Jina merasakan angin yang berhembus dari luar menyapu wajahnya dengan lembut. Membuatnya kembali mendapatkan kesadaran, ia menghela nafas panjang dan merasakan tenggorokannya terasa kering. Kepalanya juga terasa sakit dan ngilu menjalar di seluruh bagian tubuhnya.
Ia ingat, akhirnya ia ingat kembali dengan apa yang terjadi tadi malam dan Jina ingin menangis saat itu juga. Ia berharap sang malaikat pencabut nyawa datang kepadanya saat ini juga.
Ia melirik jam dinding dikamar ini. Ini masih terlalu pagi. Lalu pria itu juga ternyata tak ada disini. Ia menahan nafasnya. Langit ternyata masih sangat gelap.
Gadis itu baru sadar jika dirinya sudah memakai baju. Siapa yang memakaikan pakaian yang tampak layak ini? Tanpa mau ambil pusing Jina mulai berjalan pelan untuk keluar dari kamar. Rasanya masih sangat menyakitkan, bahkan untuk berjalan saja ia masih kesulitan.
Saat tangannya sudah berhasil membuka pintu sedikit. Ia terkejut saat melihat dua orang berbadan besar berdiri tegap dengan memakai jas serta kacamata hitam menjaga kamar ini dengan begitu ketat.
"Maaf, nona tak diijinkan untuk keluar kamar oleh tuan muda." Jina memejamkan matanya. Ia mengepalkan tangannya dengan keras. Ia merasa sangat marah. Ia ingin sekali keluar dari sini. Ia tak ingin melihat wajah kakaknya itu.
"Tidak! Aku tak ingin berada dikamar itu lagi!" Nada suara gadis itu terdengar tinggi. Sampai sang bodyguard terkejut karena selama ini yang mereka tau nona mudanya itu tak pernah menunjukkan wajah kesal dan marah kepada mereka.
Nona Jina itu adalah orang yang sangat lembut, cantik dan baik hati.
"Ma-maafkan kami nona, tapi tuan Kyuhyun memberi perintah kepada kami. Jadi, kami mohon nona kembalilah kedalam karena jika tidak kami akan akan dihukum olehnya." Gadis itu mengumpat. Persetan! Ia tak peduli dengan hukuman apa yang Kyuhyun berikan kepada mereka.
Ia berteriak dan mencoba menerobos badan dua orang berbadan besar tersebut. Meski, sudah berusaha ia tetap tak bisa menerobos dan melangkah kakinya lebih jauh lagi. Ia berteriak frustasi. Ia bahkan memukul mereka. Sang bodyguard bahkan meringis menahan sakit, ternyata tenaga nona mudanya itu kuat juga.
"Nona, tenanglah.." Ujar mereka menenangkan Jina.
"Tidak! Kalian tidak tau apa yang kurasakan hiks..." Jina menangis dan terus memohon kepada mereka tapi bagaikan sebuah robot, mereka bahkan tak gentar untuk tetap menghalangi sang nona mudanya.
"Nona kami mohon tenanglah..." Ujar mereka lagi. Jina semakin mengamuk. Tiba-tiba keringat mulai muncul diwajah mereka saat menyadari jika ada langkah lain dari belakang. Rasanya aura gelap dan menakutkan semakin mendekat.
"Lepaskan dia." Jina berhenti memberontak saat mendengar suara dingin itu. Matanya membulat. Badannya kaku seketika. Demi apapun ia mohon cabut nyawanya saja sekarang.
Para bodyguard itu menuruti perintah Kyuhyun dan melepaskan cengkaraman tangan mereka dipergelangan tangan Jina. Mereka kompak melangkah mundur.
"Apa yang coba kau lakukan?" Nada itu terdengar santai tapi percayalah jika Jina merasa Kyuhyun sudah sangat kesal kepadanya.
"Ak-aku..." Ucapan Jina terhenti saat Kyuhyun mengendongnya dibahu seperti karung dan menyeret Jina kembali ke dalam kamar.
Jina meronta, ia memukul mukul punggung pria itu, namun sayangnya pukulannya sama sekali tak berarti. Tenaganya terlalu lemah untuk membuat pria itu melepaskan dirinya.
"Aakhh." Jina meringis ketika Kyuhyun melemparnya kembali ke atas kasur. Tubuhnya kembali terasa sakit dan dalam hitungan detik Kyuhyun menindih tubuh mungil Jina.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hurt New•Kyuhyun[Proses e-book] ✅
Fanfiction#3 superjunior (19/3/19) Dan sebenarnya aku telah menyakiti hatiku dengan menyakitimu.-Kyuhyun Amazing cover by @GENIUS__LAB