Jihan tampak menarik napasnya dan menghembuskannya perlahan lalu mengulanginya lagi untuk beberapa kali, sepertinya apa yang akan dikatakannya adalah sesuatu yang cukup berat baginya.
"Aku mau menikah" Kata Jihan pasti
"Dalam waktu dekat" Jihan melanjutkan^^^
James syok mendengarnya, dadanya bergemuruh menahan sesuatu yang seakan ingin meledak saat itu juga.
"Apa-apaan ini, Aunty?!" Tanpa sadar James membentak Jihan
"Kenapa? Ada apa memangnya? Apa salah kalau aku mau menikah? Aku ini wanita dewasa, Jimmy" Jihan kemudian berdiri, emosinya ikut tersulut mendengar bentakan James tadi
"Apa Aunty sadar apa yang Aunty katakan?" James juga ikut berdiriMereka kini berhadap-hadapan, dengan napas yang memburu sama-sama menahan amarah. Dan sepertinya amarah keduanya akan meledak sebentar lagi
"Aku sangat sadar" Balas Jihan sengit
"Dan aku akan menikah dalam waktu dekat dengan atau tanpa persetujuanmu, lagipula siapa yang butuh persetujuanmu. Aku cuma butuh restu dari Kak Faizal dan Kak Jasmine maka..." Imbuh Jihan dengan berapi-api hingga suaranya bergetar dan wajahnya memerah
"Cukup!!"
"Kenapa kamu marah? Apppmmhhhh..."James membungkam mulut Jihan dengan bibirnya, James mencium Jihan kasar sambil menahan kepala Jihan.
Jihan meronta, tapi tentu saja dia tidak akan menang melawan James. Kekuatannya tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan James yang bertubuh besar.
"Jim...myyhhhh..." Jihan berkata di sela ciuman James yang mulai menuntut
Hingga akhirnya James melepaskan ciumannya dan melihat mata Jihan yang berkaca-kaca, seketika James menyesal dia hendak mengucapkan maaf tapi tiba-tiba Jihan mendorongnya tapi justru mereka berdua terjatuh dengan Jihan yang kini menindih James."Aunty..."
Entah apa yang ada dipikiran Jihan, gadis itu menundukan wajahnya dan mencium bibir James terlebih dulu, Jihan seakan menumpahkan keputus-asaan dan kekesalannya dalam ciuman tersebut. James dengan lembut membalasnya, James menahan tengkuk Jihan untuk memperdalam ciuman mereka.Hingga beberapa saat mereka berdua saling menikmati dan terhanyut dalam ciuman manis tersebut, bolehkah mereka meminta pada sang waktu untuk berhenti saat ini, sungguh ini begitu indah.
Jihan menitikan air mata dalam ciuman mereka, James menyadarinya dan melepaskan tautan bibir mereka. Sedangkan Jihan masih mengecup kecil sudut bibir James sebelum ia benar-benar menjauhkan wajahnya dari James.
Tidak berkata apapun, Jihan merebahkan kepalanya diatas dada James dan menangis tersedu-sedu disana, hati bagai diremas mendengar isakan pedih Jihan. Ia mengelus lembut punggung Jihan yang saat ini begitu rapuh.
Tanpa dikatakan pun, siapa saja bisa melihat betapa cinta diantara keduanya begitu kuat. Tapi itu adalah sesuatu yang terlarang, setidaknya itu yang mereka pikirkan saat ini. Entahlah
"Apa keputusanmu sudah final?" Tanya James tanpa berniat merubah posisi mereka yang begitu intim saat ini
"I-iya" Jawab Jihan sarat akan keraguan, sangat berbeda dengan pertama kali ia mengucapkannya tadi
"Aku sudah meminta Kak Faizal dan Kak Jasmine untuk datang dan mereka akan sampai besok sore"
"Siapa? Siapa pria itu?"
Jihan menggeleng, James menghembuskan napas kasar. Ia kemudian bangkit dan duduk, Jihan juga sudah beringsut dari atas tubuhnya"Apa akan seperti ini akhirnya, Aunty?" Tanya James pelan
"Hhhmm..." Jihan tidak mampu berkata-kata lagi, Jihan mengeraskan hatinya agar tidak terpengaruh akan tatapan penuh cinta dari JamesJihan kemudian berdiri dan berjalan dengan cepat menuju tangga untuk masuk kekamarnya.
"Jangan berlari, Aunty" James mengingatkan
Jihan kembali terisak dan mengangguk hingga air matanya menetes, dan berjalan pelan-pelan menaiki tangga.
![](https://img.wattpad.com/cover/56392493-288-k597637.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Belongs To You
Roman d'amourBenarkah cinta tidak pernah salah? Lalu bagaimana jika cinta yang ku idam-idamkan selama ini ternyata berkhianat? Dan disaat yang hampir bersamaan seseorang tanpa sengaja mengisi kekosongan hatiku dan melenyapkan kegalauanku dengan mudahnya, hingg...