32 | Tonight or Never (2)

78 6 16
                                    

"Telpon dari siapa, sih? Ngomongnya sampe bisik-bisik gitu," cetus perempuan yang menoleh dari acara televisi kesukaannya.

"Dari temen gue. Kenapa, sih kepo aja," balas Degi menghampiri Kakaknya.

"Gue kira cem-cem-an lo," ujar Putri reflek.

"Mana ada cem-ceman?"

"Siapa tau aja."

"Kak, lo mau nginep disini apa 'nggak?"

"Nginep. Kenapa emang?" tanya Putri menoleh ke arah Degi.

That's so bad!

"Enggak. Nanya aja."

Malam ini Kakanya, Putri menginap di rumah. Ini menjadi malapetaka buat Degi sendiri. Perempuan satu itu selalu menggangu malam Degi dengan menonton film komedi kesukanannya. Gelak tawa yang menggema kamarnya mengusik Degi yang terhanyut pada novel yang ia baca.

Untung saja kali ini Degi diajak Deri untuk pergi ke Royal Stag Bistro. Jadi, ia bisa menghindar dari tawa Putri yang merusak telinga.

Degi memasukkan novel kesayangannya ke tas coklat muda, tak lupa dengan kacamata minusnya yang ia pakai untuk membaca.

Sudah siap dengan penampilannya, Degi mematut dirinya di depan cermin. Untuk kedua kalinya ia menorehkan lipbalm di bibirnya lagi.

Degi merapikan poninya yang sedikit berantakan dan tak lupa juga ia tersenyum pada bayangannya sendiri.

Putri yang melihat adiknya rapi malam ini, mengerutkan dahi.

"Mau kemana, Gi?"

"Main," cetus Degi spontan.

"Besok bukan malem minggu juga, main terus?" komentar Putri. Namun diabaikan oleh Degi yang melilitkan jam tangan putih andalannya.

"Gue pergi dulu, ya. Kalo nontonnya udah selesai, cabut kabelnya, terus tidur di kamar lo. Jangan disini," peringat Degi seraya menutup pintu.

Sampai di depan pagar, ternyata taksi yang ia pesan sudah terparkir. Tak usah menunggu lama, Degi langsung masuk dan taksi itu langsung melaju.

"Pak, ke Dago, ya."

. . .

Pukul tujuh tepat Deri sudah sampai di tempat janjiannya dengan Degi.

Kemeja navy casual membuat badan tegapnya menjadi semakin bidang. Dengan lintingan lengan sampai ke siku, membuat laki-laki bermanik hitam itu terlihat maskulin. Apalagi dengan jam tangan green army-nya.

Tak butuh waktu lama, perempuan yang ia tunggu datang dengan dress selutut. Tampak beda dari biasanya, kini perempuan itu menggunakan kacamata bulatnya. Ia memasukkan novelnya ke dalam tas sambil berjalan.

Maniknya menjelajah sudut ruangan yang ia masuki. Lambaian tangan laki-laki itu membuatnya berhenti mencari. Ia menghampiri Deri yang duduk di bawah lampu besar. Dengan senyum yang merekah ia duduk di hadapannya.

"Maaf, ya, lama," seru Degi seraya melepas kacamatanya.

"Enggak, kok. Gue juga baru sampe."

"Mau ngapain, nih? Kayanya lo jadi hobi ngajak gue keluar?"

"Ketagihan."

Deri gelagapan sendiri atas pertanyaan yang Degi lontarkan. Ia hanya menjawab sekenanya saja.

"Oh, ya. Mau pesen makan sekarang?" alih-alih Deri mencari topik baru.

"Boleh," balas Degi.

Seorang pelayan datang setelah Deri memanggilnya. Ia memesan beberapa menu yang ada di daftar. Tak lama, pelayan itu meninggalkan mereka, memenuhi pesanannya.

Gonna Be Yours✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang