VML2: Bertemu kembali

6.9K 590 137
                                    

SETELAH landing tadi, Velin terus-menerus berjalan bolak-balik sambil melirik jam biru di pergelangan tangannya. Dia tidak peduli pada orang-orang—yang berada di bandara—menatap aneh dirinya. Dia sudah tidak sabar melihat seseorang yang sudah hampir empat tahun dia tinggalkan. Tapi suara seseorang sejenak membuat Velin menghentikan acara jalannya itu.

"Bisa nggak sih, Vel, kamu berhenti jangan mondar-mandir kayak gitu. Kak Vier bosan melihatnya." Gerutuan Kak Vier, tak dihiraukan olehnya. Velin kembali menekuni kegiatannya tadi.

Jantung Velin semakin berdetak tak karuan karena tak sabar menunggu. Apa seperti ini rasanya menunggu seseorang yang sudah lama tak bertemu?

Acara jalan Velin seketika terhenti saat matanya menangkap sosok yang ditunggunya.

Langkah kaki cowok itu semakin mendekat dengan wanita paruh baya di sebelahnya. Seiring langkah cowok itu jantung Velin semakin tak karuan berdegupnya, seolah-olah ingin keluar dari rongga.

Orang itu berhenti tepat di depan Velin membuat dirinya terpaksa mendongak karena Velin hanya setinggi dadanya.

Dirinya sudah tidak bisa menyembunyikan senyumnya lagi, Velin bergerak mendekat, sejurus kemudian Velin memeluk Devin. "Aku kangen banget sama kamu, Devin."

Cowok itu, Devin hanya bergeming, sama sekali tidak ada niat untuk membalas pelukan Velin. Dia hanya diam menunggu Velin melepaskan pelukan. Tanpa peduli pada pernyataan rindu Velin padanya.

Karena tidak ada respon dari ucapannya, terpaksa membuat Velin melepaskan pelukan, mengangkat wajah menatap Devin.

"Hai...Velin." Sapaan dan juga sebutan panggilan itu membuat semua terperangah. Vier, orang yang tidak pernah suka melihat kedekatan Velin dan Devin tidak percaya dengan panggilan Devin pada adiknya.

Apalagi Velin, matanya melebar mendengar Devin memanggilnya seperti itu apa dia tidak salah dengar? Sejak kapan Devin memanggilnya dengan sebutan Velin? Veve, kenapa bukan panggilan itu? Dan seketika ada rasa pahit yang menjalari diri Velin membentuk rasa sesak di dadanya.

"Velin?" Akhirnya Velin bisa mengendalikan diri untuk terlihat biasa saja. "Bukannya..."

Semua kalimat Velin yang sudah terbentuk untuk menanyakan panggilan itu, tapi terpotong oleh perkataan Devin.

"Itu nama lo kan?" tanya Devin santai. Namun siapapun pasti mendengar nada sinis yang tersirat di dalamnya. "Jadi gue nggak salah dong, manggil lo dengan sebutan itu."

"Dev..." Lisa, ibunya menepuk pundak Devin seolah kebingungan dengan sikap dingin Devin pada Velin.

"Mending kita langsung pulang aja, pasti capek kan? Kalian kan butuh istirahat." Perkataan Devin yang menyela ucapan ibunya, membuat semua kembali terdiam.

●●●●

"Apa ada sesuatu yang lo sembunyiin dari gue?"

Itu pertanyaan terakhir yang Velin ingin dengar dari mulut sahabatnya, Devin. Velin benar-benar tidak bisa menjawabnya.

Di sini, di taman belakang rumahnya, setelah pulang dari bandara. Velin belum istirahat sama sekali, karena Devin memintanya untuk berbicara berdua. Duduk di ayunan yang hanya Velin gerakan dengan kakinya, lalu menoleh pada Devin yang sedang tidak membalas tatapannya.

"Maksud kamu apa sih?" tanya Velin balik berusaha menutupi rasa gugupnya mendengar pertanyaan itu.

Devin menghela napas, menerawang ke arah depan. "Gue cuma nggak mau lo nutupin sesuatu dari gue Vel..." Devin menoleh kearahnya. "Lo udah janji nggak akan bohong ataupun nutupin sesuatu dari gue."

Velina My Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang