Berkas cahaya mulai mengenai sudut mata, tirai merah maroon itu sudah dibuka setengah dan membuat sang gadis perlahan membuka kedua matanya.
"Nona sudah bangun?" Tanya seorang wanita yang beda dua tahun dengannya.
Gadis itu tersenyum saat mendengar sapaan dari Hani. Tak disangka ternyata Hani sudah berada dikamarnya.
"Hmm." Gumam Jina dan berusaha untuk duduk, dengan sigap Hani membantunya.
"Terima kasih." Ujar Jina dan Hanipun melepas pegangannya.
"Nona, kemarin pergi kemana? Aku sangat mengkhawatirkanmu." Ujar Hani dan mulai duduk disebelah Jina lalu menyerahkan segelas air putih untuknya. Jina pun meraih gelas itu dan meminumnya.
"Ak-aku hanya ingin mengunjungi eommaku. Sudah lama aku tak pergi kesana." Ujar Jina yang terdengar lemah. Hani menghembuskan nafasnya. Dengan perlahan ia mengusap pelan kepala Jina. Sekarang ia tak bersikap formal lagi kepada nonanya itu.
"Kau tau alasanku masih menerima pekerjaan ini? Karena aku sungguh khawatir dan tak bisa meninggalkanmu begitu saja meski Tuan muda berlaku kasar kepadaku. Kau sudah aku anggap sebagai adikku. Jadi, kumohon jika kau pergi tolong kabari aku." Ujar Hani dan menangkup kedua tangan Jina. Gadis itu membalas tatapan Hani dengan berlinang air mata.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku." Ujar Jina dan langsung memeluk orang yang sudah ia anggap kakak perempuannya itu.
"Tentu saja." Ujar Hani dan mengusap punggung Jina pelan, berusaha memberikan semangat untuk gadis itu.
"Jika ada yang bisa kulakukan untuk membantumu lagi. Aku akan siap melakukannya." Ujar Hani lembut. Jina segera melepaskan pelukannya dan menatap wajah Hani dengan terkejut.
"Ani. Aku tak ingin melibatkanmu lagi. Sudah cukup kau merawat dan menjagaku selama ini." Ujar Jina yang tak setuju dengan usulan Hani tentang tawarannya. Ini seperti saat itu, saat Hani menawarkan penawaran gila ini. Saat itu hampir saja Jina bisa melarikan diri tapi entah dari mana Kyuhyun tau keberadaannya. Itu sungguh diluar dugaan. Jika ia gagal kabur lagi kali ini, bisa dipastikan Hani akan mendapatkan hal yang lebih mengerikan dari Kyuhyun.
Hani hanya menanggapi kekhawatiran Jina dengan senyuman. Sepertinya ia juga tak bisa membujuk Jina untuk menyetujui niatnya. Ia hanya ingin melihat hidup gadis itu terbebas dari monster yang selalu menyiksa Jina setiap ada kesempatan.
Hani langsung berdiri dan menundukkan kepalanya saat seseorang tiba-tiba masuk begitu saja kekamar nonanya itu.
"Makanlah dibawah." Ujar pria dingin itu dan setelahnya langsung menutup pintu kembali.
"A-apa ia mendengarnya?" Tanya Jina khawatir.
"Tidak nona, jika tuan mendengarnya pasti ia sudah menarikku atau menamparku." Ujar Hani yang terdengar bercanda.
"Hani, maaf jika selama ini kau harus menerima perlakuan kasar Kyuhyun karena kebodohanku." Lirih Jina lalu ia menundukkan kepalanya, ia merasa sangat bersalah.
"Aku tidak apa-apa. Lebih baik nona segera turun, tuan pasti sudah menunggu nona." Jina pun menganggukkan kepalanya dan menuruti ucapan Hani barusan.
Sepeninggal Jina, Hani menatap sendu kearah tubuh yang terlihat ringkih itu.
"Jika saja tuan Kyuhyun tau tentang kebenaran dibalik kematian orangtua Jina maka aku yakin ia yang akan merasa diambang jurang kematian." Ujar Hani dan mengepalkan tangannya.
Ia tau tentang kebenaran itu, ingin secepatnya ia memberitau kebenaran ini tapi Nyonya dan Tuan Cho begitu mahir menyembunyikan bukti-bukti yang terkait dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hurt New•Kyuhyun[Proses e-book] ✅
Fanfiction#3 superjunior (19/3/19) Dan sebenarnya aku telah menyakiti hatiku dengan menyakitimu.-Kyuhyun Amazing cover by @GENIUS__LAB