Seorang anak perempuan yang berusia sekitar sepuluh tahun itu melangkahkan kakinya kedalam rumah dengan riang. Masih dengan menggenggam piala yang ia bawa sejak dari sekolah tadi membuat senyumnya semakin lebar saja. Ah. Pasti eomma dan appa akan bangga padaku, ucap batinnya senang.
"Eomma! Appa!" Teriaknya memasuki rumah lalu melepaskan sepatu hitamnya dan meletakkannya kedalam rak sepatu.
"Aigoo. Kau sudah pulang nak?" Yuan. Nama ibu Jina, ia segera menghentikan acara memasaknya sejenak untuk menyambut sang putri tercinta.
"Iya eomma." Ujar Jina riang, ia segera menghampiri ibunya itu. Bermaksud untuk memeluk.
"Apa kau mendapat penghargaan?" Mata Yuan berbinar saat Jina masih saja menggenggam tropy itu dengan erat.
"Boleh ibu lihat?" Tanya Yuan. Jina mengangguk dan mengulurkan tangannya untuk memberi tropy tersebut.
"Kim Jina, juara pertama sebagai penyanyi solo!" Ujar Yuan bahagia, kemudian ia meletakkan tropy tersebut dimeja yang tak jauh dari mereka berdiri saat ini. Ia bertepuk tangan dan langsung memeluk tubuh kecil purtinya tersebut.
"Aigoo. Kenapa kalian saling memeluk tanpa mengajakku?" Suara lain terdengar setelah pintu rumah itu ditutup, ternyata mereka tak menyadari suami dan appa tercintanya telah pulang.
"Haha." Mereka tertawa saat pria yang masih tampak muda itu memeluk mereka dengan erat.
"Aishh.. Appa bau. Sebaiknya appa mandi dulu." Ujar Jina segera melepaskan pelukan mereka, lalu menyilangkan kedua tangannya dan menatap appanya tersebut. Seakan berkata, "Aku ingin dipeluk jika appa sudah wangi."
"Kau tau? Jina mendapatkan penghargaan menyanyi!" Ujar Yuan terdengar antusias. Woobin memperhatikan Jina dengan raut wajah meragukan, tentu saja Jina yang menyadari hal itu langsung mendengus tak suka.
"Apa kau tak percaya? Lihatlah appa, aku sungguh menerimanya." Ujar Jina menunjuk tropy yang tadi ditaruh dimeja sambil memasang wajah cemberutnya.
"Aigoo. Tentu saja appa percaya sayang. Kau kan mempunyai suara yang bagus, benarkan eomma?" Yuan mengangguk mendengar perkataan Woobin. Yah. Jina memang pandai menyanyi.
"Tapi, tadi appa terlihat tak percaya." Ujar Jina sedih. Woobin tersenyum melihat tingkah laku anak tercintanya ini. Aishh... Manisnya. Rasanya ia ingin menggigit pipi Jina yang tengah menggembung itu.
"Appa!" Teriak Jina terkejut saat appanya itu mengangkat tubuhnya keatas lalu memutarnya. Jina memejamkan matanya lalu didetik berikutnya ia tertawa, setelah berhenti melakukan hal tadi. Woobin menurunkan Jina.
"Aku sudah besar, jangan perlakukanku seperti anak kecil!" Woobin mengusap rambut Jina karena merasa gemas.
"Ne. Anak appa memang sudah besar tapi masih sungguh menggemaskan." Jina menggembungkan pipinya lagi. Sepertinya Jina tak suka dengan ucapannya tadi. Yuan dan Woobin yang melihat itu kembali tertawa bersama, lalu mereka mengecup pipi anak mereka itu dengan penuh kasih sayang. Tentu saja Jina langsung tersenyum senang dan kembali memeluk mereka jauh lebih erat daripada sebelumnya.
••⏳⏳••
"Jina, jangan lupa kembalikan sepedaku besok!" Teriak seorang gadis yang terlihat imut dengan kepang rambutnya. Ia menghela nafas saat melihat temannya itu begitu semangat saat pulang dan tiba-tiba saja ingin meminjam sepeda yang biasanya ia bawa kesekolah.
"Ne, Gaeun. Aku pastikan besok aku akan mengantar sepeda ini langsung kerumahmu!" Ujar Jina lalu setelahnya ia mengayuh sepeda itu dengan semangat dan melambaikan tangannya kearah sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hurt New•Kyuhyun[Proses e-book] ✅
Fanfiction#3 superjunior (19/3/19) Dan sebenarnya aku telah menyakiti hatiku dengan menyakitimu.-Kyuhyun Amazing cover by @GENIUS__LAB