22 | Pertandingan

89 13 11
                                    

Teruntuk Deri -yang langkahnya terhenti karna penghuni XI IPS 3.

Sejak foto yang kamu upload di akun Instagram kamu, penghuni kelasku merubah haluannya. Mereka yang sangat ciut karna gadis dress merah itu, dan membuat perjanjian tak tertulis akan menjauhkanku dari kamu.

Kamu tau, aku sangat tersiksa atas ini. Aku yang sangat senang dengan perubahanmu yang sedikit demi sedikit mulai mendekat, kini terhalang oleh mereka.

Padahal, kedatangan kamu tak lain campur tangan mereka juga. Dan kini, mereka ingin mengembalikan seperti semula suasana yang mereka buat terhadap aku dan kamu.

Kalau kamu memang masih ingin mengenalku lebih, tolong ungkap kebenaran sosok gadis berdress merah itu. Dan bilang, kalau dia bukan siapa-siapa kamu, bukan calon yang dijodohin sama kamu.

Aku harap, argumenku itu benar.

Dari Degi -yang sangat tersiksa karna perubahan haluan penghuni XI IPS 3

. . .

Hari ini Citra Harapan kembali mengadu atlet basketnya dengan atlet basket Karadenan -sekolah saingan.

Sisi lapangan outdor yang penuh pendukung Citra Harapan, membuat Degi antusias tak sabar untuk melihat pertandingan dimulai.

"Gi! Tan!" seru Rara yang sedikit teriak karna suaranya kalah dengan sorakan penonton ketika tim berkostum putih -khas Citra Harapan masuk ke lapangan.

"Apaan?" tanya Degi yang juga setengah berteriak.

"Kok tumben Karadenan bawa supporter?" tanya Rara melihat sisi kanan lapangan yang ramai oleh anak-anak dengan bawahan kotak-kotak hitam-putih seperti catur.

"Mungkin mereka takut kalah kali kalo gak disemangatin," balas Tania asal. Rara dan Degi hanya tertawa ringan menanggapi ucapan Tania.

Teriakan pendukung Karadenan, tak kalah heboh ketika tim andalannya masuk ke area pertandingan. Tim basket dengan kostum biru tua itu, masuk ke lapangan dengan penuh percaya diri.

Bama sebagai kapten tim Citra Harapan, mendapat kesempatan untuk melakukan jump ball di tengah lapangan. Ketika suara peluit wasit menyaring, dengan cepat Bama menepuk kencang bola orange dihadapannya.

Seruan dari kedua kubu saling saut-menyaut ketika bola itu berpindah tangan. Degi yang terus meneriaki Bama yang hampir memasukkan bola ke ring membuat Rara sedikit terganggu.

"Ih, Gi! Biasa aja sih teriakinnya!"

Mendengar keluh Rara yang begitu nyaring, Tania dan Degi menoleh cepat.

"Lo kenapa, Ra? Cembokur Degi neriakin Bama?" tanya Tania meledek.

"Evan mau lo kemanain? Katanya setia?" Degi tak mau kalah dengan Tania. Kedua temannya itu meledeknya habis-habisan, membuat Rara menekuk wajahnya.

"Apaan, sih, lo berdua? Gue cuma kebrisikan denger suara Degi yang pas di kuping gue," ujar Rara sambil menggaruk belakang telinganya.

Kedua temannya itu saling melempar tatapan jahil, karna tingkah Rara yang serba salah.

"Masa?" ujar Degi dan Tania berbarengan. Gelak tawa mereka pecah karna Rara yang menjadi bahan bully-an gelagapan bingung untuk menjawab.

Tanpa sadar, mereka melewatkan pertandingan yang semakin sengit. Kali ini, Tania yang berteriak heboh, tepat ketika Bama mengambil alih bola dari tangan lawan.

Pendukung Citra Harapan membulatkan mata lebar-lebar tanpa mengedipkannya sedetikpun. Mereka rapalkan ribuan doa dan berharap terkabul. Dengan penuh gaya an percaya diri, Bama menggiring bola dan melambungkannya ke atas. Namun, tiba-tiba ...

Gonna Be Yours✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang