Lala masih sibuk membuatkan makan siang untuk anaknya. Seperti biasa, Nala tak pernah mau memakan makanan dingin. Apaboleh buat, Lala harus menghangatkan makanan untuk Nala terlebih dahulu.
Setelah piring berukuran kecil terisi nasi, lauk dan sayur, Lala siap menyuapkan makanan itu pada Nala.
Baru saja ia menempelkan bokongnya di atas sofa, ponselnya berdering. Gianza yang asik memainkan ponsel, disodorkan piring berisi nasi oleh Lala.
"Tolong suapin Nala, ya, Hun," pinta Lala langsung meninggalkan suaminya.
Gianza hanya bisa bergedik pasrah. Ia meninggalkan ponselnya di atas meja. Cepat-cepat Gianza menghampiri gadis kecilnya.
Dahi Lala berkerut, ketika mendapatkan pesan dari sahabatnya itu. Ia melirik jam dinding di ruang keluarga. Masih jam makan siang. Mungkin temannya ini sedang istirahat.
Lala langsung membalas pesan sahabatnya.
Lala : Gue sama Gian, Alhamdulillah sehat. Lo gimana? Btw, kemaren pas di Jogja gue ketemu sama Calis.
Lala meletakkan ponselnya di atas meja makan. Ia bergerak mendekat ke lemari es-nya. Mengambil botol kaca yang dindingnya di penuhi bulir dingin.
Ia kembali duduk di meja makan, menuangkan air di dalam botol ke gelas bening. Sambil menunggu balasan dari sahabatnya, ia meneguk pelan air putih di hadapannya.
Kania : Alhamdulillah, gue juga baik. Btw, kemaren juga gue ketemu Vardan.
Uhuk!
Air putih yang belum habis terteguk, menohoknya ketika ia membaca pesan dari Kania. Gianza yang duduk tak jauh darinya pun ikut menengok.
"Hati-hati, Hun. Lagian kalo minum, minum dulu aja. Gak usah sambil main hape," seru Gianza sambil menyuapi Nala yang asyik bermain dengan boneka-bonekanya.
Cepat-cepat Lala menghampiri suaminya. Ia duduk di samping Gianza sambil menyodorkan ponselnya.
"Hun, liat," cetus Lala.
Gianza mengerutkan dahi hingga matanya menyipit. Ia menukar piring makan Nala dengan ponsel Lala yang berwarna abu.
"Kania ketemu Vardan?" gumamnya yang terdengar oleh telinga Lala.
Lala mengangguk mantap saat suaminya merasa ragu atas kalimat yang di tulis Kania.
"Iya. Kania ketemu Vardan," jelas Lala.
"Terus, kamu mau apa, Hun? Kamu mau ngedeketin Calista sama Vardan lagi?"
Pertanyaan Gianza di jawab cepat dengan anggukan kepala Lala. Namun sang lawan bicara malah menghela napas panjang.
"Honey, kamu gak kasian sama Calis? Ini luka lama, loh. Kalo kesayat lagi, bakal tambah sakit," ujar Gianza merebut piring makan Nala. Gadis kecil itu sudah menunggu suapan dari Gianza.
"Mending kalo Vardan belum nikah. Kalo udah punya istri? Kamu mau apa?" lanjut Gianza menatap istrinya.
Lala ikut menghela napas panjang. Ia tetap bersikeras untuk menyatukan Calista dengan Vardan.
"Aku kasian, Hun sama Calis. Kamu tau sendiri 'kan dia gak pernah dapet yang cocok. Paling lama, dia pacaran cuma empat bulan. Gak ada yang langgeng," jelas Lala mengingat betapa banyak lelaki tampan yang menjadi pacar Calista dulu.
Gianza mengerti. Calista bukanlah wanita yang buruk baginya. Bahkan, dulu sebelum ia menyukai Lala, ia sempat jatuh cinta pada Calista. Dan sampai akhirnya ia menyerah, karna ia sadar bahwa cinta Calista hanya untuk Vardan seorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gonna Be Yours✔
General Fiction"Aku bodoh, terlalu menyukaimu sampai aku lupa, bahwa aku bukan siapa-siapamu." -Degi Calista. "Dan aku lebih bodoh lagi, membiarkanmu terabai karna sifat pengecutku." -Deri Vardana. Apa kalian tau, rasanya cinta sendirian? Jika tidak, biar Degi yan...