PART 15

64 7 4
                                    


"Se-Semua ini harus kita akhiri James. Hikss... Sebelum semuanya menjadi semakin tidak terkendali" Kata Jihan di sela isak tangisnya

James tidak menjawab ucapan Jihan, justru ia semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Jihan seakan takut kehilangannya.

^^^

Keesokan harinya...

James seperti biasa sudah rapih dan keluar dari kamarnya, setelah kejadian semalam entah bagaimana ia harus bersikap pada Jihan mulai hari ini.
Semuanya tidak akan lagi sama, dan semua itu karena dirinya yang tidak bisa mengendalikan perasaannya yang sudah jatuh terlalu dalam pada Jihan, Aunty-nya.

"Apa aku benar-benar harus mengakhiri semua ini seperti perkataannya semalam?" Gumam James sambil berjalan menuju meja makan

"Hey Boy..." Sapa seseorang mengejutkan James
"Da-Daddy? Mommy?" James terkejut melihat kedua orang tuanya yang sudah siap di meja makan

"Tentu saja kami Daddy dan Mommy mu, siapa lagi. Kenapa kaget seperti itu?" Gurau Faizal pada putranya

James langsung berjalan kearah mereka dan menyalami keduanya.

"Kapan Mommy dan Daddy sampai?" Tanya James setelah dirinya ikut bergabung di meja makan
"Tadi malam" Jawab Jasmine santai sambil menyendokan makanan ke piring suaminya
"Tadi malam? Jam berapa? Kenapa aku tidak tahu?" Tanya James bertubi-tubi, ia khawatir kedua orang tuanya datang disaat dia sedang berada di kamar Jihan semalam. Astaga... James tidak tahu apa yang akan terjadi padanya jika sampai kedua orang tuanya melihat kejadian itu semalam.

"Entahlah, kami tidak memperhatikan jam berapa kami sampai. Sudahlah, dimana Aunty-mu. Ajak dia untuk sarapan bersama" Kali ini Faizal yang menjawab pertanyaan puteranya

"Sepertinya mereka tidak melihatnya semalam. Syukurlah. Kalau Daddy dan Mommy melihatnya, entah bagaimana nasibku hari ini karena sudah menyentuh adik kesayangan Daddy" Batin James lega

"Biar aku saja yang membangunkannya. Kamu makanlah duluan, James" Kata Jasmine lalu beranjak menuju kamar Jihan

"Ada yang ingin kamu sampaikan pada Daddy, James" Kata Faizal sesaat setelah Jasmine meninggalkan mereka
"Ti-Tidak ada, Dad"
"Sungguh?"
"Ya"
"Apa semua baik-baik saja?"
"Iya. Semua baik-baik saja" James berusaha meyakinkan sang ayah
"Jihan... Apa dia juga baik-baik saja?" Pancing Faizal kembali
"Uhuk... Uhuk..." James seketika tersedak mendengar Daddy-nya menyebut nama Jihan
"Hati-hati, James" Faizal mengulurkan segelas air pada puteranya
"Sorry, Dad"

Faizal menggeleng dan tersenyum penuh arti melihat perilaku tidak biasa puteranya, James yang selalu bisa mengendalikan diri dan tenang dalam segala suasana, kali ini terlihat begitu gugup saat berhadapan dengannya, apalagi saat ia menyebut nama sang adik di hadapan puteranya.

"Kakaakkkkk..." Jihan berteriak dari atas tangga, kalau saja kakinya tidak sedang terluka pasti ia sudah berlari menuruni tangga tersebut demi menghampiri Kakak tersayang-nya.

"Ya Tuhan... Ada apa dengan kakimu, Jihan?" Tanya Faizal yang baru menyadari kaki Jihan yang di perban

Ia langsung meninggalkan makanan-nya dan berjalan cepat menyusul sang adik yang kini tengah berjalan pelan dengan di papah oleh Jasmine.

"Kamu bisa jalan?" Tanya Faizal lagi saat sudah berada di samping Jihan

Jihan meraih tangan kakaknya dan menciumnya, Faizal mencium kening adiknya dengan sayang. Jasmine tersenyum melihatnya dan mengelus kepala Jihan dengan sayang pula.

"Semalem kata dokternya aku gak boleh terlalu banyak jalan dulu kak. Kakak kapan sampe, kok gak ngasih tau sih. Tiba-tiba udah sampe aja, tapi aku seneng kok. Hehehe..." Cerocos Jihan yang mulai cerewet seperti biasanya

My Heart Belongs To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang