Epilog

7.8K 297 40
                                    

Karena kesempatan kedua bisa membuat hubungan yang retak menjadi utuh kembali.

ANGIN pantai yang berhembus dengan kencang menerpa wajah Velin. Rambutnya mengikuti kemana arah angin mengarah. Membentangkan tangannya, Velin memejamkan mata membiarkan dirinya menyambut angin yang berlalu. Bau pasir yang menyeruak, terbawa angin, semakin membawa ketenangan.

Velin tidak menyangka jika dia akan menginjakkan kakinya lagi di sini. Di pulau pribadi Om Frans, tempatnya saat dia berlibur dulu bersama Devin. Velin sangat ingat dengan kenangannya bersama Devin. Saat Devin yang menghancurkan istana pasir buatannya, hanya karena dia tidak ingin di abaikan oleh Velin. Bermain sepeda bersama. Velin tersenyum mengingat hal itu.

Tetapi baru saja Velin menikmati ketenangan, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya membuatnya terpaksa menoleh. Ternyata Thalita. Dia tersenyum.

"Sedikit lagi permainanya mau di mulai Vel." Katanya dengan antusias. "Ayo!"

Dan tanpa menunggu Velin mengucapkan apapun, Thalita sudah menarik tangannya menjauh dari pinggir laut. Membiarkan Thalita membawanya, Velin menatap jejak kakinya yang terlukis di pasir pantai.

"Astaga kalian bisa nggak sih, nggak berantem sehari aja!" teriakan Thalita menggema di telinga Velin berbarengan dengan tangannya yang yang terlepas dari tangannya. Velin mendongak, melihat Devin dan Alfar yang berkelahi sampai berguling-guling di pasir.

Velin memutar matanya malas, sudah berulang kali kejadian seperti ini terulang terus padahal mereka sudah berbaikkan beberapa tahun lalu tetapi tetap saja mereka berdua tidak bisa sehari tidak adu mulut yang berujung perkelahian.

Alfar berdiri membersihkan kaosnya yang terkena pasir, kemudian berjalan menghampiri Thalita.

"Kita berdua nggak sedang berantem sayang."

"Nggak usah bohong kamu, Al." Mata Thalita melotot kesal pada Alfar.

"Aku nggak bohong." Alfar berusaha menunjukkan wajah kejujuran. "Kalo nggak percaya tanya aja ke Devin."

Alfar menoleh pada Devin meminta persetujuaan tetapi Devin hanya memasang wajah datar lalu bangkit berdiri dan menghampiri Velin.

"Jadi siapa yang duluan mulai ngajak berantem?" tanya Velin pada Devin karena cowok itu sepertinya tidak ingin membahas apapun dari raut wajahnya.

"Bukan aku yang mulai, Ve." Wajah Devin yang datar membuat Velin sulit menebak siapa yang salah di sini.

"Pasti kamu yang kan Al?" Thalita menuduh Alfar, matanya menyipit memandang Alfar.

"Bukan aku." Alfar mengangkat tangannya seperti baru saja ditodong pistol. "Aku cuma bilang ke Devin kalo permainannya pasti akan dimenangkan oleh kita."

Alfar menyengir, dan tanpa sedikit pun celah untuk Alfar menghindar. Thalita sudah lebih dulu mencubit pinggangnya, membuatnya mengerang kesakitan.

"Tetapi sama aja kamu yang mancing, Alfar!" Thalita berkacak pinggang memandang kesal Alfar.

Thalita harap liburan kali ini bersama keluarga Devin dan Velin akan membuat Devin dan Alfar tidak akan adu jotos seperti biasa, mereka harus terlihat seperti layaknya saudara. Tetapi harapan, hanyalah harapan Thalita tidak bisa membuat Alfar dan Devin akur sejenak.

●●●●

Devin sudah berdiri di garis start dengan menggendong Velin di punggung, di sampingnya Alfar juga sudah berdiri bersama Thalita di punggungnya.

Devin sudah bersiap-siap berlari dengan menggendong Velin. Itulah permainannya siapa yang bisa membawa pacarnya di punggung sambil berlari sampai ujung yang sudah ditentukan lalu berbalik lagi ke tempat semula itulah pemenangnya.

Velina My Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang