[7]

1K 218 33
                                    

ADA KALANYA LOGIKA KALAH DARI CINTA

:::::

Aleyna mengumpat pelan ketika matanya tidak sengaja melihat pemandangan yang tak disangka-sangka dan sedikit kembali menorehkan rasa sakit untuknya. Aleyna tidak habis pikir, bisa-bisanya mereka melakukan hal itu di tempat seperti ini, di koridor kampus mereka.

"Mereka nggak punya malu atau gimana, sih?" Aleyna terus saja menggumam kesal sambil melangkahkan kakinya. Namun, kekesalan itu bukan bentuk kebencian, melainkan bentuk dari pelampiasan rasa sakit yang tertinggal di hatinya. Aleyna terus berjalan dan menuju ruang editorial majalah kampus.

Aleyna melangkahkan kedua kaki mungilnya ke dalam ruangan tersebut dengan wajah ditekuk, membuat mereka yang ada di dalam mengerutkan dahi.

"What's wrong with that face?" Kylie yang kini sedang berjalan ke arah lemari kecil bertanya kepada Aleyna.

Aleyna mendengus kuat sambil melihat anggota jurnalistik mereka satu per satu. Pandangannya terhenti pada gadis dengan monolid eyes. Olivia yang melihat Aleyna segera menangkap maksud tatapan dingin Aleyna.

"Kamu melihat Glory?" tebak Olivia yang langsung menutup majalah yang tadi dibacanya.

"Kenapa lagi sama Glory? He kissed another girl, again?" teriak Anya menginterupsi. "What a kind of bastard he is," sambung Anya dan langsung menatap Olivia.

Mendengar pembicaraan yang berhubungan dengan salah satu sahabatnya, Kylie bergegas ikut duduk bersama mereka di tengah-tengah ruangan. "Lagi? Oh, baiklah, Oliv. I've told you, Glory bukan cowok yang baik untuk kamu." Kylie mengusapkan tangannya ke bahu Olivia.

Olivia menunduk dalam. Kedua matanya memanas dan akhirnya air mata itu pun jatuh juga secara perlahan. Olivia menangis karena perbuatan Glory, kekasihnya. Perempuan tersebut pun memilih bangkit dari duduknya dan berlari keluar dari ruangan.

"Kak Oliv!" sahut Aleyna berusaha mencegah, tetapi dengan sigap Kylie menahan lengan Aleyna dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Biarin Oliv nenangin diri dulu, Aleyna," ujar Kylie kepada Aleyna dengan lembut.

Aleyna meloloskan helaan tipis. Tiba-tiba merasa tidak enak kepada Olivia atas kejadian ini. "Harusnya aku enggak bilang ke Kak Oliv perihal aku melihat Kak Glory di koridor tadi," gumam Aleyna sambil menundukkan wajahnya.

"Kali ini siapa cewek murahan yang dicium Glory? Glory harusnya udah mendapatkan tamparan seandainya aku yang melihat dia, bukan Aleyna." Kylie vokal akan kekecewannya atas sikap Glory.

Mendengar ucapan gamblang Kylie, Anya memukul pelan gadis keturunan Toronto yang duduk di sampingnya itu. "Percuma, Kak. Kak Olivia itu udah buta sama cinta," ucap Anya yang membuat Kylie langsung menggelengkan kepalanya.

"Kenapa cowok seperti Kak Glory mudah sekali mencium cewek lain padahal dia punya Kak Olivia?" tanya Aleyna mengeluarkan kekesalannya. Menatap dua kakak tingkatnya bergantian.

Anya terkekeh dan mengusap pelan rambut Aleyna yang duduk di sampingnya. "It's Seoul not Indonesia, Aleyna. Kadang cowok bisa seberengsek itu hanya karena mereka nggak dapatin apa yang mereka mau dari ceweknya," jelas Anya disambut anggukan Kylie.

Kylie menatap Aleyna yang mulai muak. Dia menepuk pelan pundak gadis yang memiliki usia paling kecil di antara mereka itu. "Aku mengerti kenapa kamu sensitif sama hal seperti ini. Kamu mengingat Dennies? Please Aleyna, forget him. Udah jelas kalau Dennies nggak baik buat kamu."

"Enggak baik kenapa?" tanya Aleyna memandang Kylie tidak setuju.

"Because he kissed you then leave you without any explain about your relationship," ucap Anya yang menjawab pertanyaan Aleyna.

Aleyna mendesis pelan mendengar ucapan Anya. Berhasil membuat suasana hati gadis tersebut turun drastis.

Anya menangkap kekesalan yang Aleyna tampilkan. Membuat Anya kembali berbicara serius. "Kenapa? Kesal karena ciuman pertama kamu cuma angin lalu gitu aja? Makanya Aleyna, berhenti dengan kegiatan kamu yang menunggu-nunggu Dennies seperti itu."

"Kalian itu nggak ada yang ngerti. Udah, ah!" balas Aleyna dan memilih pergi meninggalkan ruangan tersebut. Semua kakak-kakaknya ini sama saja, tidak mengerti perasaannya, begitu yang Aleyna pikirkan.

Dulu Aleyna masih berusia 15 tahun dan tinggal di Indonesia sehingga dirinya tidak memikirkan perihal seberapa berarti ciuman pertama. Awalnya, kenyataan bahwa laki-laki yang mengambil ciuman pertamanya malah pergi menghilang, hanya ditanggapi biasa oleh Aleyna.

Namun, setelah mengerti alasan dibalik seorang pria mencium seorang wanita, Aleyna semakin ingin menemui Dennies dan menanyakan maksud ciuman yang pernah diberikan oleh laki-laki tersebut.

Saat dirinya melihat Glory yang berciuman di koridor tadi berhasil membuat Aleyna kesal sebagai seorang perempuan. Apa segampang itu laki-laki memberikan ciuman mereka? Saat melihat reaksi Olivia tadi pun berhasil membuat hati Aleyna semakin lara. Dirinya takut yang dilakukan Dennies dulu sama seperti yang dilakukan Glory. Hanya nafsu sesaat atau hanya sebuah angin lalu saja.

Aleyna melangkahkan kakinya melewati koridor kampus, berharap Glory dan si gadis asing sudah menemukan ruangan untuk mereka berdua. Walau begitu, entah mengapa Olivia masih mempertahankan hubungannya dengan Glory. Aleyna tidak habis pikir akan hal itu. Apakah ini sama kasusnya dengan Aleyna yang tetap mempertahankan perasaannya kepada Dennies, meski laki-laki tersebut pergi menghilang tanpa kabar?

Aleyna mengeluarkan ponselnya bermaksud menghubungi Irish, kekasih Arfael. Namun, tiba-tiba dirinya mengerutkan kening saat menatap Arka yang berlari ke arah dirinya. Dalam sekejap, tangan Aleyna sudah ditarik Arka sehingga mau tidak mau Aleyna ikut berlari.

"Kamu ngapain?" teriak Aleyna berusaha melepaskan genggamannya. Mereka berdua berlari ke arah parkiran. Napas Aleyna menderu karena kelelahan sedangkan Arka terlihat gusar saat mereka berhenti di depan motor yang kemarin membawanya ke kampus.

"Gue minta bantuan lo hari ini," pinta Arka dan menyerahkan helm kepada Aleyna.

"Apa-apaan? Enggak sopan!" protes Aleyna saat Arka mendorong tubuhnya untuk naik ke atas motor.

"Naik atau gue gendong?"

Aleyna yang mendengar ancaman Arka langsung memilih menuruti permintaan laki-laki tersebut untuk naik ke atas motor. Arka menyusul menaiki motornya dan segera menjalankannya ke gerbang depan dengan kecepatan yang bisa dibilang tinggi.

"ARKA, KAMU MAU LARI KE MANA?" teriak seseorang yang tampak mengejar motor Arka yang melaju menuju gerbang.

"Kak Attaya?" gumam Aleyna yang melihat kakaknya tersebut berteriak-teriak memanggil Arka.

"Gue bakal bayar untuk bantuan lo hari ini dengan apa aja. Pokoknya lo selamatin gue dari Kak Attaya," ucap Arka setelah mereka berhasil keluar dari wilayah kampus.

Aleyna mengerutkan keningnya mendengar ucapan Arka. "Kamu habis ngapain sampai Kak Attaya teriak gitu?"

Arka tidak menjawab pertanyaan Aleyna. Laki-laki tersebut memijat dahinya dengan tangan kanan dan melajukan kembali motornya tanpa ada niat untuk menjawab pertanyaan Aleyna.

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang