Prolog

10.5K 701 171
                                    

11 tahun yang lalu

Di taman belakang rumah, dua anak kecil yang berbeda umur setahun itu saling mengejar, tertawa bersama, seolah hidup mereka tidak di penuhi beban. Persahabatan sejak masih di kandungan karena orang tua mereka yang berteman. Anak perempuan itu masih saja terus mengejar sahabat lelakinya.

"Devin, tunggu!" Velin gadis kecil berumur lima tahun berseru memanggil sahabatnya. Tetapi anak cowok itu malah menjulurkan lidahnya, meledek Velin. Rambut lurus yang dikucir, bergoyang seiring kakinya yang berlari.

"Veve lama ayo dong kejar, Devin."

Velin mencebik bibirnya kesal karena Devin yang semakin jauh dari jangkuan. Cowok yang berusia setahun lebih tua itu malah terus mengejek Velin.

"Devin, ber..hen..ti dong, Velin capek." Napas Velin sudah tersengal-sengal karena kakinya yang terus dibawa berlari.

Velin akhirnya lebih memilih berhenti, duduk di rumput sambil mengatur napas.

"Yahh, Veve gitu aja capek, Cemen!" Devin membalikan jempolnya ke bawah seraya menghampiri Velin dan ikut duduk di rumput.

Terdengar suara langkah kaki yang membuat kedua anak kecil itu menoleh.

"Devin, Velin masuk sayang. Bunda sudah siapkan cokelat panas untuk kalian berdua." Mendengar cokelat panas dari ibunya-Shinta-Velin seketika langsung berdiri meninggalkan Devin, masuk ke dalam rumah.

"Mana cokelat panas Velin, Tante?" Velin bertanya pada Lisa-ibu Devin-membuat orang tua itu tersenyum lalu memberikan segelas mug berisi cokelat panas.

"Hati-hati bawanya sayang." Velin tersenyum lalu mengangguk.

"Ish, Veve tadi bilangnya capek tapi pas dengar cokelat panas larinya cepat banget," ucap Devin setelah berada di samping Velin. Dan anak lelaki itu juga meminta cokelat panas pada ibunya yang langsung diberikan.

Velin hanya menjulur lidahnya, lalu berjalan ke ruang tamu, duduk di sofa. Devin mengikuti. Mereka menyalakan televisi, menonton kartun kesukaan mereka mickey mouse.

"Mickey lucu." Velin terkikik sendiri melihat kartun kesukaannya itu sambil sesekali menyesap cokelat panasnya.

Kesenangan mereka yang sedang asik menikmati cokelat panas sambil menonton, harus berhenti karena kedatangan orang yang duduk di antara Velin dan Devin menciptakan jarak.

"Cewek cowok ga boleh duduk deket-deket," ucap orang itu, yang tak lain tak bukan adalah kakak Velin. Ravier Ardiana Witama, yang berusia enam tahun lebih tua dari Velin.

"Apa sih Kak Vier?" Velin menoleh bingung.

"Kak Vier nggak suka liat kamu deket-deket sama Devin, seharusnya kamu lebih deket sama kakak, Vel," ucap Vier dramatis.

"Vier jus stroberinya udah Bunda buatin." Dari arah belakang dapur Bunda berteriak membuat Vier terpaksa bangun dari sofa, sebelum itu dia melayangkan tatapan tajam pada Devin.

"Velin mau!" Devin menahan tangan Velin yang berniat untuk meminta jus stroberi ke dapur.

"Veve nggak boleh, Veve kan alergi stroberi." Devin berusaha mengingatkan, dia menarik Velin kembali duduk. "Kita minum ini aja." Devin menunjukkan mug yang berada di tangannya.

Velin mengangguk, menuruti Devin dan menonton kembali kartun kesukaan mereka.

"Mickey dan Minnie, selalu bareng-bareng, sama kayak kita." Velin menoleh pada Devin, mata bulatnya menunjukkan kebingungan.

"Iya Mickey dan Minnie kan sahabat kayak Velin dan Devin." Velin menyengir lucu.

"Velin harus janji nggak akan pernah ninggalin Devin kayak Minnie yang nggak pernah ninggalin Mickey." Kelingking Devin terangkat. "Janji?"

Velin menatap kelingking Devin dengan alis tertaut, dan kembali mendongak. Tetapi tak ayal mata bulat itu bersinar dan tersenyum. "Janji."

To be continue
(29-12-16)

●●●●

Gimana prolog-nya lebih enak yang ini atau yang kemarin?

Ini cerita pertamaku, jadi aku harap kalian maklum kalo banyak kesalahan di cerita ini.

Thank you
Aping🐼

Velina My Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang