VML21: Ada apa sama Devin?

3.6K 238 34
                                    

DI DALAM cafe, mata Rafael tak pernah lepas memandang perempuan yang duduk di depannya. Raut senang terpampang jelas di wajahnya,  Rafael benar-benar merasa bahagia saat Velin menghampirinya tadi di sekolah, seolah-olah perasaan yang disembunyikan selama ini tidak akan sia-sia, karena dia memiliki kesempatan untuk mengatakannya.

Velin mengatakan ada sesuatu yang ingin dia tanyakan. Dan Rafael tidak mungkin menolak.

"Jadi lo mau nanya tentang apa?"

Mendongak, mata cokelat Velin membalas tatapannya, Rafael jadi salah tingkah dibuatnya. Rafael mengalihkan perhatian dengan meminum caramel machiatto, yang sedari tadi dia abaikan.

"Tentang Devin?"

Rafael berhenti meminum caramel machiatto-nya. Dia sangat terkejut. Rafael tidak menyangja jika Velin akan menanyakan tentang Devin. Rafael belum menyiapkan diri membahas tentang itu.

Terdiam cukup lama, Rafael sadar dari lamunannya saat tangan Velin menepuk punggung tangannya.

"Kamu nggak apa-apa?" Velin bertanya, "Sebenarnya aku cuma bingung aja ngeliat Devin benci banget sama Alfar. Terus Alfar juga gitu sama Devin."

Menghela napas, Rafael seharusnya tahu Velin sangat dekat dengan Devin jadi pasti perempuan itu akan bertanya hal yang berhubungan dengan Devin.

Dan entah kenapa ada rasa sesak yang menghampiri Rafael mengingat soal itu.

"Oke, gue bakal ngasih tau lo," ucap Rafael dengan senyum paksa. "Lo tau saudara tiri Devin?"

Dahi Velin berkerut menandakan jika, cewek itu sedang berpikir. "Tau," jawab Velin kemudian. "Namanya Fardo kan?"

"Nama lengkapnya?" tanya Rafael, balasannya Velin hanya menggeleng, yang dia tahu sebatas itu. Velin tidak pernah menanyakannya pada Devin.

Tunggu, ada pertanyaan yang mengganggu pikiran Velin. Kenapa jadi bahas saudara tirinya Devin?

"Ya, Alfar saudara tirinya Devin," Rafael berucap seolah dia tahu apa yang sempat Velin pikirkan.

Mata Velin terbuka lebar tidak percaya. Lalu terdiam, memikirkan semua itu. Dia jadi mengerti kenapa Devin bisa sangat membenci Alfar.

Karena yang Velin tahu Devin tidak menyukai perempuan yang menikah dengan ayahnya, dan juga hubungan orang tua Devin harus berakhir karena perempuan tersebut. Itu yang Velin tahu.

"Tapi kan, saudara tirinya Devin itu namanya Fardo bukan Alfar," ucap Velin masih agak bingung dengan pembahasan ini.

"Nama lengkapnya Alfar itu, Alfardo," balas Rafael, yang mengerti dengan kebingungan Velin. "Dan mungkin lo tau nama Fardo itu dari Om Frans, papanya Devin. Jadi lo nggak tau nama lengkapnya dia."

Velin mengangguk mengerti. Namun, masih ada yang mengganjal, kalau Devin benci dengan Alfar karena Ibunya Alfar yang telah membuat orang tua Devin berpisah. Lalu apa yang membuat Alfar membenci Devin.

"Lo masih bingung?" Rafael bertanya.

Velin menggeleng, "Yang aku nggak ngerti kenapa Alfar benci sama Devin?"

"Alfar benci Devin karena Devin nerima pernyataan cinta perempuan yang dia suka." Rafael tersenyum tipis. "Devin terpaksa nerima pernyataan cinta perempuan itu karena mau bales dendam ke Alfar dan juga karena gak tega buat nolak."

"Oh," Velin bergumam, dia bingung mau membalas apa. Kenapa kehidupan Devin sangat rumit?

"Siapa nama perempuan yang disuka Alfar?" Velin bertanya, masih tidak puas sembari memutar sedotan di gelas orange juice miliknya.

Rafael terdiam sejenak, lalu menjawab, "Thalita."

Gerakan memutar Velin berhenti seketika. Tubuh Velin seolah kaku mendengar nama itu. Tapi, belum tentu nama yang Rafael sebutkan sama dengan orang yang membuat Velin menjauh dari Devin. Penyebab Velin meninggalkan Devin.

Memejamkan mata, Velin menyingkirkan pikiran tak karuan itu. Kemudian Velin hanya mengangguk, menanggapinya.

"Kamu juga mau ngomong sesuatu kan?" tanya Velin berusaha menyingkirkan nama itu dipikirannya. "Emang mau ngomong apa?"

Rafael menggeleng sembari tersenyum tipis, "Nggak jadi."

"Kok gitu?" Kening Velin mengerut. "Nggak apa-apa kok, ngomong aja."

"Tadi niatnya gue mau jujur seolah perasaan gue ke lo, Vel," ucap Rafael masih dengan senyum tipisnya.

Lagi-lagi, Velin dikejutkan dengan perkataan Rafael. "Apa?"

"Gue suka sama lo Vel, tapi gue sadar kalo perasaan lo cuma buat Devin." Ada nada getir di ucapan Rafael.

"Maaf," Entah kenapa Velin mengucapkan kata itu, "Aku nggak tau kalo kamu suka sama aku."

"Nggak pa-pa ini bukan salah lo kok," Rafael menangkup tangan Velin di meja lalu menggenggamnya. Sebenarnya Velin risih dipegang seperti itu, tapi dia biarkan. "Gue tau kalo perasaan lo itu cuma buat Devin, dan juga sebaliknya."

"Aku aja nggak ngerti sama perasaan aku sendiri. Gimana kamu bisa ngerti?" Kening Velin mengerut tanda bingung.

"Kepercayaan hati itu harus ada, Vel. Kalo lo nggak percaya sama hati lo, lo nggak akan ngerti sama perasaan lo sendiri," ujar Rafael, senyum tulus semakin terukir di bibirnya.

Rafael menaruh tangan kirinya ke atas tangan Velin yang menggenggam tangan kanannya. "Makasih Vel, karena lo gue bisa tau rasanya ngerelain. Ngerelain hal yang nggak akan jadi milik gue."

Velin tersenyum lembut, sebelah tangannya juga terangkat kemudian meletakkannya tepat di atas tangan Rafael.

Sementara itu, mereka berdua tidak menyadari dari luar cafe. Seseorang sedang mengamati mereka dari jauh. Orang itu melihat semua adegan antara Velin dan Rafael di cafe.
Saat tangan Rafael menggenggam tangan Velin. Saat tangan Velin juga balas menggenggamnya dengan senyum yang terukir di wajahnya.

●●●●

Untuk kesekian kalinya, Devin mengacak rambutnya kembali. Di otaknya masih terpatri jelas, saat tangan Velin membalas menggenggam tangan Rafael. Seulas senyum lembut Velin juga terpampang di wajah. Seolah memang Velin sedang bahagia kala itu.

Devin membuka tutup kaleng soda lalu menegaknya. Dari atas balkon kamar, Devin bisa melihat Rafael yang mengantarkan Velin tepat di depan gerbang rumahnya. Devin hanya mengamati dari atas, tangan Velin menyodorkan helm yang tadi perempuan itu pakai pada Rafael.

Setelah itu Rafael kembali menyalakan motornya, lalu mengendarai menjauh.

Devin mengalihkan matanya ketika kepala Velin mendongak dan tersenyum melihatnya. Entah kenapa Devin jadi malas melihat senyum Velin. Devin tahu, pasti Velin langsung berlari setelah gerbang terbuka dan menyusulnya di balkon.

"Kamu dari tadi di sini?" Suara sapa seseorang yang Devin sudah tahu siapa.

Velin berdiri tepat di sampingnya. "Ditanya bukannya jawab."

"Nggak setiap pertanyaan mesti dijawab." Balas Devin tak acuh, cowok itu sama sekali tidak menoleh saat membalas.

"Kamu kenapa sih, Dev?" tanya Velin, bingung.

Devin kembali meneguk minuman bersodanya lalu berucap, "Bukan urusan lo."

Velin mengambil kaleng soda di tangan Devin lalu membuangnya di tempat sampah yang berada di dekatnya. "Soda nggak baik buat perut, Dev."

Devin menatap minuman soda-nya yang terbuang sia-sia. "Lo apa-apaan sih?" tanya Devin, dengan mata tajamnya. "Gue aja nggak sibuk ngurusin hidup lo, kenapa lo harus sibuk ngurusin hidup gue?!"

Setelah mengucapkan kata-kata ketus, Devin melangkah pergi meninggalkan Velin di balkon.

Velin kebingungan dengan sikap Devin. Tidak biasanya Devin semarah itu. Hanya karena Velin membuang minumannya.

Ada apa sama Devin?

To Be Continue
(29 Mei 2017)

●●●●

Budidayakan vote ya
setelah baca :))

Velina My Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang