24 | Pengakuan

93 10 18
                                    

Sampai di UKS, Degi langsung menyibak tirai putih yang menggantung. Laki-laki yang terbaring lemah dan kedua temannya yang duduk menunggu, sontak mengucapkan Istighfar.

"Bamaaaaa!!!" teriak Degi tak melihat situasi tempat yang ia pijak.

"Eh, pea, lo! Toa lu bisa disimpen dulu, gak sih?" omel Tania yang hampir tuli mendengar teriakan maut Degi.

Tanpa mendengar omelan Tania, Degi enteng memulai cerocosnya.

"Ah, lo mah, Bam. Segala pake acara kegebok anak sebelah. Padahal elu ude cool abis tau."

Degi berpura-pura kecewa akibat kecelakaan kecil yang diderita Bama. Padahal, ia sangat bersyukur atas kecelakaan ini, karna ia bisa melihat Deri main di lapangan.

"Alah, fake banget lo. Bilang aja seneng gara-gara gue, elu bisa liat Deri maen. Iya, 'kan?" sarkas Bama yang masih terbaring.

"Tau, tuh. Bukannya nengokin temen yang sakit, malah enak-enakan makan siomay sama doi."
Kali ini Rara mengkompori Degi karna kesal melihat Degi menjilat ludahnya sendiri. Dia bilang, jangan ada yang berani menghalangi jalan Kaira dan Deri, namun dirinya yang mengingkari.

"Gue cuma ditraktir, guys. Rejeki gak boleh ditolak, bukan?" seru Degi enteng.

"Rejeki, sih rejeki. Tapi liat sikon, dong. Temen lo lagi sakit, juga," cetus Bama minta perhatian lebih.

"Ughhh, Bama minta diperhatiin? Tayang-tayang, cepet sembuh, ya Bamaquh," ucap Degi melebih-lebihkan, tepatnya lebay.

"Ih, jijik banget, sih, Gi," sungut Rara terbakar emosi. Tania, Degi, dan Bama yang heran dengan ucapan Rara barusan, menatap jahil bergantian.

"Rara marah, Bamanya diambil Degi?"

"Wah, bener, deh ini mah. Jadiin lah, Bam," seru Tania dan Degi heboh. Mereka cepat-cepat memanasi Rara yang mudah salah tingkah.

Raut wajah Rara benar-benar merah dan gugup bersamaan. Hal seperti itu malah menjadi bahan adu tahan tawa oleh Tania dan Degi.

"Ya, gimana atuh, Gi. Dianya masih punya pacar. Masa gue nembak pacar orang?" ucap Bama spontan.

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Bama, jantung Rara mencelus tiba-tiba. Rasanya ia jatuh dari roller coaster tanpa sabuk pengaman.

"Iya juga, sih, Bam. Nanti lo dicap PHO," tambah Tania.

"Apaan, sih. Gue gak punya pacar, juga," singkat Rara pelan, namun masih bisa terdengar keenam telinga besar temannya.

"Eh, serius lu udah putus sama Evan?" tanya Tania cepat.

Rara hanya mengangguk pelan mengakui retas hubungannya dengan Evan. Berbeda dengan Tania yang kaget, Degi menimpali pengakuan Rara dengan tatapan illfell.

"Najis amat, sih lu. Ngaku putus sama Evan di depan Bama. Ketara banget minta ditembaknya," ledek Degi puas.

Setelah selesai dengan kalimatnya, Degi tersenyum miring kearah Rara.

"Eh, kok lu tai, sih, Gi? Siapa juga yang minta ditembak," tegas Rara.

"Selow dong, Ra. Gue lagi cari waktu yang pas, nih," cetus Bama membuat Rara kesemsem.

"Uhuk, bentar lagi ada yang 'nraktir bakso Pak Rusdi, nih," ledek Tania ke arah Bama dan Rara.

"Please, jangan bakso, bisa?" sanggah Degi yang membenci bakso.

. . .

Setelah pertandingan basket selesai, kegiatan belajar mengajar ditiadakan. Dan untuk siang ini, seharusnya semua penghuni kelas sudah berhamburan berlomba-lomba untuk pulang ke rumah.

Gonna Be Yours✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang