Part 7⏳I'll Tell You

5.8K 527 55
                                    

"Mulai besok kau akan bekerja dikantorku untuk membayar uang kuliahmu. Aku tak bisa lagi membayarkannya untukmu secara cuma-cuma." Ujar pria itu dingin. Jina hanya terpengarah mendengarnya. Hah? Apa ia tak salah dengar?

"Aku sudah mengatur kuliahmu, jadi kau hanya perlu masuk jika dirasa perlu mengikuti pelajaran tersebut." Benar-benar Jina tak habis pikir dengan ucapan Kyuhyun. Pria itu berucap sangat enteng seakan seluruh dunia dapat ia kendalikan begitu saja.

"Kau mendengarku?" Tanya pria itu menelisik kearah Jina.

"Ne, oppa." Ucap Jina mengiyakan meski didalam hatinya dia ingin sekali protes semua ucapan Kyuhyun barusan.

'Lagi-lagi ia berbuat sesuka hatinya.'

Jina menatap sepatu putihnya. Ia semakin menunduk dalam lalu menghembuskan nafas beberapa kali.

"Sepertinya kau tak suka dengan ucapanku barusan." Ujar pria itu lagi sambil melihat tingkah Jina. Kyuhyun sudah menggenggam kunci mobilnya. Ia melirik jam rolexnya lagi. Pagi ini ia seharusnya mengantar Jina kuliah tapi karena rapat mendadak jadi ia tak bisa melakukannya.

"...."

Jina hanya diam saja. Ia sungguh malas membalas ucapan Kyuhyun. Dirinya benar-benar lelah.

Lagipula memangnya ia bisa membantah ucapan Kyuhyun?

"Hari ini kau pergilah naik bus. Aku tak bisa mengantarmu, aku ada rapat pagi ini." Ujar Kyuhyun lalu memberikan uang untuknya.

Pria itu kemudian pergi begitu saja, memasuki mobil hitamnya yang sudah terparkir tepat didepan pintu saat supir pribadinya itu sudah tiba.

Jina bersorak dalam hati saat mobil sport mewah itu telah menjauh dari pandangannya. Ia lebih senang jika pergi sendiri seperti ini.

Jika Kyuhyun mengantar jemputnya setiap hari pasti hari-harinya terasa semakin berat. Untungnya pria itu hanya mengantarnya pergi kuliah tapi tidak untuk menjemputnya dan itu saja membuatnya terasa bebas meski hanya sedikit.

••⏳⏳••

••⏳⏳••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hah... Selalu saja seperti itu, kapan aku bisa bebas menjalani hidupku sendiri tanpa adanya kekangan?" Dengusnya jengah sambil terus menunggu di halte bus. Lama ia menunggu tapi kenapa busnya belum datang?

"Biar saja aku terlambat." Ucapnya sebal lalu ia melihat sepatu putihnya lagi. Ah, kenapa setiap hari rasanya terasa semakin berat?

Halte bus ini sungguh sepi, ia baru sadar jika hanya ada dirinya saja.

"Hah... Ini sungguh menyebalkan." Jina menghela nafasnya lagi. Entah, ini sudah keberapa kalinya ia menghela nafasnya pagi ini. Matanya melirik bebatuan kecil disekitar kakinya. Dengan sengaja ia menendang batu itu kesembarang arah.

"Aww!" Jina membulatkan matanya. Astaga batu itu mengenai seseorang! Jina menundukkan kepalanya. Ia kali ini berharap jika orang itu mau memaafkannya.

It's Hurt New•Kyuhyun[Proses e-book] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang