Degi yang berlari mengejar arah tujuan Deri, berhenti ketika melihat sosok yang ia kejar mematung di depan gadis berseragam khas Karadenan.
Pikirannya kalut-malut melihat gadis itu tersimpul manis pada Deri. Air mineral di tangan kanannya ia sembunyikan di balik badan.
Dia bukan siapa-siapa Deri, Gi. Selow, tenang aja.
Rapalan kalimat tegas, meyakinkannya bahwa gadis itu tidak mempunyai hubungan khusus bersama Deri. Dengan langkah yakin, Degi menghampiri mereka yang masih berdiri di pinggir lapangan.
"Hai, Der," sapa Degi ragu. Hal basa-basi seperti ini bukanlah tipikal Degi sama sekali, hanya karna gugup dan ragu menemui Deri, terpaksa ia berbasa-basi padanya.
"Hai juga, Gi. Tadi lo nonton gue kan?" seru Deri dengan semangat.
Degi yang kaget dengan pertanyaan Deri, terkaku sampai gadis di sampingnya menoleh menunggu jawaban yang keluar dari mulutnya.
"Eh, i-i-ya. Gue non-ton, kok. Selamat, ya, Der," ucap Degi sekuat tenaga. Mulutnya tiba-tiba kaku bersamaan dengan jantungnya yang semakin berdetak tak karuan.
"Oh, iya. Mumpung kalian berdua ada di sini. Kenalin, Gi, ini Kaira. Kai, ini Degi." Laki-laki yang masih mengucurkan keringat dari dahinya, saling mengenalkan diri Degi dan Kaira bergantian.
"Gue, Kaira," seru Kaira mengulurkan tangannya.
Bukannya membalas uluran tangan Kaira, Degi malah memperhatikan wajah Kaira dalam.
"Dia, cewe dress merah itu kan?" tanya Degi spontan dan yakin melihat bentuk wajah Kaira di hadapannya.
Kaira menurunkan tangannya kembali karna tidak mendapat balasan dari Degi. Senyum kecewa terlihat jelas di wajah naturalnya. Deri yang mendengar pertanyaan Degi, menjawab dengan hati-hati.
"I-i-iya, ini Kaira yang di Instagram gue," balas Deri pelan.
"Gue, Degi. Temen ekskulnya Deri. Salam kenal," ucap Degi sambil menarik tangan Kaira bersalaman. Keduanya tersimpul manis dihadapan Deri. Laki-laki itu tersenyum menatap Degi dan Kaira bergantian.
"Eh, kita ke kantin, yuk," ajak Deri. Namun, yang diajak malah menatap manik hitamnya. Laki-laki itu mengerutkan dahi heran melihat kedua perempuan melamun ke arahnya.
"Hei, lo berdua kenapa, sih? Mau ke kantin gak?" Jentikan jari Deri membangunkan lamunan mereka. Degi langsung mengerjapkan mata cepat.
Tangan kirinya yang sedari tadi mengumpat di balik badannya, memberanikan diri keluar dari persembunyian.
"Nih, buat lo, Der," seruan Degi berbarengan dengan Kaira yang menyodorkan handuk kecil putih.
Degi yang menyodorkan air mineral di tangan kanannya membeku, melihat Kaira yang juga menunggu handuk kecilnya diambil Deri.
"E-eh, lo berdua baik banget sama gue. Makasih, ya." Deri mengambil kedua pemberian yang disodorkan padanya.
"Sebagai balasannya, gue traktir kalian makan siomay Pak Dadang," paksa Deri sambil menarik mereka dengan kedua tangannya.
Rara dan Tania yang melihat Degi digiring oleh Deri, menatap heran. Keduanya meminta penjelasan dari Degi, namun mereka hanya dibalas dengan tatapan -nanti gue jelasin.
Setelah memilih tempat duduk ternyaman, Deri memanggil Pak Dadang dari kursinya. Pak Dadang yang masih memeluk baki menghampiri meja Deri.
"Pak, siomay-nya tiga piring, ya." Deri memesan untuknya dan kedua teman perempuannya.
Degi dan Kaira masih diam membeku. Meja kantin ini masih sepi karna belum ada topik pembahasan dari mulut mereka.
Tidak suka dengan suasana awkward, Degi berusaha membuka suara. "Oia, Der, sejak kapan lo ikut ekskul basket?"
Deri yang masih sibuk mengelap keringatnya dengan handuk pemberian Kaira, menoleh sesaat ke arah Degi. "Sejak..."
Sejak gue penasaran sama lo, Gi, batin Deri bergumam sendiri.
"Sejak gue diajak Kak Putri," lanjutnya.
Mendengar jawaban Deri, perempuan itu hanya membulatkan bibirnya.
"Oia, keadaan Bama gimana, ya? Kenapa kita langsung ke kantin? Harusnya kita tengokin Bama dulu," kata Deri ke arah Degi yang sibuk melihat kebelakang.
"Lo kenapa, Gi? Liatin siapa?" Deri menengok ke belakang tempat duduknya karna penasaran dengan apa yang dilihat Degi. "Rara? Ajak sekalian kesini," seru Deri melihat Rara.
"E-eh, jangan. Biarin aja." Degi menolak titah Deri yang membuat kacau nantinya.
Kini Kaira yang dilanda kikuk. Ia mau membuka suaranya, namun bingung harus memulai dari mana. Apalagi dia baru kenal dengan kedua orang di hadapannya. Untuk saat ini, Kaira memilih bungkam dan mendengarkan obrolan Deri dan Degi.
"Eh, Kai, lo diem aja. Cerita, dong." Deri mengalihkan pandangannya pada Kaira yang menyimak pembicaraannya dengan Degi.
"Abis, gue bingung harus ngomong apa," lirih Kaira.
Dari jauh, Pak Dadang dengan bakinya kembali menghampiri meja mereka. Kini bakinya penuh dengan pesanan siomay, karna kantin dipenuhi tamu dari sekolah sebelah.
"Ini, Mas siomay-nya." Pak Dadang meletakkan tiga piring siomay di atas meja dengan hati-hati.
"Makasih, ya, Pak," ujar Degi ramah. "Cicipin, Kai, dijamin ketagihan." Degi mendekatkan piring putih ke hadapan Kaira.
"Oke, gue cicip." Kaira langsung memotong siomay dengan garpu dan mencolet bumbu kacangnya. "Eumm, lumayan," gumam Kaira sambil mengunyah.
"Oia, kali ini biar gue yang traktir minum. Kan belum tentu kita makan bareng lagi," seru Degi mengangkat tubuhnya dari kursi.
Deri dan Kaira hanya mengangguk setuju atas kemurahan hati Degi.
Di depan lapak es teh, Degi sengaja disenggol saat ia sedang mengantri pesanan.
"Eh, apaan sih, senggol-senggol?" kesalnya sambil menatap tajam sosok yang menyenggolnya.
"Ngapain lo makan semeja sama Deri?" Ternyata Rara belum pergi dari kantin semenjak Degi menatapnya untuk menjauh darinya kali ini saja.
"Ra, gue cuma ditraktir makan siomay. Udah gitu aja." Degi tidak menatap manik Rara yang yakin akan mengintimidasinya.
"Cewe Karadenan itu, si cewe dress merah kan?" tanyanya lagi penasaran.
"Namanya Kaira," ucap Degi singkat. "Udah, deh, kali ini stop dulu ngurusin guenya. Urusin Bama dulu, tuh," lanjut Degi membawa dua gelas es teh yang dipesannya.
"Sampe ada yang liat lo makan sama Deri, kena sidang sekelas lagi, lo. Mampus. Gue gak nolongin," umpat Rara menerima teh hangat dari Ibu pemilik lapak.
Bukannya mendengarkan ancaman Rara, ia malah memberi isyarat pada Rara sambil melirik es teh dan Rara bergantian.
"Apa?" tanya Rara lagi.
"Tolong, dong Rara cantik, bawain es teh gue satu lagi," puji Degi agar temannya itu memenuhi permintaannya.
Dengan sangat terpaksa, Rara membawakan es teh pesanan Degi.
"Nih," seru Rara meletakkan gelas dingin di antara Deri dan Kaira.
"Makasih, Rara. Nanti gue nyusul ke UKS. Salam aja dulu buat Bama," ucap Degi sebelum Rara pergi.
"Iye. Jangan lama-lama disini. Inget, sampe kelas lu bakalan disidang." Rara pergi dengan teh hangatnya meninggalkan pertanyaan untuk Deri dan Kaira.
"Sidang?" tanya mereka kompak.
. . .
Next!
Author Note
Pokoknya, makasih yg udah baca sampe sini💕
Xoxo, Fian
16 Juni 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Gonna Be Yours✔
General Fiction"Aku bodoh, terlalu menyukaimu sampai aku lupa, bahwa aku bukan siapa-siapamu." -Degi Calista. "Dan aku lebih bodoh lagi, membiarkanmu terabai karna sifat pengecutku." -Deri Vardana. Apa kalian tau, rasanya cinta sendirian? Jika tidak, biar Degi yan...