Ini adalah tempat yang indah. Menurutnya. Sudah lama rasanya ia tak kemari. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa berkunjung ketempat ini lagi.
Jina menatap sekeliling tempat ini, rasanya masih sama dari beberapa tahun silam hanya saja rumput yang tumbuh sudah lebih panjang, sepertinya petugas yang berjaga belum memangkasnya lagi.
"Maaf, aku baru bisa kemari lagi." Ujar Jina sedih. Ia berlutut dihadapan gundukan tanah tersebut dan memberi salam penghormatan untuk orang tuanya.
Pria yang sejak tadi bersamanya hanya bisa terdiam. Dia lebih memilih memperhatikan gadis yang tengah rapuh itu dengan sedih. Ingin sekali ia berkata,
'Apa kehidupanmu selama ini begitu berat?'
'Bolehkah aku memelukmu?'
'Kumohon, tersenyumlah seperti dulu.'
Dengan mengepalkan tangannya, ia berusaha meyakini hatinya saat ini yah. Ia harus memberitahu Jina siapa dia sebenarnya. Mungkin, gadis itu akan sangat senang dengan kehadirannya.
Kakinya sudah melangkah maju dan mulutnya sudah ingin mengucapkan hal itu tapi suara Jina yang terdengar sangat lirih menghentikan niatnya tersebut. Mungkin, ini bukan saat yang tepat.
"Eomma... Appa.." Lirih gadis itu yang sekarang tengah memeluk makam orangtuanya. Mereka sudah lama meninggal karena insiden kecelakaan ditebing. Mereka saat itu hendak berlibur tapi kenangan yang seharusnya menyenangkan tersebut berubah menjadi mala petaka.
"Apa kalian merindukanku?" Tanya Jina yang masih setia memeluk makam tersebut dan beralih kewajah pria yang sejak tadi terasa disampingnya.
Sehun sedikit kaget saat mata berair itu menatap wajahnya dengan memohon.
"Sehun, bisakah kau tinggalkan aku sendiri disini? Ada yang harus kusampaikan kepada mereka." Mohon Jina menatap wajah pria dengan lekat.
"Tapi aku tak bisa meninggalkanmu seperti ini." Tidak. Ia tak bisa meninggalkan Jina dalam keterpurukan seperti ini. Bisa-bisa gadis itu melakukan hal yang tidak-tidak.
"Kumohon." Ujarnya lagi. Sehun menghela nafasnya.
"Baiklah, tapi aku akan tetap menemanimu dan aku akan menunggumu dimobilku." Ujar Sehun dan sepertinya Jina pun menyetujui usul tersebut. Tanpa berlama-lama Sehun meninggalkan Jina dengan berat hati. Baiklah. Sepertinya ia akan memperhatikan gadis itu dari mobil saja.
Lama Jina terdiam dan akhirnya ia pun menangis dengan keras. Ia tak ingin pria itu dan orang lain melihat kelemahannya seperti ini karena ini sungguh memalukan baginya. Percayalah. Sudah lama ia ingin menangis dengan keras karena selama ini ia hanya terus mencoba bersikap kuat.
"Kenapa kalian pergi begitu saja dan meninggalkanku seperti ini?" Tanya Jina didepan gundukkan tanah tersebut dengan isakan tangis yang belum reda.
"Sebenarnya siapa yang membuat kalian seperti ini?" Raung Jina lagi karena merasa sahutan dan setiap pertanyaan yang ia lontarkan tak bisa dijawab oleh orangtuanya, lama ia seperti itu hingga ia berusaha menahan isakannya.
"Eomma... Appa... Haruskan aku tetap bertahan?" Kini nada suara Jina lebih rendah dan isak tangisnya mulai mereda. Jina menghela nafasnya lagi sebelum melanjutkan ceritanya.
"Kalian tau? Ada orang yang ingin merawatku. Jika saja mereka tak mengangkatku sebagai anaknya mungkin aku sudah berada dipanti asuhan selamanya atau hidup dijalanan sejak kalian meninggalkanku." Jina menghela nafasnya. Yah. Ia harus lebih tegar lagi. Orangtuanya pasti kecewa jika ia terus terpuruk seperti ini. Jina berusaha untuk melupakan rasa sedih lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hurt New•Kyuhyun[Proses e-book] ✅
Fanfiction#3 superjunior (19/3/19) Dan sebenarnya aku telah menyakiti hatiku dengan menyakitimu.-Kyuhyun Amazing cover by @GENIUS__LAB