Raisa mempercepat langkahnya menyusuri koridor kelas 11 Ipa. Jika beberapa hari lalu ia mendapatkan pengampunan karena datang terlambat, sepertinya hari ini tidak lagi. Raisa terus merapalkan doa semoga guru di jam pelajaran pertama belum datang
Pagi ini semuanya terasa menyebalkan. Pertama, mesin mobilnya bermasalah sehingga ia harus pergi ke sekolah naik taksi. Kedua, taksi yang ia pesan datangnya lama dan yang terakhir adalah jalanan kota Jakarta yang sudah macet walau masih pagi
Untung saja tadi gerbang sekolah belum di tutup, jadi Raisa masih punya kesempatan untuk masuk walau ancaman berikutnya adalah guru yang mengajar di jam pelajaran pertama dan jangan lupakan juga guru piket yang dengan siaga berjaga di lobi
Raisa bernapas lega saat ia sampai di kelas dan guru di jam pelajaran pertama belum datang. Baru saja ia ingin melenggang masuk kelas, ia sudah di dahului oleh Dalvin yang juga baru datang, tapi bedanya Dalvin berjalan sangan santai, bagaikan tidak ada rasa takut kena hukuman
Sekarang sih begini saja, guru mana yang mau menghukum Dalvin? Kalo di sekolah lain murid lah yang takut pada gurunya, tapi iti tidak berlaku bagi seorang Dalvin Alvaro, malah kebalikannya, gurulah yang takut padanya. Jika ada siswa yang menyalah gunakan jabatan orangtuanya, ialah Dalvin
Biar kita perjelas sedikit tentang teman SD yang paling Raisa benci ini
Dalvin Alvaro Smith. Yap, seperti namanya, ia punya keturunan bule, ayahanya berasal dari Inggris lebih tepatnya London, tempat asal One Direction. Namun, Dalvin lahir dan di besarkan di Toronto, Kanada hingga ia berusia 6 tahun ia pindah ke Jakarta dan kembali tinggal di Kanada saat menginjak usia 13 tahun hingga lulus SMP lalu kembali ke Jakarta. Sedangkan ibunya adalah orang indonesia asli dan keluarga ibunya adalah pemilik yayasan sekolah ini. Kakek Dalvin adalah pendiri langsung sekolah ini dan sekarang ibu Dalvin lah yang memimpin sekolah ini sebagai seorang kepala sekolah, dan itu menjadi alasan kenapa Dalvin menjadi salah satu murid paling di takuti di Jakarta High School
“Telat lagi, lo?” Tanya Dalvin saat berpapasan dengan Raisa di ambang pintu
Raisa mulai melangkahkan kakinya memasuki kelas “Lo sendiri? Telat lagi?”
“Itu kebiasaan gue”
“Kebiasaan yang buruk”
“Gue emang penuh dengan hal buruk, tapi jangan pernah cap gue sebagai badboy”
“Apa gak bisa di sebut badboy kalo kerjaannya pergi ke klub malam, ngerokok, ganggu murid lain dan bertingkah seenaknya seolah-olah ini sekolah punya lo”
“Gue udah berhenti ke klub, gue udah mulai mencoba berhenti merokok, dan satu lagi, sekolah ini akan jadi milik gue pada sepuluh tahun ke depan” Ucap Dalvin yang setelah itu duduk di kursinya “Jangan lupa, besok bawa karya seninya”
“Iya Tuan Dalvin yang sepuluh tahun lagi akan jadi pemilik sekolah ini”
**
Hujan yang cukup deras mengguyur kota Jakarta sore ini, membasahi lapangan Jakarta High School
“Ujan, untung hari ini di jemput Kakak” Ucap Lia saat berjalan menuju lobi sekolah bersama teman-temannya
“Ujan, sial hari ini gue gak bawa mobil” Balas Raisa
“Terus lo pulang naik apa? Taksi?” Tanya Rayna
Raisa menggelengkan kepalanya “Gue pulang naik bus, mau hemat uang jajan”
“Mau bareng gue sama Farah?” Tanya Fira
“Gak usah, takut ngerepotin, rumah kita kan gak searah”
“Ya, Kakak lo udah jemput tuh” Ucap Raisa saat melihat sebuah mobil jazz putih melewati gerbang sekolah
“Eh Abang gue juga udah dateng, Mama lo juga tuh, Bel” Ucap Rayna
“Yaudah, duluan, ya”
“Duluan”
“Duluan”
Setelah itu Lia, Rayna dan Bella mempercepat langkah mereka hingga di ujung lobi lalu masuk ke dalam mobil, sedangkan Fira dan Farah masih setia berdiri di sisi Raisa
“Kalian gak pulang?” Tanya Raisa
“Lo gak mau bareng, jadi kita tungguin lo di sini sampe ujannya reda” Jawab Farah
“Duluan aja, gapapa”
“Serius gapapa?”
“Iya, duluan aja”
Fira dan Farah bertatapan sejenak lalu menganggukkan kepala mereka
“Yaudah, kita duluan, ya” Ucap Fira
“Iya”
Lalu setelah itu Fira dan Farah berlari membelah hujan menuju parkiran mobil di mana mobil milik Fira terparkir
Satu jam berlalu, tapi hujan tidak kunjung berhenti, alhasil Raisa terus menunggu di lobi dengan duduk di sebuah kursi yang tersedia di lobi dengan bosannya
“Lo belum pulang?” Tanya seseorang bertubuh jangkung yang berdiri di depan Raisa
Raisa mendongak ke atas guna melihat siapa orang tersebut “Belum, ujannya masih deres” Jawab Raisa “Lo sendiri, belum pulang?”
“Belum, gue ada latihan basket di lapangan indoor”
“Ohh”
“Tumben gak bawa mobil”
“Mogok”
“Mau bareng gue?”
“Hah?”
**
“Lo bisa gak enggak ngeliatin gue terus dengan tatapan aneh?” Ucap Dalvin seraya menyetir mobilnya
“Gue masih bingung” Ucap Raisa
“Bingung kenapa?”
“Lo kesambet apa? Tiba-tiba baik gini sama gue”
“Tuh kan. Gue jailin lo salah, gue baikin lo juga salah, salah mulu”
“Ok, sorry”
“Udah nyampe” Ucap Dalvin seraya menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah Raisa
“Makasih, ya”
“Wah gila, lo ucapin kata ‘makasih’ untuk pertama kalinya ke gue”
“Karena lo biasanya gak pantes di ucapin ‘thank you’ pantesnya ‘fuck you’” Ucap Raisa “Sering-sering ya baiknya sama gue” Setelah itu Raisa langsung keluar dari dalam mobil Dalvin dan buru-buru memasuki gerbang rumahnya karena tidak ingin basah kuyup di guyur hujan
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hurts
Teen Fiction(COMPLETE) (Still revision, so i'm sorry for some chapters that are still weird or something...) I didn't know how to loving someone, until I met her Dalvin Alvaro Smith I'm so afraid to fall in love, because I thought love will make me hurt, until...