DEHEMAN Vier sama sekali tidak membuat pandangan Devin teralihkan dari adiknya. Mereka berdua saling tatap, kemudian tersenyum. Bahkan kedua orang itu mengabaikan makanan yang sudah tersaji di meja.
Keluarga Velin dan Devin sedang berada di luar rumah, mengadakan acara makan bersama. Mereka semua sedang makan di salah satu restaurant jepang yang berada di Jakarta.
Makanan Jepang adalah makanan kesukaan Devin dan Velin, mereka sangat menyukainya. Tetapi baru kali ini Vier melihat kedua orang itu mengabaikan makanannya. Sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka.
Vier berdehem lebih keras dan sukses membuat Devin dan Velin menoleh bersamaan. Sampai-sampai Shinta dan Lisa juga ikut menoleh.
"Kenapa Vier?" Shinta ibunya bertanya, kemudian bertukar pandang dengan Lisa yang duduk di sebelahnya, dua wanita paruh baya itu menatap Vier bingung.
Mereka semua duduk di meja bundar, omong-omong. Vier duduk di sebelah kiri Shinta dan disebelah kiri Vier, Velin dan tentu saja Devin bersebelahan dengan Velin.
Vier menoleh ke Shinta, lalu kembali lagi menatap adiknya dan Devin.
"Kalian berdua kenapa nggak makan?" tanya Vier tentu saja ekspresi wajahnya datar kala bertanya.
Shinta pun juga baru menyadari jika Velin yang biasanya sudah memakan habis Tempura kesukaannya. Tetapi sekarang makanan itu masih utuh di piring.
"Kenapa kamu nggak makan Vel, nggak biasanya?" Dan Shinta pun ikut menanyakan pertanyaan yang sama.
Menunduk, Velin menatap piringnya yang masih tersedia tempura utuh yang sama sekali belum tersentuh.
Velin juga jadi ikut bingung sendiri, tidak biasanya dia seperti ini seharusnya tempura di piringnya sudah habis. Tetapi makanan itu jadi terabaikan karena Devin. Cowok itu terus menatap ke arahnya, lalu tanpa apa-apa tersenyum dan Velin pun balas tersenyum.
Namun, saat Velin ingin mulai makan, Devin tidak mengalihkan pandangannya, dan terpaksa Velin membalas menatap Devin dan seakan terhipnotis Velin melupakan makanan kesukaannya.
"Velin nggak terlalu lapar Bun, jadi belum Velin makan deh tempura-nya." Velin nyengir ketika mendapat alasan yang pas.
Vier mengangkat alisnya, mendengar alasan Velin."Setahu kakak walaupun kamu nggak lapar, kalau udah ngeliat tempura, kamu juga langsung makan aja."
Mendengar cibiran Vier, Velin mendengus dan kembali fokus pada makanannya. Mulai menjepit tempuranya, dengan sumpit. Velin akhirnya memakan makanan yang tadi sempat terbaikan olehnya.
"Dan kamu juga Dev, kenapa nggak dimakan mie udon-nya?" Sekarang Lisa juga ikut menanyakan itu pada anaknya.
"Devin udah agak bosen Mom, selalu makan ini," jawab Devin asal, mana mungkin Devin bosan pada makanan kesukaannnya itu, dan makin tidak mungkin kalau dia bilang itu semua karena dia menatap Velin terus.
"Terus kenapa tadi kamu pesan itu?" Lisa kembali bertanya.
Mati! Devin tidak tahu lagi harus menjawab apa?
"Udah tenang aja Mom tetep Devin makan kok," ucap Devin lalu mulai menyupit mie udon-nya mendekat ke mulutnya.
●●●●
Ponsel Devin berdering membuatnya menghentikan menyumpit mie-nya. Dia merogoh saku celana. Saat Devin menatap layar ponsel, wajahnya berubah terkejut seperti baru menyadari sesuatu. Dengan terburu-buru Devin pamit pergi ke toilet untuk mengangkat telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Velina My Love ✓
Teenfikce[SELESAI] [follow terlebih dahulu untuk membaca] Menceritakan tentang persahabatan antara Devin 'si cuek' dan Velin 'si cerewet'. Bermula dari janji dan masa lalu yang mengubah kehidupan mereka berdua. •Karena janji, Velin meninggalkan Devin selama...