[22]

676 170 7
                                    

LINGKAR PERASAAN

:::::

Sebenarnya sederhana saja hubungan Renatha dan Arka. Berawal dari saling mengenal di sebuah komunitas luar kampus, Renatha dan Arka sering menghabiskan waktu bersama kala itu. Renatha yang terkenal aktif dalam forum-forum diskusi dan pengabdian masyarakat, serta Arka yang terkenal sebagai anggota aktif berjiwa sosial tinggi di dalam komunitas. Mereka berdua sempat membuat iri yang lainnya karena kedekatan dan sifat mereka yang saling melengkapi satu sama lain.

"Gimana rasanya setelah berhasil mencapai mimpi lo, Re?" tanya Arka sambil mengaduk minumannya. Mereka kini sedang berada di salah satu kafe di dekat kampus tempat Arka menjalani program pertukaran pelajar.

Renatha tersenyum mendengar pertanyaan Arka. Renatha selalu menyukai bagaimana cara Arka memanggilnya Re daripada Tha seperti yang lainnya.

"Gimana, ya?" tanya Renatha lebih seperti kepada dirinya sendiri. "Manusia itu emang nggak pernah puas, ya, Ka? Setelah mimpi yang ini tercapai, gue malah pengin punya mimpi baru yang harus gue capai."

Arka tertawa melihat ekspresi yang dibuat Renatha. Selalu berhasil mengundang tawa di bibirnya. "Ya emang gitu mainnya, Re. Ibarat koki, setelah dia berhasil nyoba resep ini dan sukses pasti dia bakal nyoba resep lainnya. Itu juga untuk mengasah kemampuan lo, 'kan?" tanya Arka lagi.

Renatha tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan. Lalu, dirinya terdiam sebentar sambil mendengarkan lagu yang berputar di pengeras suara kafe. Renatha mengenal lagu tersebut, salah satu original soundtrack drama favoritnya.

Sedangkan Arka masih setia menatap Renatha dengan senyum di bibirnya. Renatha yang selalu membuat Arka tak pernah merasa puas dengan apa yang sudah dicapainya. Renatha yang selalu berhasil membangkitkan semangat Arka. Dan Renatha yang selalu berhasil membuka mata Arka kalau masa muda memang harus dijalani dengan hal-hal positif dan membawa dampak baik bagi dirinya.

Kalau ditanya apa alasan Arka mengajukan pertukaran pelajar ke Seoul, mungkin salah satu alasannya akan memuat nama Renatha. Dulu Renatha pernah memberitahu Arka kalau setiap manusia selalu punya pemikiran tentang, sebagai apa nantinya mereka akan dikenang ketika sudah tiada? Apakah sebagai orang yang kisah hidupnya biasa saja? Apakah sebagai orang yang hidupnya didedikasikan untuk sesuatu hal? Atau apakah sebagai orang yang kisahnya menjadi alasan orang lain untuk semangat menjalani hidup?

Mendengar perkataan Renatha tersebut membuat Arka menjadi haus untuk meraup ilmu sebanyak-banyaknya. Menjadi aktivis, tetapi tidak meninggalkan akademis. Arka dengan senang hati akan mengingat Renatha sebagai orang yang berhasil menginspirasi Arka.

"Re, kenapa lo dulu bisa kepikiran ikut beauty pageant? Gue nggak nyangka lo bakal belok jauh dari seorang pecandu kegiatan sosial menjadi model kayak sekarang," ungkap Arka kepada Renatha.

Renatha mengalihkan tatapannya untuk melihat Arka. Seketika terbitlah senyum di wajah anggun miliknya. "Lo salah, Ka. Gue bukan mau jadi model, tapi gue mau jadi putri yang dibanggakan Indonesia. Makanya dulu gue memberanikan diri ikut ajang itu, walau gue hanya jadi finalis. Tapi seenggaknya sekarang gue udah jadi salah satu Duta Pariwisata dan Budaya, memberi gue akses untuk lebih sering turun ke masyarakat. Tenang! Visi hidup gue untuk nggak melupakan masyarakat selalu gue bawa di sini!" ucap Renatha menepuk pundak kanannya.

Arka lagi-lagi tertawa melihat Renatha. Bagaimana bisa perempuan anggun seperti ini ternyata merupakan seorang perempuan tangguh dan memiliki kepribadian yang kuat? Renatha selalu berhasil membuat Arka kagum dengan kepribadiannya.

"Ka, gue boleh nanya sesuatu ke lo?" tanya Renatha yang membuat Arka menaikkan alisnya. "Itu... Gue beberapa hari yang lalu habis cerita-cerita sama teman gue, Olivia, yang teman kampus lo itu."

Arka menganggukkan kepalanya sambil membulatkan mulutnya. "Lo mau nanya apa, Re?"

Renatha nampak mengulum bibirnya dan menarik napas pelan. "She was talking about girl named Aleyna. Walaupun nggak detail, tapi gue bisa langsung paham lagi ada apa antara lo, Aleyna, sama satu lagi cowok yang nggak Olivia sebutin namanya."

Arka membasahi bibir bawahnya dan menekan kuku jarinya. Terlihat ragu apakah harus menceritakannya kepada Renatha atau tidak. Namun, seketika dia mengesampingkan keraguan itu dan membalas ucapan Renatha. "Re, menurut pandangan lo dari cerita yang disampaikan Olivia, apa yang gue lakukan itu udah benar, nggak?"

Renatha sontak mengerutkan keningnya mendengar Arka yang malah melemparkan pertanyaan kepadanya. "Kalau lo mau jawaban dari sudut pandang general, itu salah karena lo seolah merusak alur mereka," jelas Renatha sambil memberikan simbol mengutip dengan kedua tangannya. "Ini jawaban gue karena gue memosisikan diri sebagai Renatha yang cuma jadi pengamat."

Arka memandang lurus tepat ke arah Renatha mendengarkan penjelasan wanita cantik tersebut.

"Tapi karena gue udah kenal sama lo yang buat gue gampang untuk memahami cara lo berpikir, menurut gue tindakan lo benar. Karena gue paham kalau lingkaran kalian itu udah melibatkan perasaan. Apa gue benar, Ka?" tanya Renatha.

Sontak Arka merasakan detak jantungnya terasa cepat setelah mendengar tebakan Renatha. Memang, Arka rela memasuki dunia Aleyna karena ada perasaan di dalamnya. Namun, mendengar kenyataan bahwa Renatha dengan mudah menebaknya membuat Arka gugup karena gelagatnya terlalu transparan.

"Awalnya setelah dengar cerita Olivia, gue merasa malu, Ka. Karena gue sebelumnya cerita ke Olivia kalau gue datang ke Seoul selain ada urusan, gue juga mau ketemu sama lo. You know I see you as different guy and I adore you a lot. Tapi setelah mendengar cerita Olivia, gue malah ketawa sama diri gue sendiri. Ternyata Arka udah jauh lebih dewasa, ya?" Renatha tersenyum dengan manisnya.

Arka dapat melihat kedua mata Renatha berkaca-kaca setelah mengucapkan kalimat-kalimat tersebut. Detak jantung Arka semakin terasa kencang dan sedikit menyesakkan. Fakta bahwa Renatha adores him berhasil membuat Arka merasa campur aduk karenanya.

Lucu.

Arka begitu mengagumi sosok Renatha, sosok yang memiliki kecerdasaan dan pikiran terbuka. Arka mengagumi kecantikan dan sifat perempuan tersebut yang membuat dirinya merasa tak pantas untuk mengharapkan seorang Renatha. Bagi Arka, Renatha sangat sulit untuk digapainya. Membuat Arka ciut takut tak bisa melindungi Renatha sebagai wanitanya. Bahkan kerap merasa justru Renatha yang lebih sanggup untuk melindungi Arka.

Namun, lagi-lagi kenyataan berhasil menampar bolak-balik perasaan Arka. Bagaimana bisa seorang Renatha Kusumaraharja juga memandang Arka sebagai sosok yang istimewa? Padahal Arka merasa bahwa Renatha lah yang banyak membawa perubahan di hidupnya. Namun, Renatha malah berpikir justru Arka yang membawa perubahan di dalam hidupnya.

"Lucu ya ketika lo baru sadarnya sekarang?" suara Renatha kembali terdengar.

"Re," sahut Arka pelan membuat Renatha menatapnya. "Lo mau ketemu Ale?" tanya Arka.

Renatha nampak berpikir mendengar Arka menyebut nama Ale. Renatha langsung menebak kalau yang dimaksud Arka adalah Aleyna. "Boleh," jawab Renatha menganggukkan kepalanya. "Gue mau mengenal perempuan yang bisa buat lo jadi Arka yang sekarang." Renatha tersenyum kepada Arka.

Arka membalas senyuman Renatha dengan manis, lalu dirinya kembali membuka suara. "Gue juga mau ngenalin Ale ke orang yang lebih bisa memahami perasaan dia. Lo mungkin bisa menjadi penerang Ale, Re. Mengembalikan apa yang hilang dari sifat dia."

Renatha tertegun sebentar, nampak berpikir, lalu menggeleng pelan. "Nggak Arka, but I'll be your mediator to approach Aleyna brightness side. Karena yang Aleyna butuhkan itu lo, dan gue dengan senang hati akan ada di sana ketika lo butuh gue. Bukankah itu yang dilakukan seorang teman?"

Dan di akhir kalimat tersebut Arka bisa melihat satu tetes likuid jatuh di sudut mata Renatha.

Juga di hatinya, Arka merasakan sesak dan sakit seolah dirinya baru saja melepaskan sesuatu yang sangat berharga dari bagian hidupnya.

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang