Kei terjaga dari tidurnya, menggeliat sebentar lalu menengok jam yang terpasang di dinding kamarnya. Jam empat sore! pekiknya dalam hati. Gadis itu buru-buru melompat dari atas tempat tidur ketika teringat sesuatu.
Apa dia sudah pergi?
Tak membutuhkan waktu lama bagi Kei untuk sampai di ruang tamu karena letak kamarnya bersebelahan dengan ruangan itu. Ia menarik tirai penutup ruang tamu sedikit demi sedikit lalu mengintip keluar dengan sebelah matanya.
Sshhh...
Cowok itu masih di sana?Kei menutup tirai jendela usai melihat sosok asing itu masih duduk di tempatnya semula di atas kursi bambu teras. Persis seperti dugaannya, Abimanyu masih bertahan di sana dan belum menunjukkan tanda-tanda akan segera angkat kaki dari teras vila milik keluarga Kei.
Sebentar lagi malam turun dan udara akan berubah semakin dingin. Cowok itu bisa mati beku di luar sana, apalagi ia bertelanjang dada dan tidak menggunakan alas kaki apapun. Apa Kei akan tega membiarkannya mati dengan cara mengenaskan seperti itu?
Sekarang Kei hanya mondar mandir di ruang tamu sambil berpikir keras. Menimbang antara menyuruh cowok itu untuk masuk ke dalam rumah atau tidak. Jika ia membiarkan Abimanyu tetap berada di luar sana, cowok itu bisa-bisa mati membeku.
"Hei!"
Abimanyu menoleh begitu mendengar suara teriakan Kei. Gadis itu membuka pintu rumahnya lebar-lebar setelah memutuskan akan mengambil langkah bijak atas nama perikemanusiaan dan jiwa sosial. Meski ia belum sepenuhnya percaya pada Abimanyu, terlebih lagi soal asal usulnya.
Abimanyu tak menyahut dan hanya mengurai senyum. Ia menunggu apa yang akan dikatakan Kei.
"Masuklah," suruh Kei seraya menggoyangkan kepalanya sebagai kode. "Aku nggak mau kamu mati kedinginan di situ."
Abimanyu menuruti perintah Kei tanpa bertanya. Ia mengikuti langkah gadis itu tanpa rasa ragu sedikitpun.
"Duduklah." Kei menunjuk ke arah sebuah sofa panjang yang berada di ruang tamu. Namun, Abimanyu tak langsung meletakkan pantatnya di atas sofa sesuai perintah gadis itu. Ia malah menyapukan pandangan ke segenap penjuru ruangan dengan binar takjub. Sepertinya ia benar-benar berasal dari dimensi dunia lain, batin Kei mulai mempercayai Abimanyu. Gelagat cowok itu membuat Kei berdecak kesal. "Ingat, jangan menyentuh apapun di sini karena itu berbahaya buatmu. Duduklah dengan sopan dan tenang. Aku akan segera kembali."
"Oh? Baik."
Kei bergegas masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Abimanyu yang sesaat tadi sempat tergagap karena terlalu sibuk mengamati benda-benda yang menghuni ruang tamu. Gadis itu membongkar isi lemari bagian bawah miliknya untuk mencari sesuatu. Dan setelah mencari beberapa saat akhirnya ia menemukan setelan training panjang yang meskipun sudah bertahun-tahun tersimpan di sana, tapi masih terlihat bagus. Benda itu adalah milik papa Kei. Mungkin tertinggal atau sengaja ditinggal, Kei tidak terlalu paham.
"Pakai ini," ucap Kei setelah kembali ke ruang tamu dan tangan kanannya menyodorkan setelan training yang baru saja ia temukan di lemari ke hadapan Abimanyu.
"Apa ini?" Abimanyu menerima pemberian Kei dengan perasaan ragu.
"Kamu beneran nggak tahu?"
Abimanyu menggeleng berulang kali.
"Jadi kamu beneran dari dunia lain?"
"Bukankah aku tadi sudah mengatakannya sama kamu."
Kei menarik napas dalam-dalam dan mencoba membuang rasa kesal dari hatinya. Ia masih ingat betul penuturan Abimanyu tentang asal usulnya, tapi Kei belum sepenuhnya percaya. Tapi, mulai detik ini sebaiknya ia membuang segenap keraguan dari dalam dirinya. Abimanyu memang berasal dari dimensi lain.
"Aku tunjukin caranya," ucap Kei sambil merebut benda itu dari tangan Abimanyu. Gadis itu menunjukkan cara memakai setelan training itu pada Abimanyu. "Kamu udah paham?" tanya Kei setelah selesai mempraktekkan cara mengenakan benda itu.
"Ya, aku paham." Abimanyu mengangguk girang.
"Sekarang kamu masuk ke dalam situ dan jangan lupa tutup pintunya, terus ganti pakaian kamu. Aku akan memasak sesuatu buatmu," tandas Kei seraya menunjuk ke arah kamar.
Abimanyu mengangguk dan menuruti perintah Kei tanpa berkata apa-apa lagi.
Kei beralih ke dapur setelah Abimanyu menutup pintu kamar. Gadis itu memiliki persediaan bahan makanan lengkap di dalam kulkas. Karena setiap beberapa hari sekali ada orang yang datang untuk membawakan barang-barang kebutuhan sesuai pesanan Kei.
Nasi putih, tumis kembang kol, telur dadar, sambal, dan kerupuk telah tersaji di meja makan satu jam kemudian. Menu paling sederhana yang tidak membutuhkan waktu terlalu lama dan dikuasai Kei dalam hal masak-memasak.
Abimanyu mendekat dan duduk di salah satu kursi makan. Sementara Kei sudah menunggu di sana sejak beberapa detik lalu.
"Makanlah," suruh Kei dengan menyodorkan sebuah piring yang sudah diberi nasi beserta lauk pauk di atasnya ke dekat Abimanyu. Cowok itu terlihat sangat berbeda dari sebelumnya dan jujur Kei sempat terkesima melihat ketampanan Abimanyu. "Kamu lihat cara aku makan," ucap gadis itu.
Abimanyu mengangguk. Ia memperhatikan dengan raut serius Kei saat gadis itu mengambil nasi, lauk, dan mulai melahap makanan di atas piringnya menggunakan senduk. Cowok itu mengikuti semua perbuatan Kei setelah memahami semua yang baru saja dipelajarinya. Dengan segenap ilmu dan kekuatan yang dimilikinya, Abimanyu sangat cepat memahami segala sesuatu yang diajarkan Kei.
Saat malam tiba, Kei menyuruh Abimanyu untuk tidur di kamar kosong yang tak terpakai. Untuk mencegah segala sesuatu yang tidak diinginkan, gadis itu mengunci pintu kamarnya saat ia tidur.
27 Jan 2017 / Revisi 15 Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIMANYU # Tamat
FantasíaApa yang akan terjadi jika seorang tokoh wayang tiba-tiba masuk dalam kehidupan manusia? Dia adalah Abimanyu! Putra Arjuna yang sedang terdesak dalam perang Baratayudha itu tiba-tiba menghilang entah kemana. Ia mendadak muncul begitu saja didepan se...