Pergi

583 64 1
                                    

Kei menggeliat manakala pagi telah datang dan matahari sudah menampakkan dirinya dari ufuk timur. Sinarnya yang terasa hangat menerobos masuk ke dalam kamar Kei melalui celah-celah kecil di atas jendela. Tapi, sayangnya gadis itu terlalu malas untuk membuka mata. Ia memutuskan untuk melanjutkan kembali tidurnya tanpa menghiraukan apapun di sekitarnya. Tapi, tiba-tiba saja sesuatu mendesak dari dalam perutnya. Dalam kondisi darurat seperti ini tak mungkin untuk Kei melanjutkan tidur. Ia kebelet!

Astaga!

Kei membuka mata lantas menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Gadis itu buru-buru bangun dari tempat tidur dan hampir saja ia menubruk pintu kamar karena rasa kantuk masih menguasai dirinya. Alhasil ia masuk ke kamar mandi dan melaksanakan hajatnya dengan setengah tidur.

Tumben sepi, batin Kei setelah keluar dari kamar mandi. Perutnya terasa lega sekarang. Biasanya pagi-pagi begini Abimanyu akan membangunkannya karena lapar. Tapi, ini sedikit aneh. Jam dinding sudah menunjuk angka 8 dan semuanya masih tampak sama seperti semalam, saat ia pergi tidur. Tak ada suara apapun atau tanda-tanda ada orang lain di rumah itu.

Kei tersentak. Gadis itu seolah tersadar akan sesuatu dan ia segera berlari ke kamar Abimanyu secepat kilat.

Kosong! pekiknya histeris. Gadis itu semakin panik ketika  melanjutkan pencariannya dan tak menemukan sosok Abimanyu di sudut manapun. Dapur, garasi, bahkan Kei mengitari halaman belakang dan depan, namun tak menemukan siapa-siapa. Abimanyu seolah lenyap ditelan bumi. Tidak. Ia bahkan seperti tak pernah datang ke rumah itu.

Kei memutuskan untuk kembali ke kamar Abimanyu dan mencari barang-barang milik cowok itu. Tapi hasilnya nihil. Pakaian aneh yang ia kenakan ketika pertama kali datang tidak Kei temukan di dalam lemari. Sementara pakaian yang Kei pinjamkan pada cowok itu teronggok di sudut bawah lemari pakaian.

Jadi, dia sudah pergi? Dia benar-benar telah kembali ke dunianya.

Kei jatuh terduduk di atas lantai. Tubuhnya lemas seketika. Seolah tulang-tulangnya telah meleleh dan tak ada lagi yang bisa menyangga tubuhnya. Jantungnya berdetak begitu cepat dan serasa ingin meledak.

Air mata gadis itu tiba-tiba jatuh berhamburan keluar dan menggenang di pipinya tanpa permisi. Kei menangis sekeras yang ia bisa, menumpahkan segenap kesedihan dan ketakutan yang mendera jiwanya.

Bodoh! Kenapa pergi secepat ini? Nggak bisakah kamu lebih lama tinggal di sini? Meski aku tahu kamu akan pergi suatu saat nanti, tapi jangan sekarang... Aku bener-bener nggak siap.
Aku hanya minta waktu sedikit lebih lama agar bisa bersamamu. Nggak bisa, ya?

Kei sesenggukan dan tak terisak lagi. Air matanya sudah habis terkuras rasanya. Ia terlolong sendirian di atas lantai seperti orang depresi. Entah berapa lama ia menangis dan meratapi semuanya. Sebuah kehilangan yang menyakitkan. Lagi. Ini untuk kesekian kali dalam hidupnya. Meski ia sudah tahu sejak awal ini akan terjadi, tetap saja ia merasa sangat kehilangan.

Gadis itu bangkit setelah berhasil menguasai dirinya. Ia bersusah payah menata hati dan mengumpulkan segenap energi dalam tubuhnya. Berulang kali ia harus menegaskan pada dirinya sendiri jika lebih baik kehilangan sekarang ketimbang nanti, di saat ia benar-benar telah jatuh cinta lebih dalam pada Abimanyu. Akan lebih cepat melupakannya juga bukan?

Kei membuka pintu kulkasnya dan ia tersenyum pahit. Sirup leci dan lima bungkus kacang atom masih utuh di dalam rak belum tersentuh sama sekali. Mereka semua kesukaan Abimanyu. Yeah, sakit memang. Tapi, Kei yakin pasti bisa mengatasi semua ini.

Gadis itu mengambil botol air mineral dan meneguk isinya perlahan. Kenangan-kenangan indah dan lucu bersama Abimanyu memang masih segar di ingatannya. Meski mereka bersama hanya beberapa hari saja, tapi kehadiran cowok itu sungguh meninggalkan kesan yang mendalam di hati Kei.

Gadis itu menghirup napas dalam-dalam. Ia menyadari sesuatu sekarang. Bahwa ia harus segera kembali ke dunia nyata. Dunia yang ia tinggali sekarang. Tak boleh ada lagi sikap cengeng dan galau hanya karena seorang cowok. Bukankah sebelum ini ia sukses bersikap cuek dengan apapun? Menikmati hidupnya dengan sangat baik. Ia hanya perlu melakukan semua itu sama seperti saat Abimanyu belum datang dalam hidupnya.

Aku hanya perlu berusaha sedikit keras.

5 Februari 2017/ Revisi 19 Oktober 2019

ABIMANYU # TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang