Hari ini Deri mencari perempuan yang tadi pagi membawakan bekal untuknya. Sambil membawa-bawa kotak hijau, matanya terus menjelajah ke sudut kantin.
Perempuan yang dia cari hari ini benar-benar tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Deri langsung keluar dari area kantin dan segera menuju gedung IPS.
Sampai di ambang pintu XI IPS 3, ia melongok mencari keberadaan Degi. Saat matanya sudah merekam gadis itu dari jauh, Deri tersenyum lega.
Suara gaduh dari anak-anak di kelas itu membuat Degi menengok-nengok mencari penyebab kegaduhan. Matanya terarah ke arah Deri yang kini mendekatkan diri ke mejanya.
Tepat di depan meja, Deri dapat melihat jelas gadis yang masih sama penampilannya dari pagi tadi. Olesan lipbalm yang membuatnya terus tersenyum-senyum sendiri masih jelas di bibir mungil perempuan itu.
Tujuan utama Deri datang ke kelas ini hanya untuk mengembalikan kotak bekal milik Degi. Saat ia sudah menyodorkan kotak itu, Deri langsung meninggalkan kelas.
Dinginnya botol minuman yang digenggam, menyadarkan Deri bahwa seharusnya botol itu disodorkan bersama kotak bekal, pertanda ucapan terimakasih. Ia membalikkan badan dan meletakkan botol itu di meja tugas Degi.
Tatapan dari beberapa teman sekelasnya membuat Deri heran, namun tatapan-tatapan itu beralih ketika teman sebangku Degi mengecap beberapa kata tanpa suara.
. . .
Kali ini Deri sudah lengkap dengan kostum basketnya yang baru. Sejak berteman dengan Putri, ia menjadi lebih berani bergaul dengan teman-teman sekolahnya yang lain.
"Udah siap?" tanya Nikko, pelatih basket SMA Citra Harapan.
"Udah," cetus Deri sambil melambung-lambungkan badannya ke udara.
"Yaudah, kita pemanasan dulu. Ayo kumpul sama yang lain," cetus Nikko.
Sebelum memulai latihan, seluruh anggota tim basket harus melakukan gerakan pemanasan terlebih dahulu, baik perempuan maupun laki-laki.
Deri yang sedikit menyukai olahraga satu ini, menggerakkan tubuhnya dengan benar agar sewaktu latihan nanti tidak mengalami cidera.
Sepatu Nike bernuansa navy melekat erat di kaki Deri yang membuatnya semakin percaya diri, apalagi sekarang ia mengenakan kostum basket putih tanpa lengan.
Teknik pertama yang harus dikuasai Deri adalah dribbling, teknik menggiring bola yang dipantulkan dengan satu tangan.
Lapangan dengan ukuran duapuluh enam kali empatbelas meter itu berdentum karna pantulan bola-bola orange oleh pemain-pemain basket Citra Harapan.
Priiittttt!
Suara peluit yang ditiup pelatih memberhentikan semua aktivitas.
"Kumpul, kumpul, kumpul!!" seru Nikko.
Selain pelatih basket di Citra Harapan, Nikko dulunya adalah atlet basket berbakat di SMA ini.
"Sekarang kita latihan pake ini," cetusnya kembali, membawa corong-corong berwarna ke tengah lapangan.
Deri yang lagi-lagi anak baru di ekskul ini, hanya mengikuti perintah pelatihnya dengan anggukan pelan.
"Kalian dribble bola ngebentuk zig-zag kaya gini," cetus Nikko mencontohkan dengan gerakannya yang lihai. "Okey?"
Priiiittttt!!!
Peluit kembali menyaring di lapangan ini. Deri dan anak yang lain menjalankan perintah Nikko dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gonna Be Yours✔
General Fiction"Aku bodoh, terlalu menyukaimu sampai aku lupa, bahwa aku bukan siapa-siapamu." -Degi Calista. "Dan aku lebih bodoh lagi, membiarkanmu terabai karna sifat pengecutku." -Deri Vardana. Apa kalian tau, rasanya cinta sendirian? Jika tidak, biar Degi yan...