promise

55 4 0
                                    

"Kapan ya dia bakal bangun?" Tanya Rayna seraya melihat ke arah jendela yang memperlihatkan Raisa yang tengah terbaring koma. Ini sudah hari ke 3 namun Raisa belum bangun juga

"Gue harap secepatnya" jawab David yang berdiri di sebelahnya

"Eh gue laper nih, cari makanan yuk di kantin" ucap Farah yang terduduk di kursi tunggu

"Yuk ke kantin gue juga laper nih" sahut Bella. Mereka sudah sejak semalam di sini dan sekarang sudah menunjukkan pukul 09:00 pagi jadi wajar saja kalau mereka merasa lapar

"Dav, Ray mau ikut nggak?" Tanya Keenan pada David dan Rayna

"Gue ikut" jawab Rayna

David juga menjawab "gue juga ikut"

Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang terasa lapar. Saat hendak menuju kantin, tiba-tiba Dalvin datang. Dalvin juga menginap di rumah sakit namun, ia pulang pada pukul 07:00 karena mommy-nya memintanya untuk mengantarnya ke rumah saudaranya mengingat daddy-nya sedang berada di kanada dan supirnya sedang libur

"Mau pada kemana?" Tanya Dalvin

"Kita mau ke kantin, soalnya pada laper. Lomau ikut gak?" Tanya Keenan

Dalvin menganggukkan kepalanya tanda mengerti "oh gitu, kalian duluan aja ke kantin. Gue mau jenguk Raisa dulu"

"Oh yaudah"

Sepeninggalan teman-temannya, Dalvin langsung menuju ruang rawat Raisa. Sesampainya di dalam, ia langsung menduduki kursi yang berada di samping tempat tidur pasien "hai Sa" sapa Dalvin, dia tahu bahwa Raisa tidak akan menjawab sapaannya

"Kalo lo bangun gue janji gue bakal traktir lo es krim sepuasnya" ucap Dalvin "oh iya lo kan juga pernah janji sama gue kalo lo bakal sembuh jadi, lo harus tepati janji lo itu" lanjutnya

Tiba-tiba handphone milik Dalvin yang berada di saku celana jeans-nya merdering menandakan ada panggilan masuk. Dalvin langsung keluar dari kamar rawat Raisa baru setelah itu ia mengangkat teleponnya

"Halo?"

"Bang, jemput gue sekarang" Alya lah yang meneleponnya

"Lo kenapa?"

"Dompet gue hilang, gue kecopetan" hari ini Alya berniat untuk mengunjungi rumah salah satu teman sekelasnya untuk mengerjakan tugas kelompok

"Kok bisa?"

"Gak usah nanya dulu bisa gak? Mending bang Dalvin jemput gue dulu"

"Yaudah yaudah, sekarang kasih tau gue lo di mana"

Setelah Alya menyebutkan lokasi di mana sekarang ia berada, Dalvin langsung bergegas menuju parkiran dan langsung melajukan mobilnya menuju tempat di mana adiknya berada

***

"Udah gak usah nangis lagi" Dalvin sudah mulai jengah melihat adiknya terus menangis karena kehilangan dompetnya

"Dompet gue hilang" bukannya berhenti menangis, tangis Alya malah semakin besar

"Gue juga tau kalo dompet lo hilang, tapi kan di dompet lo gak ada kartu debit atau pun kartu kredit jadi nangisnya gak usah belebihan"

"Tapi uang gue di situ semua"

"Yaudah deh gini aja, uang lo yang ada di dompet nanti gue gantiin. Gimana?" Tawar Dalvin pada adiknya itu

Alya langsung menghentikan tangisnya dan mengubah posisinya menghadap kakanya yang sekarang tengah fokus menyetir "serius?"

"Iya"

"Yeayy uang gue bakal kembali" Alya yang tadinya sangat senih sekarang malah menjadi kegirangan

Tiba-tiba saja handphone milim Dalvin kembali berbunyi, ia pun menepikan mobilnya terlebih dulu sebelum mengangkat telepon

"Halo?"

"Lo di mana?" Ternyata itu adalah Rayna

"Lagi jemput Alya. Kenapa?"

"Dokter udah nemuin pendonor untuk Raisa"

"Ba–bagus deh kalo gitu"

"Lo ke rumah sakit lagi kan?"

"Iya, gue ke rumah sakit lagi nanti abis nganter Alya pulang"

"Oh, ok deh kalo gitu"

Setelah itu sambungan telepon terputus dan Dalvin kembali memasukkan handphone-nya kembali ke dalam saku celananya lalu kembali melajukan mobilnya

"Are you sure for it?" Tanya Alya dengan tatapan yang masih lurus ke depan

"Gue gak pernah seyakin ini sebelumnya" jawab Dalvin

"I don't wanna lose you, because you're my brother, and because I love you. I just afraid if I will lose you"

"Trust me, Alya, you'll never lose me and I'll never leave you"

"Promise me?"

"I don't wanna make a promise if I can't keep"

Love HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang