Jina menyantap sarapan paginya dengan malas. Dia tetap mengunyah roti isi telur itu dengan pandangan mata yang begitu datar, sambil terus menghembuskan nafasnya berat.
Kegiatannya hanya dirumah-kampus, kampus-rumah. Yah. Seperti itulah. Tanpa adanya interaksi dengan orang lain. Apalagi pergi jalan-jalan dengan temannya. Teman? Hah. Tentu saja ia tak punya bahkan jika itu satu orang.
"Cepat habiskan sarapanmu." Suara berat itu langsung membuyarkan lamunannya. Tanpa diminta juga ia sedang berusaha menelan makanannya, tapi rasanya sulit sekali masuk kedalam tenggorokannya. Mungkin karena kehadiran pria itu yang tepat duduk didepannya. Membaca koran sambil meminum kopi hangatnya dengan gaya yang arogan.
"Kau harus masuk kuliah, meski kau tak menginginkannya tapi kau harus melakukannya. Kau harus sudah siap bekerja di perusahaanku. Aku tak ingin terlalu lama bekerja diperusahaan seorang diri. Kau tau? Karenamu aku harus merelakan waktu berhargaku dan kau juga membuatku kehilangan masa remajaku untuk mengurus perusahaan agar tetap berdiri kokoh." Ujar pria itu tanpa menatap mata Jina. Pria itu tampak fokus dengan bacaannya.
"Ayo." Ajak Kyuhyun saat dirasa Jina sudah menghabiskan makanannya.
Jina ikut berdiri dan mengikuti pria itu dari belakang. Jina mengusap pelan dahinya. Dahinya menyentuh punggung tegap pria itu dari belakang karena Kyuhyun tiba-tiba menghentikan langkahnya.
Jina sedikit tersentak saat Kyuhyun tepat berada didepannya. Tubuh mereka bahkan hampir menempel dan Jina dapat mencium aroma parfum maskulin milik pria itu yang melekat di jas mahalnya.
"A-apa?" Jina begitu gugup saat wajah Kyuhyun turun sedikit untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dan saat ini Jina bisa langsung menatap bola mata kelam itu dengan lekat tanpa harus menonggakan kepalanya.
"Pasang dasiku." Ujar pria itu pelan. Nafas Jina sedikit sesak. Nafas pria itu sangat terasa diwajahnya. Ia kira pria itu akan melakukan hal yang tidak-tidak lagi. Setelah mengucapkan itu Kyuhyun berdiri tegap kembali, bersiap menunggu Jina yang akan memasangkan dasinya.
Jina menghela nafasnya pelan dan menurutinya. Menyimpulkan dasi berwarna merah yang tampak serasi dengan jas hitam mewah milik pria itu.
Kyuhyun terus memandang wajah Jina yang tak berekspresi. Tangan lembut itu terus menyimpulkan dasinya.
Setelah memasang dasinya, merekapun kembali melanjutkan langkahnya menuju mobil sport mewah milik Kyuhyun. Sepertinya Jina menepati janjinya karena gadis itu tak mencoba untuk melawan lagi. Well. Itu sudah membuat Kyuhyun sedikit senang.
••⏳⏳••
"Kau harus langsung pulang dan jangan mendekati siapapun." Peringat Kyuhyun. Jina sedikit mengernyitkan alisnya.
Hei! Apa selama ini ia punya teman?
Bukankah Kyuhyun yang membuat ia menjadi merasa sendirian seperti ini?
Tanpa berniat menjawab, Jina lebih memilih diam. Yah. Perkataan pria itu seakan membuat dirinya sulit berbicara lagi.
"Ingat ucapanku." Peringat Kyuhyun lagi. Dan setelah itu pria itupun meninggalkan Jina digerbang masuk sekolah.
Jina menghirup nafasnya lega. Meski ia tak suka dengan kuliahnya tapi ia berusaha menuruti perintah itu.
Bukan karena kuliahnya tapi karena jurusan yang ia harus ambil adalah Businness Management. Padahal ia ingin sekali masuk jurusan musik. Yah. Ia bermimpi bisa tampil sebaik mungkin dihadapan semua orang. Mengalunkan setiap bait lagu yang selama ini selalu ia nyanyikan diam-diam.
"Akh. Pabbo." Jina memukul dirinya sendirinya untuk berhenti memikirkan mimpi-mimpinya. Bahkan berdiri atau bertegur sapa dengan orang lain saja ia merasa sulit. Apalagi menjadi pusat perhatian semua orang. Rasanya sangat mustahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hurt New•Kyuhyun[Proses e-book] ✅
Fanfic#3 superjunior (19/3/19) Dan sebenarnya aku telah menyakiti hatiku dengan menyakitimu.-Kyuhyun Amazing cover by @GENIUS__LAB