"Apa kamu bisa menurunkan aku di depan rumah?" Bim mencoba memanfaatkan situasi tampaknya. Begitu yang langsung disimpulkan Kei dalam hati. "Kebetulan kantormu dan rumahku searah."
Kei hanya mengangguk tanpa memberi jawaban. Mereka baru saja pulang dari restoran pertama dan Bim minta diturunkan di depan rumahnya.
"Kamu nggak bawa mobil sendiri?" tanya Kei. Gadis itu menghentikan mobilnya di perempatan karena lampu lalu lintas sedang berwarna merah.
Bim tersenyum. "Mobilku lagi di bengkel. Maklumlah mobil tua," ujarnya malu-malu.
Oh, gumam Kei dalam hati tanpa ingin mengajukan komentar. Ia segera melajukan mobilnya kembali saat lampu lalu lintas berubah hijau.
Kei tak habis pikir dengan cowok itu. Sebenarnya Bim sedang pura-pura berlagak polos dan lugu atau ia memang seperti itu? batinnya penasaran.
Bim menunjukkan arah rumahnya pada Kei ketika mereka hampir sampai di kawasan kampus. Tanpa diminta. Ya iyalah, ia pasti takut jika Kei melamun dan kebablasan.
"Udah sampai," gumam Kei. Ia menghentikan mobilnya persis di depan sebuah rumah petak berukuran kecil sesuai petunjuk Bim. Rumah itu tampak sederhana dan nyaman karena teras di depannya di hiasi bunga-bunga dalam pot. Pintu rumah yang bercat cokelat tua tampak tertutup rapat.
"Nggak mampir dulu, Kei?" tawar Bim saat ia bersiap turun dari mobil Kei.
Kei bimbang. Bodoh, rutuknya dalam hati. Kenapa mesti mempertimbangkan tawaran cowok itu untuk sekadar mampir di rumahnya? Jawabannya sudah pasti Kei. Tolak dia!
"Kalau nggak mau nggak pa pa, aku turun dulu, ya." Bim pamit dan menyadarkan lamunan Kei.
Gadis itu tergagap. "Aku ikut," cegahnya sembari mematikan mesin mobil. Entah setan mana yang baru saja membuatnya berubah pikiran tiba-tiba seperti itu. Kei buru-buru turun dan menyusul langkah Bim menuju rumah petak itu.
"Masuklah," suruh Bim seraya membuka pintu rumah dan mempersilakan tamunya untuk masuk dan singgah barang beberapa menit di sana. "Maaf, kalau rumahnya kecil dan sedikit berantakan," imbuh Bim dengan sopannya.
Kei melangkah meski ada sedikit ragu yang memberati kakinya ketika hendak memasuki rumah kontrakan Bim. Tapi, ia berhasil juga masuk ke dalam rumah itu dan menghalau rasa canggungnya. Dan ketika ia telah masuk ke dalam rumah Bim, gadis itu menatap ke sekeliling ruang tamu yang dihuni empat buah kursi kayu yang sudah tampak usang. Catnya sedikit terkelupas. Tak ada yang istimewa di sana, tapi tunggu ...
Pandangan mata Kei tertumbuk pada sebuah lukisan wayang yang tergantung di dinding ruang tamu. Ia tidak tahu nama karakter wayang itu, tapi jika bicara soal wayang maka ia pasti akan teringat dengan seseorang. Namun, ia telah kembali ke dunianya sendiri. Tanpa pamit pula.
"Itu namanya Abimanyu."
Ucapan Bim seketika mengagetkan Kei yang tampak tertegun menatap ke arah dinding. Gadis itu masih berdiri kaku, namun tatapannya beralih ke arah Bim. Ini kebetulan ataukah sengaja? batinnya heran. Ada skenario apa di balik ini semua? Tapi, siapa yang mengaturnya?
"Duduklah," suruh Bim sembari meletakkan sebuah stoples bening yang terbuat dari bahan kaca tebal dan berisi bulatan-bulatan berwarna putih di dalamnya.
Kacang atom?! pekik Kei dalam hati. Lalu Bim juga meletakkan dua gelas minuman berwarna merah seperti sirup leci. Tapi, apa itu benar sirup leci?
Kei tak berkutik. Ia menatap Bim lamat-lamat. Apa dia adalah orang yang dimaksud Abimanyu sebagai jodohnya? Tapi, kenapa dia? Apa tidak ada orang lain yang lebih baik dan lebih keren dari Bim?
"Kei?"
Oh, Kei gelagapan. Gadis itu mencoba untuk menguasai dirinya kembali. Bagaimanapun juga ia harus bisa bersikap normal meski hatinya sedang kacau balau. Ini semua gara-gara kacang atom dan sirup leci itu! Tapi, benarkah itu sirup leci?
Kei melangkah ke sebuah kursi kosong dan duduk di sana. Sementara Bim telah mengambil tempat duduk terlebih dulu. Gadis itu lantas mengambil gelas sirup yang memang disediakan untuknya dan tanpa canggung Kei segera meneguk isinya. Hanya untuk sekadar memastikan rasa dari minuman itu. Leci atau bukan.
Uhuk.
"Kamu nggak pa pa, Kei?" Bim buru-buru mendekat dan menepuk-nepuk tengkuk Kei ketika melihat gadis itu tersedak saat mulai meneguk minumannya.
"Aku nggak pa pa," ucap Kei dan Bim menghentikan aksinya menepuk tengkuk gadis itu. Bim sedikit heran kenapa Kei bisa tersedak seperti itu, apa tadi ada semut dalam minuman itu?
Ya, Tuhan! Itu benar-benar sirup leci! Apa yang harus aku lakukan?
Kenapa semua ini bisa terjadi? Ini sesuatu yang bisa membuatku kehilangan akal!"Kamu udah baikan?" tegur Bim yang hanya direspon dengan anggukan oleh gadis itu. "Apa ada semut dalam sirup leci itu?"
"Nggak. Apa kamu memang suka sirup leci?" tanya Kei penasaran. Sesuatu di dalam dadanya bergemuruh saat mendapati kenyataan yang disodorkan Tuhan untuknya sekarang.
Bim tersenyum. "Iya," sahutnya pendek.
"Juga kacang atom itu?" Kei menunjuk stoples kaca di atas meja. Dijawab Bim hanya dengan sebuah anggukan dan lemaslah tubuh Kei.
"Kamu tahu, saat makan kacang itu kamu akan mendengar suara krauk-krauk di dalam telingamu, dan buatku itu menyenangkan," papar Bim seraya tergelak.
Bodoh! Apa itu terdengar sangat lucu buatmu?
Kei hanya tertegun dan seperti kehilangan akal sehatnya. Entah kenapa ia mendadak jadi linglung seperti ini.
"Apa ada suatu kisah di balik wayang itu? Maksudku, kenapa kamu memajang karakter wayang itu bukan yang lain?" Kei tampak bodoh saat melempar pertanyaan itu pada Bim. Ia tidak keberatan jika ada yang menyebutnya kurang waras saat ini.
Bim menghela napas panjang lalu melepaskan kacamatanya dan meletakkan benda itu di atas meja. Eh, jika diperhatikan betul-betul cowok itu tidak seburuk khayalan Kei. Ia lumayan tampan dan mirip dengan seseorang. Meski bukan dalam artian sangat mirip, hanya sekilas mirip.
Ayolah Kei, sadarkan dirimu. Apa kamu mulai menyukai cowok itu? Apa sekarang dadamu berdebar-debar saat menatap Bim?
"Ayahku memberiku nama Abimanyu karena dia menyukainya." Bim menunjuk lukisan wayang yang menempel di dinding dan mulai berkisah. "Abimanyu adalah seorang ksatria yang sopan dan lemah lembut, meski pada kenyataannya ia harus gugur dalam usia 16 tahun dalam perang Baratayudha. Dia termakan sumpah palsunya sendiri saat akan melamar Dewi Utari. Dia bersumpah, bahwa dia masih perjaka saat melamar Dewi Utari. Padahal dia telah menikah saat itu. Kamu tahu, ayahku sangat hafal kisah-kisah perwayangan. Tapi, aku nggak begitu hafal, sih. Cuma kisah itu aja yang aku tahu." Ia terkekeh pelan padahal Kei menatapnya tanpa berkedip sama sekali.
Oh, Kei bergeming. Takjub. Jadi, inilah jawaban teka teki itu, batinnya gamang. Inikah arti kehadiran dua Abimanyu dalam hidupnya? Tapi Kei masih sangat terguncang dan belum siap mental untuk menerima kenyataan yang begitu mengejutkan ini.
"Aku pulang dulu, Bim," pamit Kei tampak tergesa-gesa. Seperti ada sesuatu yang sedang mengejarnya. Sedang Bim tak mampu untuk mencegah kepergian gadis itu.
11 Februari 2017/ Revisi 20 Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIMANYU # Tamat
FantastikApa yang akan terjadi jika seorang tokoh wayang tiba-tiba masuk dalam kehidupan manusia? Dia adalah Abimanyu! Putra Arjuna yang sedang terdesak dalam perang Baratayudha itu tiba-tiba menghilang entah kemana. Ia mendadak muncul begitu saja didepan se...