25 | Strudel's Signature

73 8 19
                                    

Sore ini, sebelum mengantarkan Degi pulang, Deri mengajak perempuan itu duduk di kafe dekat sekolah. Strudel's Signature adalah kafe ternyaman bagi Deri, karna itu ia mengajak Degi mampir untuk menyicipi caramel macchiato, coffee ternikmat di kafe ini.

"Mau ngapain, nih? Kok berhenti di sini?" tanya Degi heran.

"Gue traktir, mau kan?" ujar Deri memberhentikan mobilnya di depan kafe berdinding coklat.

"Lagi?" seru Degi menatap wajah Deri spontan.

Jantung Degi mencelus melihat Deri tersenyum menimpali ucapnya.

"Iya, lagi." Deri menatap wajah Degi sambil menarik kedua ujung bibirnya.

Keduanya masuk ke Strudel's dan memilih duduk di dekat tembok berwarna putih. Tak lama, pelayan kafe datang menyodorkan buku menu.

"Latte-nya satu, caramel macchiato-nya satu," ucap Deri cepat tanpa membuka buku menu.

Pelayan itu langsung mencatat pesanan Deri dan pergi membuatkan pesanannya.

Mereka duduk berhadapan. Kali ini keduanya tidak merasakan canggung sama sekali. Entah, mereka semakin terbiasa dengan suasana yang mereka buat sendiri.

"Ada apa, nih? Nraktir gue berkali-kali," cetus Degi membuka obrolan.

"Gak boleh?" seru Deri menaikkan satu alisnya.

"Tentu sangat boleh sekali, Deri," seringai manis Degi kali ini terlihat natural. Wajahnya sangat senang duduk di hadapan Deri.

Aura yang terpancar dari Degi, membuat Deri terpana sampai sesak ia rasakan. Perempuan satu itu sudah berkali-kali membuat perasaan aneh akibat senyum yang ia tampakan. Dan untuk kali ini, Deri ingin menikmati indah sosok di depannya.

"Hei, kenapa senyum-senyum sendiri?" Degi memecah lamunan laki-laki di hadapannya dengan sekali jentikkan.

"Kok lu makin cantik, sih?"

Kalimat spontan itu keluar tiba-tiba dari bibir Deri. Perempuan di depannya membeku seketika. Air wajahnya merona, seusai kalimat itu menyeruak telinganya.

Mereka berdua terlarut dalam khayal masing-masing, sampai pelayan tiba membawakan pesanan.

"Ini Latte dan ini caramel macchiato-nya," ucap pelayan itu lalu meninggalkan mereka berdua.

Keduanya menyeringai tanpa alasan, lalu menyesap minuman di hadapan masing-masing.

"Selera lo lumayan," cetus Degi setelah meneguk lembut caramel macchiato yang dipesankan Deri untuknya.

Deri terseyum miring mendengar pujian dari perempuan yang terus menghantui pikirannya.

Tak ada aktivitas lainnya selain menyesap coffee dan saling pandang. Mungkin hari ini fajarpun enggan mengusik keindahan yang mereka buat, begitu sederhana.

Deri tak mau terlalu lama melamuni perempuan di hadapannya. Ia memilih membuka mulut dan mengajak Degi bermain.

"Gi, gimana kalo kita main?"

"Main? Main apa?" tanya Degi bingung.

Permainan macam apa yang akan Deri lakukan di sebuah kafe? Pertanyaan itu muncul dalam pekik Degi. Dan satu yang baru Degi ketahui, Deri lebih indah dan unik dibanding ekspektasinya. Ia tak menyesal sedikitpun untuk menyukai laki-laki itu.

"Hmmm, abc lima dasar? Atau..."

Kalimatnya terhenti ketika Degi menggelengkan kepalanya.

"Deri, kita udah gede. Permainan itu, mainan gue waktu SD, bahkan gue TK," ucap Degi.

Gonna Be Yours✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang