VML15: berangkat bersama

4.4K 271 41
                                    

VELIN sedang sibuk menyisir rambutnya. Sampai suara ketukan di pintu membuatnya teralihkan. Perlahan, pintu itu terbuka menampakkan Shinta, ibunya.

"Kamu berangkat bareng Devin?"

Pertanyaan yang terlontar dari ibunya itu, membuat Velin mengernyit, "Nggak, Bun. Velin kan berangkat bareng Kak Vier," jawabnya.

Ibunya terlihat bingung lalu berkata, "Tapi, Devin ada di bawah. Katanya, mau jemput kamu untuk berangkat bareng."

Dahi Velin yang mengkerut perlahan menghilang tergantikan dengan sudut bibirnya yang terangkat. "Beneran Bun, Devin ada di bawah?"

Bunda mengangguk, "Iya dia ada di bawah, emang dia nggak ngasih tahu kamu kalau mau jemput?"

Velin menggeleng, masih dengan senyum yang terukir di wajahnya.

"Ya sudah Bunda ke bawah ya, Cepetan ngerapihin rambutnya. Nanti Devin kelamaan nungguinnya," ujar Shinta.

"Iya, Bun nanti Velin nyusul ke bawah," jawabnya.

Bundanya itu hanya menganggukkan kepala lalu berjalan keluar kamarnya. Velin pun dengan cepat menguncir rambutnya setelah melakukan ini-itu Velin pun bergegas keluar kamar, menuruni anak tangga lalu berjalan menuju ruang makan.

Saat sampai di ruang makan, matanya langsung menatap cowok yang tengah sibuk menggulir layar ponselnya. Sepertinya dia tidak menyadari tatapan tajam Vier, Velin mengeleng-gelengkan kepala kenapa kakaknya selalu tidak suka dengan Devin.

Velin melangkah mendekati kakak itu, Velin akan membujuknya. Karena Velin tahu kakaknya itu pasti akan melarangnya berangkat bersama Devin. Maka, dari itu Velin akan merayu kakaknya.

"Pagi, Kak." Velin mencium pipi kiri kakaknya itu, tangannya sudah mengalung di leher kakaknya dari samping.

"Pagi," balas kakaknya sangat datar, matanya masih menatap lurus ke Devin.

Biasanya saat Velin sudah bersikap manja begini Kak Vier akan membalas menatapnya seraya tersenyum lembut lalu membalas 'pagi', bisa Velin simpulkan pasti kakaknya itu tidak akan mengizinkannya pergi ke sekolah bersama Devin.

"Kamu beneran berangkat bareng Devin?"

Velin mengerjapkan matanya saat kakaknya menoleh, menatapnya datar. Velin menggigit bibirnya, lalu mengangguk, "Nggak pa-pa kan Kak?"

Vier menghela napas, dengan terpaksa dia menganggukan kepalanya, mengiyakan. "Nggak pa-pa tapi nanti pulangnya bareng Kak Vier aja ya?"

Velin tersenyum cerah. Melepaskan kalungan tangannya, dan mencium pipi kakaknya itu, lagi. "Oke."

Vier pun ikut tersenyum, meski senyum itu terlihat dipaksakan.

Velin berjalan ke kursi sebelah Devin. Menarik kursi untuk dia duduk lalu Menoleh ke sampingnya, "Kenapa kamu nggak bilang mau jemput aku?"

"Biar kejutan aja, lagian kita nggak pernah berangkat sekolah bareng lagi, iya kan?"

Velin mengangguk, Devin benar. Dia dan Devin sudah tidak pernah pergi ke sekolah bersama sejak dia pergi meninggalkan Devin.

"Kamu udah sarapan?" tanya Velin sembari memutar-mutar sendok di atas piringnya yang sudah tersedia nasi goreng.

"Udah."

Velin pun tidak berbicara apa-apa lagi dan mulai memakan nasi goreng buatan Bundanya. Namun, dari sudut matanya, Velin bisa melihat Devin yang sedang menatapnya intens membuat Velin tidak fokus ke makanannya.

Velin yang semakin tidak fokus, dan mulai bosan karena tatapan Devin. Akhirnya menoleh lagi ke Devin. Dan benar, Devin sedang menatapnya.

"Kamu mau?" Velin menyodorkan piring nasi gorengnya.

Velina My Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang