SEDARI tadi yang dilakukannya hanya menelusuri setiap rak buku di perpustakaan. Di setiap rak buku Velin mencari, tetapi masih belum bisa menemukan buku yang dia cari. Velin menghela napas, entah sudah berapa kali, dia melakukan itu.
Ini salahnya andai saja tadi pagi dia tidak telat datang ke sekolah pasti dirinya tidak terjebak dalam himpitan rak buku rumus-rumus Fisika.
Velin benci Fisika.
"Lo lagi nyari apa?" Velin tersentak kaget mendengar itu, sontak kepalanya menoleh dan langsung terbelalak.
"Ngapain kamu di sini?" Bukannya menjawab Velin malah balik bertanya.
Orang itu--yang berdiri di samping Velin, menaikan sebelah alisnya. Melihat ke kanan dan kiri dengan wajah polos, membuat dahi Velin mengerut. "Ini perpustakaan kan?" tanyanya, Velin semakin mengerutkan keningnya. "Jadi siapa aja boleh dong ke sini," lanjutnya.
Ingin sekali Velin membenturkan kepala cowok itu. Velin juga tahu kalau ini perpustakaan, siapapun boleh masuk ke sini, kecuali murid sekolah lain. Tunggu! Jangan bilang cowok yang berdiri di sampingnya ini sekolah di sini.
"Udah selesai ngelamunnya?" Pertanyaan itu seketika membuat lamunan Velin buyar, Velin mendengus kesal dan melengos, kembali fokus memilih mencari kamus rumus Fisika yang menjadi tujuannya kemari.
"Dih gue di kacangin." Seru Alfar dengan wajah ditekuk. Lagi, Velin mengabaikannya.
Velin terus mencari sampai ia kembali lagi ke rak yang pertama, "Hahh..." Velin mendesah dramastis, "Akhirnya." Velin berhasil menemukan buku yang sedari tadi dia cari, Velin agak bingung, kenapa tadi dia tidak menemukannya? Ya sudahlah yang penting sekarang dia berhasil menemukannya.
Velin mengambil buku tersebut, mendekapnya. Kemudian, berbalik, ingin keluar dari perpustakaan lalu menuju kantin. Waktu istirahatnya terpotong hanya karena ia mencari buku terkutuk ini. Hari ini Velin benar-benar sial.
Belum sempat Velin meninggalkan perpustakaan, pergelangan tangannya di tahan. Velin menatap Alfar dengan sinis. "Lepasin!" Seru Velin penuh penekanan.
Velin kira cowok itu sudah meninggalkannya sendiri tadi, ternyata tidak!
"Lo mau ke kantin? Bareng gue." Itu bukan penawaran tapi pemaksaan.
Alfar langsung menarik tangan Velin meninggalkan perpustakaan. Velin belum bilang mau tadi. Velin berusaha melepaskan tangannya, semakin Velin ingin melepaskan tangannya, cekalan Alfar semakin kuat.
Velin tetap berusaha melepaskan tangannya tapi tetap tidak bisa, akhirnya ia menyerah. Dan membiarkan tangan kirinya, ditarik oleh Alfar.
Setibanya mereka di kantin. Mereka berpapasan dengan Devin dan teman-temannya yang baru keluar dari kantin. Devin menatap Alfar dan Velin bergantian, alisnya naik sebelah.
Dan tatapannya jatuh pada tangan Velin yang dipegang erat oleh Alfar. Seolah-olah Alfar takut Velin lepas darinya.
Velin yang melihat Devin menatap intens tangannya yang berada di genggaman Alfar, meringis. Velin takut Devin marah kepadanya. Velin terus berusaha melepaskan genggaman tangannya dari Alfar.
"Lepas Al," ucap Velin sembari menarik tangannya dari Alfar, tetapi tidak bisa, genggamannya terlalu kuat. Sekilas, Alfar melirik Velin. Lalu kembali menatap Devin dengan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Velina My Love ✓
Teen Fiction[SELESAI] [follow terlebih dahulu untuk membaca] Menceritakan tentang persahabatan antara Devin 'si cuek' dan Velin 'si cerewet'. Bermula dari janji dan masa lalu yang mengubah kehidupan mereka berdua. •Karena janji, Velin meninggalkan Devin selama...