VML37: Pesta Perusahaan

4.2K 231 14
                                    

LAMPU-LAMPU berkilauan yang hampir tidak terhitung menggantung di langit-langit gedung, lantai yang dilapisi karpet merah yang panjang dari arah pintu masuk.

Meja-meja tamu pun juga tidak terhitung jumlahnya, di atas meja tersebut dilapisi kain berwarna gold dan juga dihiasi vas bunga. Pesta ulang tahun perusahaan Om bagas yang diadakan di bagian lantai teratas gedung itu, terlihat sangat mewah. Banyak makan-makanan di meja yang berjejer.

Devin memandang jengkel ke arah Ibu dan Ayahnya yang sedang duduk bersama. Mengamati mereka dari depan, Devin benar-benar belum bisa memaafkan Ayahnya, setelah apa yang beliau lakukan.

Terkadang, Devin merindukan suasana seperti ini, Ayah, Ibu dan dirinya berkumpul dalam satu meja. Mereka berdua berbincang-bincang sedangkan Devin hanya mendengarkan.

Mungkin Devin bisa saja bersikap biasa saat Ayahnya ikut duduk bersama dia dan Ibunya di meja tamu pesta ulang tahun Om Bagas, tetapi ternyata Ayahnya membawa bunglon bersamanya. Siapa lagi jika bukan Alfar.

Melirik ke sebelah, Devin menghembuskan napas kasar.

Alfar menoleh pada Devin. "Kenapa lo?" Dia tersenyum miring. "Nggak suka gue duduk di sini?"

Devin ikut menoleh, melayangkan tatapan tajamnya pada Alfar. "Ya, gue gak suka lo di sini."

Mereka sama-sama keras, sama-sama memberikan tatapan tajamnya masing-masing, tidak mau ada yang mengalah sedikit pun.

Frans berdehem, membuat Devin mengalihkan pandangannya.

"Ucapan kamu nggak sopan, Dev. Alfar juga anak Daddy sekarang," kata Frans dengan tegas. "Jadi jaga sikap kamu."

Devin menatap Frans dengan alis terangkat. "Dan menurut Daddy, Devin peduli." Salah satu sudut bibirnya terangkat, kembali mengatakan. "Daddy urusin aja anak kesayangannya, karena Devin bisa aja membuat wajah anak kesayangan Daddy itu babak belur."

"Devin!" Mata Lisa penuh dengan peringatan.

Merespon itu, Devin hanya menaikkan bahunya tak acuh, Devin tidak peduli, tujuannnya ke sini hanya ingin bertemu Velin. Tetapi sejak tadi Devin tidak melihat sosok itu datang. Ini kesempatannya, dan Devin sudah menunggu seminggu setelah melihat undangan itu. Devin sangat merindukan Velin.

"Nungguin Velin, eh?" Devin kembali menengok lagi pada Alfar. "Gue yakin dia masih nggak mau ketemu sama lo."

Devin menahan geraman kesalnya pada Alfar. Sepertinya Alfar memang berniat memancing kemarahan Devin.

"Alfar?!" Frans memperingati dengan tegas. "Jangan memancing keributan di sini."

Mendengar itu, Alfar menghela napas lalu memilih mengedarkan pandangannya kemana-mana.

Tak selang beberapa menit, Devin melihat wanita dengan gaun bewarna merah dengan corakan berbentuk daun, ulat atau--Devin tidak tahu apa itu namanya dengan bagian pundak yang agak terbelah menjadi dua.

Devin hanya memerhatikan perempuan itu dari jauh, dan sepertinya perempuan itu berjalan mendekat. Dan yang membuat Devin terkejut adalah saat Alfar langsung bangkit berdiri dan berjalan ke arah perempuan itu.

"Hai, Thal kamu cantik malam ini."

Thalita, perempuan yang menggunakan gaun itu tersenyum mendengar pujian Alfar. "Kamu juga tampan malam ini."

Alfar terkekeh. "Iya dong, Alfar." Dia membanggakan diri, kemeja putih dipadukan dengan jas bewarna cokelat, Alfar memang terlihat tampan malam ini.

Thalita hanya tertawa kecil melihat kepercayaan diri Alfar.

Devin yang hanya melihat dari jarak beberapa sentimeter kebingungan. Memangnya apa yang dia lewatkan, kenapa sekarang Alfar tidak terlihat benci pada Thalita? Dan juga kenapa Thalita tidak terlihat dengan--wajah bersalahnya yang biasanya wanita itu tunjukkan di depan Alfar.

Velina My Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang