VML5: Alfar?

5.4K 392 79
                                    

"KAMU?" Mata Velin melebar melihat orang yang berdiri di depannya. Tentu saja dia terkejut, bahkan sangat terkejut. Dia tidak percaya kembali dipertemukan dengan orang yang membuat seragam sekolahnya kotor.

Kedua alis cowok itu naik memandang Velin naik turun. "Wow kita ketemu lagi," komentarnya.

Jengkel, satu kata yang menggambarkan Velin sekarang cowok itu semakin intens melihatnya membuatnya merasa risih. "Itu karena kebetulan."

"Gue nggak percaya sama yang namanya kebetulan." Mendengarnya Velin mengernyit heran. Apa maksudnya?

Lelaki itu terkekeh pelan melihat wajah Velin yang kebingungan. Lalu menjelaskan maksudnya. "Menurut gue, dalam dunia ini nggak ada yang namanya kebetulan. Adanya..." Menggantungkan kata-kata, cowok itu melangkah mendekati Velin membuat jarak antara dirinya dan Velin menipis.

Mencondongkan tubuhnya, lelaki itu berbisik pelan di telinga Velin. "Takdir."

Velin tersentak menjauhkan wajah, disusul dengan kakinya yang bergerak mundur. "Apaan sih?!" ucap Velin dengan kesal.

Dia tersenyum tipis seraya mengulurkan tangan, mengabaikan nada kesal Velin terhadapnya. "Alfar."

Menatap tangan terulur itu, Velin mengabaikannya dan memilih berjongkok untuk mengambil makanan yang terjatuh.

Tangan cowok itu masih terulur, menunggu untuk dibalas. Sejenak Velin menatap tangan Alfar yang terulur, lalu menghela napas.

Dengan terpaksa Velin menjabat tangan itu. "Velin," ucapnya singkat dan langsung menarik tangannya.

Berbalik, berniat meninggalkan cowok itu. Tetapi baru dua langkah tangan Velin kembali ditarik olehnya membuat Velin kembali berhadapan dengannya. "Apa-apaan sih kamu..."

Baru saja Velin ingin memarahi Alfar karena sikapnya yang seenaknya sendiri. Namun, suara familiar di telinga Velin menghentikan niatnya itu.

Memutar tubuh, Velin melihat Devin yang berdiri tak jauh darinya. Tatapan tajam yang diberikan Devin membuatnya meneguk susah payah. Cowok itu terlihat sedang menahan emosi, tangannya terkepal memegang kantung plastik di genggaman.

Lalu Devin berjalan mendekat pada Velin. "Lo lama banget sih!"

"Maaf, Dev aku—"

"Hai, Dev, gue nggak nyangka ketemu lo di sini," sapa Alfar pada Devin memotong ucapan Velin yang ingin menjelaskan. Alfar tersenyum, tentu saja bukan senyum sopan.

Devin beralih menatap Alfar dengan pandangan bosan. "Lo nggak usah basa-basi." Lalu tangan Devin menarik lengan Velin sedikit kasar. "Ayo, Vel kita pulang!" Velin menahan sakit karena cengkraman Devin yang terlalu kuat.

Menarik tangannya dari cengkraman Devin, Velin mengusapnya pelan. "Bentar, Dev aku mau bayar makanannya dulu!"

"Nggak usah! Lo tinggalin aja makanannya di situ." Devin menunjuk keranjang yang tersusun rapi yang berada tepat di samping tubuh Velin. Setelah Velin mengikuti perintah Devin, cowok itu kembali menarik tangan Velin, kali ini lebih kasar.

Perih. Sakit. Itu semua Velin rasakan saat Devin masih mencengkram tangannya. Velin tidak memusingkan hal itu, yang membuatnya bingung sikap Devin, mengapa Devin seperti itu saat bertemu Alfar?

"Masuk," intrupsi dari Devin membuat Velin tersadar dan mengikuti ucapan Devin, seperti seekor anjing yang mengikuti kata-kata majikannya.

●●●●

Hening, sama sekali tidak ada pembicaraan di antara Devin dan Velin. Hanya terdengar suara halus mobil. Setelah memasuki mobil, Devin dan Velin sama-sama diam tidak membahas hal yang terjadi di minimarket.

Velina My Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang