"Ibu, foto yang lain aja, deh. Jangan yang ini," ujarku menolak permintaan Ibu.
"Ih, Derii. Foto yang lain Ibunya gak bagus. Cuma yang ini doang, Ibunya bagus," cetus Ibu kekeh. "Cepet upload!" serunya tanpa bisa ku elak.
Aku hanya bisa pasrah terhadap kemauan Ibu. Andai saja Ibu punya akun Instagram sendiri, dia tidak akan mengusikku seperti ini dan memaksa mengunduh foto hasil pertemuan dengan keluarga Subroto.
"Iya... iya. Aku harus kasih caption apa, nih?" tanyaku yang siap mengetikkan beberapa kata di keyboard.
Yang terpenting bagi Ibu sekarang adalah, fotonya terpampang di akun Instagram-ku, ia tak peduli dengan caption yang ditulis di bawahnya. "Apa aja terserah kamu," ujar Ibu pasrah.
"Nih, udah, ya. Ibu gak boleh bawel lagi, okey?" seruku memuaskan hati Ibu.
Seringai tawanya terlukis jelas bahwa ia sangat senang fotonya sudah diunggah. Aku tersenyum geli melihat betapa bahagianya Ibu karna hal kecil seperti itu.
"Nah, baguskan. Yaudah kamu tidur, besok sekolah, 'kan?" ujar Ibu sambil menarik selimut menutupi seluruh tubuhku kecuali kepala.
"Iya, Ibu," seruku yang masih mengawasi Ibu berjalan ke ambang pintu.
. . .
Siulan burung piaraan Pak Toto dan deru mobil yang dipanaskan, membuatku sadar bahwa ini waktu subuh.
Aku mengusap beberapa kali wajahku dan bergegas mengambil wudhu di kamar mandi.
Biasanya, setelah aku menunaikan sholat subuh, Ayah baru melajukan mobilnya ke luar rumah. Kali ini Ayah berangkat lebih pagi.
Aku duduk menyesap teh hangat yang dibuatkan Ibu untukku.
"Bu? Ayah berangkatnya pagi banget?" tanyaku setalah merasakan hangat di tubuh akibat teh buatan Ibu.
"Gak tau. Katanya banyak kerjaan," cetus Ibu sambil membuatkan sarapan untukku.
"Ibu masak nasi goreng?" tanyaku melihat Ibu menuangkan kecap ke atas wajannya.
"Iya, kamu mau kan sarapan pake nasi goreng?"
Tanpa berkata ba-bi-bu aku langsung menjawab setuju. Nasi goreng buatan Ibu Diana Rahmawati sangat lezat dan pas dijadikan pembakar semangat pagi.
"Pasti, lah. Kapan aku nolak nasi goreng Ibu?" cetusku meyakinkan Ibu, bahwa aku tak akan pernah menolak masakannya.
"Oke. Ibu siapin buat bekal juga ya?" tanya Ibu lagi.
Melihat kotak bekal, aku teringat Degi yang membawakanku sandwich kemarin. Kali ini aku ingin membagi nasi goreng terbaik padanya, mungkin Degi akan senang dan dengan cara ini, siapa sangka aku bisa lebih dekat lagi dengannya.
"Bu, nasinya masih banyak kan?" tanyaku menghampiri Ibu.
"Masih, kenapa?"
"Deri mau kasih ke temen Deri. Siapin satu kotak lagi, ya, Bu!"
Aku langsung pergi meninggalkan Ibu yang pasti akan bertanya macam-macam tentang teman yang akan ku berikan nasi goreng buatannya.
. . .
Setelah siap dengan penampilanku, kini aku keluar kamar untuk menyantap nasi goreng.
Sampai di perbatasan ruang keluarga dan ruang makan, aku hanya melihat sepiring nasi goreng dan dua kotak bekal yang ku pesan pada Ibu di atas meja. Namun, aku tak melihat koki yang membuatnya di sini.
Tanpa berfikir panjang, aku langsung menyantap makanan di hadapanku tanpa ragu. Layar handphone-ku menyala di sela aku menyuapkan nasi ke mulut. Sebuah pesan singkat masuk dari kontak yang ku simpan dengan nama kesayangan.
Ibu Diana❤ : Der, Ibu ke pasar dulu sama Pak Toto. Sarapan sama bekal udah Ibu siapin di atas meja.
Tanpa membalas pesan dari Ibu, aku langsung memasukkan kotak biru dihadapanku ke ransel dan melanjutkan sarapan yang sempat tertunda.
Melihat jam dinding, dengan jarum panjang hampir mendekati angka duabelas, cepat-cepat aku menuju garasi, menjalankan mobilku ke sekolah.
. . .
"Der, lo dijodohin?" seru gadis yang tiba-tiba datang memergokiku.
Aku hanya terkekeh heran, atas pertanyaan bodoh itu. "Dijodohin? Mana mungkin, Kak," cetusku.
"Terus, posting-an lo di Ig maksudnya?" tanya Putri lagi.
Kini aku tertawa geli membayangkan ekspresi Putri, begitu kaget melihat foto keluargaku dengan keluarga Kaira.
"Cuma makan malem, doang. Gak lebih, Kak," seruku sambil berjalan menepi area parkiran.
"Serius, makan malem doang? Gak ngomongin hal-hal janggal gitu?" tanyanya lagi yang membuatku heran, sepeduli ini Putri denganku.
"Iya, gak ngomongin macem-macem," seruku tenang.
"Lo gak ngecek Ig?"
Pertanyaan Putri langsung ku jawab dengan gelengan kepala. Terlihat raut kesal yang Putri tampakan. Dengan cepat aku membuka handphone dan mengecek Instagram-ku sesuai permintaan tersirat Putri.
Mataku membulat ketika foto yang ku unggah mendapat banyak komentar dari akun yang tak ku kenal.
"K-ko-kok? Bisa gini?" tanyaku heran pada Putri.
. . .
Next!
Author Note
Dikasih yg pendek dulu, yhaa. Rehat sejenak.
Thankiiees udah baca sampe part inii. Vote, comment dari kalian selalu ku tungguuu💕
Xoxo, Fian
10 Juni 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Gonna Be Yours✔
General Fiction"Aku bodoh, terlalu menyukaimu sampai aku lupa, bahwa aku bukan siapa-siapamu." -Degi Calista. "Dan aku lebih bodoh lagi, membiarkanmu terabai karna sifat pengecutku." -Deri Vardana. Apa kalian tau, rasanya cinta sendirian? Jika tidak, biar Degi yan...