41 | Missing You All (2)

78 6 12
                                    

Calista mengetuk-ketukan jarinya di atas meja. Kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, sedikit turun akibat tundukan dari wajahnya.

Matanya menatap datar layar yang lama-lama redup. Ia mendesah mengingat date line yang semakin mendekat. Ia menyandarkan tubuhnya ke belakang. Kursi yang ia duduki mundur beberapa senti.

"Ah, buntu!" pekiknya, ia menenggelamkan wajahnya di atas meja.

Tok! Tok!

"Mba?" panggil seseorang dari luar ruangannya setelah mengetuk pintu beberapa kali.

"Masuk, Ren," ujar Calista mengangkat kepalanya.

Wajahnya masih tertutup rambut yang berantakan akibat tundukannya di atas meja. Ia merapikan anak-anak rambut itu ketika Iren masuk ke ruangannya.

"Mba, aku mau ingetin jadwal," cetusnya mendekat ke arah Calista.

"Oh, iya-iya."

Calista turun dari kursi kerjanya. Ia duduk berdampingan dengan Iren di sofa merah.

"Ini, Mba. Lusa kita ada acara meet and great. Terus besoknya date line artikel dari majalah GoTeen," jelas Iren membacakan jadwal Calista minggu ini.

Calista melirik laptopnya yang redup. Artikel yang ia kerjakan hari ini sudah mendekati date line. Calista beralih melirik kertas yang dipangku asistennya. Dahinya mengerut ketika melihat satu tanggal yang dilingkari merah oleh Iren di jadwal list-nya.

"Ini apa?" tanya Calista menunjuk tanggal yang dilingkari itu.

"Oh itu, acara talkshow, Mba. Mba Calis lupa?"

"Sejak kapan mereka ngundang kita?" tanya Calista mengingat-ingat.

"Satu bulan lalu. Kok Mba Calis lupa, sih? Padalah lokasinya di Bandung, loh." Iren menutup buku agendanya dan menatap lurus ke arah Calista.

"Aku lupa beneran, Ren." Calista meletakkan telapaknya di dahi. "Ini harus banget kita dateng?" tanya Calista lagi.

"Harus lah, Mba. Kan Mba Calis yang jadi bintang tamunya," cetus Iren menatap aneh Calista.

Calista yang memakai rok rempel selutut, membuka kacamata dan mengusap wajahnya. Kacamata yang sejak tadi bertengger di hidung, kini terlipat di atas pahanya. Lalu ia menggulung rambutnya tanpa ikatan tali.

"Mba, kenapa?" tanya asisten pribadinya. Calista hanya menggeleng pelan lalu memasang kacamatanya lagi.

"Enggak. Aku gapapa," ujar Calista melengkungkan senyum hambar.

"Oh, Aku kira Mba mau ngebatalin undangannya," ujar Iren memeluk buku agendanya. "Oh iya, Mba. Kalo gak ada halangan macem-macem, Mba Calis bisa sekalian mudik aja. Kan udah lama Mba Calis gak pulang ke Bandung," ujar Iren lagi yang kini semangat empat-lima dengan deretan giginya.

Calista yang diberi masukan hanya menoleh ke arah Iren tanpa ekspresi yang jelas.

"Emang Mba gak kangen sama Mama Papanya?" tanya Iren. "Buat jadwal setelah talkshow, bisa aku atur. Mba tenang aja. Date line di minggu setelahnya bisa aku nego ke penerbit."

Iren tersenyum tulus. Kini bibirnya merapat hingga tak ada cela untuk udara sekalipun.

"Mba liburan aja dulu di Bandung. Kalo udah puas main-main di Bandung, baru balik lagi ke Jogja," ujar Iren lagi.

Iren terlihat kasihan dengan atasannya ini. Mukanya penuh dengan beban date line yang selalu mengejarnya.

"Iya. Makasih, ya, Ren," cetus Calista. Senyum hambarnya kini pudar oleh seringai gigi putihnya.

Gonna Be Yours✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang