29 | Monster Day

76 8 16
                                    

Harum nasi goreng buatan Teh Kokom, membangunkan Degi dari tidur lelapnya. Kelopaknya bergerak pelan sebelum matanya membulat sempurna.

"Aau!" rintihannya merasa kakinya sangat kaku. Cepat-cepat ia mengambil handphone.

Siapapun, angkat, please.

Degi hanya bisa bermonolog dalam hati.

"Hallo? Teh Kokom?"

"Iya. Loh, Non Degi kenapa?"

"Teteh udah selesai masak?"

"Udah. Kenapa Non? Kenapa sampe telpon kebawah?"

Suara Teh Kokom menjadi sangat khawatir, mengetahui anak majikannya menelpon dari kamar.

"Aduh, Teh. Tolong bawaiin air anget dikasih garem, ya. Kaki Degi sakit banget. Mau di rendem dulu pake air garem," ucap Degi pada Kokom di seberang telepon sana.

"Oh, iya, Non. Teteh langsung ke atas."

Degi meletakkan handphone-nya sembarang, setelah mematikan hubungan dengan Kokom. Kakinya terasa sangat nyeri untuk digerakan.

Benar kata Deri. Kekhawatirannya terjadi hari ini. Degi semakin tersiksa mengingat hari ini adalah hari Senin. Sekolahnya selalu mengadakan upacara bendera setiap awal pekan. Dan entah apakah ia akan duduk dikursi UKS atau memaksakan diri berdiri dilapangan.

"Non Degi?"

Suara Kokom terdengar setelah ketukannya yang ketiga. Dengan cepat Degi menjawab agar asisten rumah tangganya segera masuk.

"Iya, Teh. Masuk aja. Gak dikunci," seru Degi yang mengingat bahwa semalam ia lupa mengunci pintu kamar. Dan hal itu menjadi penyelamat Degi, karna ia tak usah susah payah membukakan pintu untuk Kokom.

"Ini, Non airnya." Kokom langsung meletakkan air hangat itu di bawah ranjang.

"Duh, makasih banyak, Teh," ujar Degi sambil berusaha menggerakan kakinya sekuat tenaga.

Ia memasukan kakinya pelan ke baskom berisi air itu. Kakinya terasa sedikit rileks dari sebelumnya.

"Mau Teteh pijitin kakinya?"

"Boleh, deh, Teh. Degi gak kuat banget. Rasanya gak bisa jalan," keluh Degi sambil merasakan hangat yang menjulur ke urat kakinya.

"Emangnya Non Degi abis ngapain sampe kakinya sakit begini?" tanya Kokom penuh selidik. Selain mengerti selera makanan, Kokom juga mengerti perasaan hati keluarga ini. Makanya, tak jarang Erna bercurhat pada Kokom jika sedang selek dengan suaminya.

"Abis jalan-jalan, Teh," cetus Degi meringis kesakitan karna pijatan Kokom.

"Jalan-jalan jalan kaki?" tanya Kokom lagi. Namun, Degi hanya memberi anggukan kecil.

"Lagian 'kan Non Degi punya motor, kenapa gak naik motor aja?"

"Bukan gitu, Teh. Orang Degi jalan-jalannya di Jalan Asia Afrika. Kan kalo malem jalannya ditutup. Apalagi malem minggu," cetus Degi menjelaskan kronologinya.

"Cie, abis malem mingguan, nih? Akhirnya Non Degi punya pacar."

Mendengar ujar Kokom, Degi mengerlingkan matanya.

Boro-boro pacar, Teh. Tapi, semoga jadi pacar, deh.

. . .

Karna kakinya bermasalah, hari ini Degi diantar ke sekolah oleh Papanya. Tadinya, Degi akan ditatih oleh Papanya sampai kelas, namun hal itu dilarang keras-keras oleh Degi.

Gonna Be Yours✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang