11 | Degi's Bad Day

101 10 9
                                    

Hari ini lagi-lagi Degi ke kantin bersama Rara dan Tania. Ini bukan sepenuhnya keinginan Degi, mereka membuntuti Degi yang awalnya pergi ke kantin dengan langkahnya sendiri.

"Gimana kalo kita makan baksonya Pak Rusdi?" Rangkul Tania ke bahu Degi.

"Gue gak suka bakso, Tan," ujar Degi mengerlingkan matanya. "Kan gue udah sering bilang, sih ke lo?"

"Yah... gue mau makan bakso, Gi," Tania merengek pada Degi, yang nyatanya tak sama sekali menggubrisnya.

"Yaudah, sih, Tan. Makan bakso, makan aja, ngapain ngurusin Degi?" Rara membuka suaranya menengahi debat kedua temannya itu.

"Lo kalo mau mesen bakso, mesen aja. Gue mau makan mie ayam," cetus Degi yang meninggalkan mereka berdua di bangku kantin.

Kantin hari ini cukup ramai, namun lebih didominasi oleh anak IPS. Mungkin hal ini terjadi karna bel baru berbunyi beberapa menit lalu dan anak IPA yang lainnya masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Sesampai di kantin, Rara langsung sibuk dengan handphone miliknya. Membuka akun Intagram-nya yang memunculkan banyak notifikasi. Rara yang masih berkutik dengan handphone-nya, diganggu oleh bisikan Tania, "Ra, liat deh, Ra," ucap Tania menggoyangkan tangan Rara yang masih mengganggam handphone.

"Apaan, sih, Tan?" Rara sama sekali tak acuh dengan pergerakan Tania yang gusar.

"Ih, Ra! Liat dulu! Itu si Deri sama Kak Putri!" pekik Tania pelan yang langsung membuat dahi Rara berkerut berlapis-lapis.

"Eh, seriusan itu?" Mata Rara mengerjap memastikan yang dilihatnya sambil mengenyampingkan poni panjangnya.

Degi yang hendak berjalan kearah mereka masih tak sadar dengan kehebohan kedua temannya di bangku kantin. Sebuah mangkok mie diletakan pelan oleh Degi, ia menarik kursi putih yang akan ia duduki.

"Lo pada gak mesen makanan? Keburu bel, baru tau rasa," cetus Degi yang tak sama sekali melihat wajah kedua temannya.

"Hmmm, Gi...," panggil Tania ragu. Tempat duduk Deri yang tepat di belakang Degi, membuat Tania berhati-hati mengeluarkan suaranya. "Lo keberatan gak kalo kita kasih tau ... sesuat-tu?"

"Sesuatu apaan, sih?" tanya Degi sambil mengenyampingkan rambut hitamnya yang kali ini terurai panjang. Matanya menyipit mengintimidasi teman di hadapannya. "Lo berdua ngeliat apaan?"

"E-eh, Gi. Please, jangan nengok ke belakang," sergah Rara sambil memegang kedua tangan Degi. Ekspresi Degi semakin bingung melihat tingkah laku temannya yang tak biasa.

"Ada apaan sih di belakang?" tanya Degi penasaran.

Rara mengambil handphone-nya yang sempat tergeletak di atas meja. Ia membuka aplikasi kamera dan memotret dua orang yang duduk tepat di belakang Degi.

"Nih, lo liat sendiri." Rara menyodorkan handphone-nya pada Degi.

Degi mengambil handphone Rara yang ber-case animasi kesukaan Rara, Doraemon. Rara dan Tania menyondongkan badan ke arah Degi menanti jawaban yang terlontar dari bibir mungil perempuan itu.

"Terus, kenapa?" jawabnya santai.

Nafas frustasi Rara terdengar keras hingga Tania mengelus punggungnya. Kedua tangannya mengepal ingin dilayangkan pada Degi, namun Tania menahan emosi Rara yang memuncak.

"Yaampun, Gi!? Gue kira lo bakal respon 'itu seriusan Deri?!' atau 'Deri ngapain sama Kak Putri?!'." kesal Rara yang meluapkan emosinya. "Ngerti respon lo gitu, gue teriak juga nih, biar si Deri tau kalo lo disini!"

"Sabar, Ra. Sabar!" Tania menenangkan Rara yang hampir menelan kepala Degi saking kesalnya.

"Ya, terus gue harus apa kalo mereka berduaan, hah?! Udah, deh. Lo berdua gak usah ikut campur urusan gue! Urusin aja urusan lo sendiri!" pekik Degi yang menggebrak meja kantin, lalu pergi begitu saja meninggalkan mie yang belum sempat ia sentuh.

Rara dan Tania hanya bisa diam membeku di tempat melihat Degi yang benar-benar meluapkan amarahnya. Banyak pasang mata yang menatap mereka penasaran, begitu pula Deri yang tepat di belakang mereka.

. . .

Seharian ini Degi enggan bungkam dan terus mengeluarkan suaranya. Hanya kata-kata maaf yang sedari tadi terlontar oleh bibirnya pada Rara dan Tania atas kelakuannya di kantin tadi siang. Kedua temannya itu memaklumi sifat Degi yang sering mengomel tak jelas, namun untuk hari ini, mereka berdua heran dengan tingkah laku Degi.

"Iya, Gi. Selow, gue maafin," seru Rara yang memasukan buku ke ransel.

"Tan, maafin gue," pinta Degi menyesal sambil mengerucutkan bibir mungilnya.

"Iya, iya. Gue maafin. Tapi sikap lo aneh banget tau, Gi. Sensian banget!" cetus Tania yang menatap Degi heran.

Degi hanya menggedikan bahu pasrah. "Bete!" ucapnya yang langsung pergi ke luar kelas.

"Kan, gue bilang juga apa, si Degi lagi pms!" seru Rara menggendong ranselnya. "Yuk, ah balik!" Mereka berdua meninggalkan kelas yang sudah sepi sejak duapuluh menit yang lalu.

. . .

"Degii!!"

Langkahnya terhenti ketika namanya dipanggil dari belakang. Saat ia berbalik badan, rambut hitamnya yang terurai terbawa angin sepoi yang berhembus pelan. Degi pun mengulum senyumnya tipis pada sosok yang memanggilnya.

"Kenapa?" tanya Degi ramah.

"E-e-lo mau ke ruang ekskul kan?" tanya Deri terbata-bata. Degi menanggapinya dengan anggukan pelan namun semua itu menjawab pertanyaan Deri. "Iy-ya-yaudah, yuk!" seru Deri.

"Oia, Gi," cetus Deri memecah keheningan. "Pas tadi di kantin, lo kenapa?" lanjutnya yang menatap wajah Degi dari samping.

"Gapapa," balasnya singkat.

"Kayanya lo marah banget sama Rara dan temen lo satu lagi?" tanya Deri yang sangat penasaran dengan kelakuan Degi di kantin. Ia tak pernah melihat Degi semarah itu, apalagi dengan kedua temannya. Walaupun Deri tau kalau Degi menjadi bahan bully-an di kelas, namun bukan sifat Degi membentak temannya di tempat umum.

"Gak tau ah! Gue bete! Lagian juga ngapain lo...," seru Degi tertahan mengingat kejadian di kantin bahwa ia kesal karna menahan amarahnya melihat Deri dengan Putri makan bersama. "... nanya-nanya hal itu?" lanjutnya dengan wajah masam.

"Eh, Gi, so-sorry. Gue gak mak-sud...,"

"Udah ah!" Degi mempercepat langkahnya meninggalkan Deri. Dari belakang, Deri mengejar perempuan itu yang sifatnya sangat di luar perkiraan Deri.

Deri terus membuntuti perempuan itu sampai ke lapangan belakang sekolah, dimana tempat ekskul hari ini berlangsung. Beberapa tali dan tongkat sudah berjejer dengan rapi dan siap di eksekusi menjadi tandu. Kegiatan hari ini adalah tali-menali, salah satu hasta karya dari kegiatan tali-menali di pramuka adalah tandu. Dua tongkat yang masing-masing memiliki panjang seratus enampuluh senti itu siap dibalut dengan simpul-simpul rumit dari tali putih itu.

Sesampai disana, Degi hanya duduk di pinggir lapangan dan melihat teman yang lainnya beraksi adu cepat membuat tandu.

. . .

Next!

Author Note

Thanks for kalian yang udah baca, vote, plus komennnn ^^ semoga berkahhhh🙌

Xoxo, Fian
1 Juni 2017

Gonna Be Yours✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang