VML29: Mengungkapkan

3.4K 222 42
                                    

"Gue...," Devin berhenti berbicara. Kata-kata yang sudah dirangkainya kembali tertahan di tenggorokan. Bibirnya terbuka tetapi tidak ada perkataan apapun yang keluar.

Devin merutuki dirinya yang jadi salah tingkah begini. Kenapa sulit sekali mengatakannya?

"Kamu mau ngomong apa Dev. 'Gue' apa?" Velin menunggu lanjutan ucapan Devin. "Kalo kamu emang nggak mau ngomong apa-apa mending aku pulang."

Devin yang melihat Velin sudah mau bangkit berdiri seketika panik dan langsung menahan tangan perempuan itu lagi.

Secara refleks tanpa paksaan Devin mengeluarkan kata-kata. "Gue cinta sama lo."

Suara Devin menggema di gendang telinga Velin. Membuat semua kebisingan di taman teredam, suasana taman yang ramai, seolah mendadak hening. Velin hanya terfokus pada pengakuan Devin.

Velin berbalik memandang Devin. "Ini nggak lucu Dev. Aku nggak suka sama bercandaan kamu." Velin menarik tangannya dari genggaman Devin.

"Gue nggak bercanda Vel ini serius." Devin menatap Velin lekat.

"Aku bukan perempuan yang bisa kamu jadiin bercandaan seperti perempuan yang kamu tembak lalu kamu putusin gitu aja, Dev," kata Velin dengan sorotan mata kemarahan.

Devin mulutnya terbuka, tidak percaya dengan perkataan Velin yang menyimpulkan dirinya hanya akan menjadikannya bercandaan.

"Lo salah Vel. Gue sama sekali nggak jadiin lu bercandaan. Gue beneran cinta sama lo sejak kecil, setiap kali gue ngelihat senyum lo, dan hati gue sakit saat ngelihat lo nangis," tutur Devin dia berjalan makin mendekat ke arah Velin.

"Semua perempuan itu cuma pelampiasan gue aja Vel karena gue kecewa sama lo yang ninggalin gue dan hancurnya keluarga gue." Devin bisa melihat mata Velin yang mulai berkaca-kaca. "Dan Thalita, gue menerima dia karena gue nggak mau buat dia malu di depan banyak orang, bukannya karena gue suka sama dia."

Devin menarik kedua tangan Velin lalu mengenggamnya, Velin hanya diam menatap Devin. "Gue sayang sama lo, tapi rasa sayang ini beda sama rasa sayang persahabatan. Perasaan ini lebih dari rasa sayang itu, Vel."

"Nggak mungkin kan sahabat ngerasain kayak gini," Devin menarik tangan Velin tepat di dadanya, membuat Velin bisa merasakan detak jantung Devin yang berpacu cepat, cerminan seperti apa yang dia rasakan.

"Apa lo ngerasain hal ini?" Pertanyaan Devin seolah menghipnotisnya, dan membuat kepala Velin mengangguk.

"Jadi?" Devin tersenyum. "I'm the first man you love?"

Dan sekali lagi Velin mengangguk, tanpa paksaan dan semakin membuat senyum Devin melebar.

Dan hari ini hubungan mereka berdua resmi lebih dari sekedar sahabat.

●●●●

Velin turun dari sepeda Devin kemudian berdiri di samping cowok itu. Tanpa malu-malu senyum itu merekah di wajahnya sembari menatap Devin.

"Aku masuk dulu ya." Velin berbalik pergi hendak masuk ke dalam rumahnya.

"Tunggu Vel!" Seru Devin yang lantas membuat Velin berbalik lagi menatapnya.

"Kenapa, Dev?"

Tanpa disangka-sangka, dan tidak pernah Velin duga, Devin mendekatkan wajahnya mencium keningnya, yang seketika itu juga membuat Velin mematung.

Saat Devin menjauhkan tubuhnya, dia bisa melihat wajah pias Velin. Dan itu sangat lucu, membuat Devin tanpa sadar mencubit pipi cewek itu.

"Sana gih masuk. Aku cuma mau ngelakuin itu aja." Devin tersenyum lebar.

Velin mengangguk kaku. "Ya-yaudah aku masuk dulu," jawab Velin hampir tergagap lalu langsung berbalik dan hampir berlari masuk.

Devin bisa melihat Velin yang menoleh sekilas ke arahnya, dan senyumnya mengembang, lalu menghilang di balik pintu rumahnya.

Senyumnya sama sekali tidak luntur dari wajah, dia begitu senang, mengetahui dia dan Velin sekarang berpacaran bukan sebagai teman kecil saja.

Biasanya Devin hanya bisa mencium perempuan itu saat matanya tertutup tetapi sekarang dia mencium kala mata cokelat itu juga balas menatapnya.

Devin yang hendak ingin mengayuh sepedanya lagi, berhenti karena getaran dari ponselnya. Merogoh saku celana, Devin lalu menaikkan sebelah alis melihat nama Bara terpampang di layar ponselnya.

Kemudian Devin menggeser layarnya, dan menempelkan ponselnya di telinga.

"Kenapa?"

"Lo nggak lupa sama malam ini?" Tentu saja Devin mengerti ke arah mana pertanyaan Bara.

"Gue nggak lupa."

Dan Devin yakin jawaban darinya membuat Bara tersenyum miring disana, cihh dia sama saja seperti Alfar.

"Oke gue tunggu lo malam ini di area balapan, di tempat biasa."

"Oke," balas Devin dan langsung memutuskan sambungan teleponnya, tanpa peduli saat Bara ingin mengatakan sesuatu lagi.

Dan Devin pun kembali mengayuh sepedanya untuk pulang ke rumah.

●●●●

Di seberang sana, Bara terkekeh saat Devin langsung memutuskan panggilannya, lalu dia menoleh ke arah cowok yang sedang duduk di sofa, di depannya.

"Beres?" tanya cowok itu.

Bara tersenyum miring, mengangguk. "Beres. Lo tinggal bawa perempuan itu ke arena balapan."

Alfar yang ternyata cowok yang sedang duduk di sofa di depan Bara. Cowok itu juga ikut tersenyum tetapi bukan senyum yang biasa dia tujukan.

"Iya gue akan bawa perempuan itu. Dan gue sangat yakin, kalo perempuan itu bakal benci banget sama Devin."

"Kenapa lo sangat yakin kalo Velin bakal benci sama Devin? cuma karena Devin ikut balapan."

Senyum miring Alfar semakin menjadi-jadi mendengar pertanyaan Bara. "Karena beberapa hari ini gue deket sama Velin dan gue udah dianggap temen sama dia, dan sebenarnya gue nggak mau sakitin Velin. Tapi karena gue terlalu benci sama Devin, jadi gue tetep akan ngejalanin rencana ini."

"Tujuan rencana lo ini apa?" tanya Bara yang tidak mengerti dengan rencana Alfar jika Alfar tidak mau menyakiti Velin lalu untuk apa dia membalas dendamnya lagi.

"Gue cuma mau melihat Devin sakit hati karena perempuan yang dia cintai menjauh, dan mungkin bisa benci sama dia. Gue mau Devin ngerasain yang dulu pernah gue rasain."

To Be continue
(29 Juni 2017)

Velina My Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang