengambil lembaran surat kabar pagi dari atas meja di depannya.
"Ada apa, Kei?" Mama yang baru saja muncul malah menyahut lebih dulu. Wanita itu ikut mengambil tempat duduk di sofa lain, di seberang Kei dan papa. "Datang-datang mukanya cemberut gitu," olok mama.
"Sepertinya papa mau menjodohkan Kei dengan relasi bisnisnya deh, Ma," lapor Kei dengan bersungut-sungut.
Mama tertawa kecil sambil mengalihkan pandangannya pada papa. "Bener itu, Pa?" Tanpa sungkan mama langsung mencari kebenaran ucapan Kei pada narasumbernya .
"Apaan sih, Ma." Alih-alih membenarkan, papa malah terkesan mengelak tuduhan Kei. "Papa cuma bermaksud mengenalkan relasi papa yang baru, kok. Kan aneh kalau Kei nggak kenal sama relasi papa. Kei aja yang terlalu sensitif," tambah papa seperti orang tak bersalah.
Kei melongo mendengar pembelaan papa. Ia tersenyum pahit kemudian. Papa memang jago jika disuruh berdebat.
"Tapi, papa punya maksud lain selain hanya ingin mengenalkan relasi kita, kan?" desak Kei tak sabar. Ia merasa papa sedang bertele-tele untuk menghindar segala tuduhan.
Papa mendesah sebelum melontarkan jawabannya. Pria itu menatap Kei kemudian.
"Maksud lain apa?" Papa masih tak mau mengaku juga. "Papa nggak menjodohkan kamu sama Bim, kok. Siapa juga yang mau menjodohkan kamu? Papa cuma mengenalkan kamu sama dia, urusan jodoh kan urusan Tuhan, bener kan, Ma?" Kali ini papa menoleh ke arah mama demi mencari dukungan.
Dan sialnya mama mengangguk.
"Memangnya orangnya bagaimana, Pa?" Tampaknya Mama mulai tertarik dengan seseorang yang sejak tadi diperbincangkan papa dan Kei.
"Orangnya biasa, Ma," sahut papa tak memedulikan Kei yang sudah terlanjur memasang wajah jutek. "Tapi, sepanjang yang papa tahu, orangnya sopan dan baik. Papa juga perlu mengenalnya lebih jauh kalau ingin menjodohkan dia dengan putri kita," tandas papa akhirnya.
"Tuh kan Ma," tunjuk Kei pada papa. "Papa beneran ingin menjodohkan Kei dengan dia."
"Loh, memangnya kenapa?" tanya papa berniat menyerang Kei. "Kalau pada akhirnya kalian berjodoh, siapa yang tahu? Tapi, yang pasti kamu harus berterimakasih pada papa kalau kalian beneran berjodoh."
"Kalau nggak jadi?" Kei menimpal dengan cepat.
"Ya, nggak jodoh namanya," sahut papa enteng. Pria itu terkekeh.
Huh. Kei hanya mendengus kali ini dan tidak mengeluarkan komentar apa-apa.
"Dicoba aja dulu, Kei." Mama menambahi. Mendukung rencana papa sepenuhnya.
"Ma," Kei angkat bicara. "dia itu bukan tipe Kei." Kei menggaruk kepalanya. Duh, ia merasa bingung bagaimana cara mengungkapkan perasaannya sendiri. Pokoknya Bim itu bukan tipe Kei. Karena dia tidak keren. Apa bahasa Kei terlalu kasar? Mungkin.
"Kei." Mama angkat bicara kembali. "Yang namanya jatuh cinta itu nggak memandang wajah, penampilan, uang, dan lain-lainnya. Saat Tuhan menakdirkan kamu untuk jatuh cinta, ya kamu jatuh aja. Nggak perlu pakai tipe-tipe segala. Kadang yang kamu anggap nggak baik, malah sebaliknya. Jadi, mama saranin jalani aja dulu. Siapa tahu dia orang baik," tutur mama lumayan panjang. Sebuah nasihat bijak.
"Bener kata mamamu, Kei." Papa ikut menambahi. "Papa nggak memaksa kamu atau menjodohkan kamu sama dia. Papa hanya berusaha mencarikan jalan buat kamu untuk mengenal seseorang. Menambah teman kan nggak pa pa."
"Papa sama mama ini kompak banget, ya," olok Kei kesal bukan main. "Bim itu cuma relasi kita, kan? Kenapa kita malah membahas soal jodoh segala? pokoknya Kei nggak mau dijodohin. Kalau sekedar relasi bisnis, oke-lah. Tapi, kalau lebih dari itu, jangan harap," tegas Kei.
Tapi, papa sama sekali tidak menunjukkan ekspresi marah. Ia mengulum senyum melihat reaksi putrinya. Tampaknya ia senang sekali membuat Kei kesal. Dari awal pria itu sudah bisa memperkirakan reaksi Kei akan seperti apa, jadi ia tidak kaget.
"Jangan marah, Kei. Namanya juga usaha, kan?" Mama bersuara.
"Tapi, Kei nggak suka, Ma." Kei masih ngotot dengan pendapatnya. "Kei ke kamar dulu. Kepala Kei pusing lama-lama di sini."
Kei beranjak dari tempat duduknya dan melangkah menuju ke kamar. Kepalanya sedikit berdenyut karena ucapan papa dan mama. Gadis itu melempar tubuh ke atas tempat tidur lalu memejamkan kedua matanya.
Sesulit itukah bagiku untuk menemukan jodoh, ya Tuhan?
10 Februari 2017/ Revisi 19 Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIMANYU # Tamat
FantasyApa yang akan terjadi jika seorang tokoh wayang tiba-tiba masuk dalam kehidupan manusia? Dia adalah Abimanyu! Putra Arjuna yang sedang terdesak dalam perang Baratayudha itu tiba-tiba menghilang entah kemana. Ia mendadak muncul begitu saja didepan se...