[2]

2.2K 316 47
                                    

SEOUL 2017 DAN KELOPAK PERTAMA

:::::

Trotoar jalan menuju salah satu kampus di Seoul masih tampak lengang. Hanya ada beberapa orang yang lalu-lalang, melangkahkan cepat kaki-kaki mereka seolah udara dingin di awal musim semi adalah hal yang harus dihindari. Secangkir kopi hangat berada di genggaman tangan kiri seorang gadis berambut hitam. Asap yang mengepul dari dalam cangkir mengarak menjadi koloid dan membawa aroma latte kesukaan si gadis berambut hitam.

"Spring has come. Kamu ada rencana mengikuti kencan musim semi, Aleyna?" Seorang gadis lain bertanya kepada si gadis latte, Aleyna.

Aleyna menyesap sedikit kopi hangatnya. Raut nikmat tergambarkan dari wajah mungil gadis tersebut. "Lebih baik aku bermain dan membaca novel. It's better than waste my time with stranger."

Mereka melanjutkan candaan mereka, tertawa bersama sambil kaki-kaki ramping mereka menjejak gerbang kampus kenamaan Seoul. Aleyna masih sibuk meniup kopinya yang tinggal sedikit, sedangkan temannya hanya menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya bergantian.

Hari ini mereka sengaja datang ke kampus untuk melihat acara penyambutan mahasiswa dari program pertukaran pelajar musim semi. Alasan mereka ingin melihat acara tersebut salah satunya adalah untuk mencari teman baru, mahasiswa Indonesia seperti mereka.

"Bagaimana Kak Attaya?" tanya Aleyna sambil membuang cangkir kopinya yang sudah kosong ke tempat sampah yang mereka lewati.

Anya mengeryitkan dahinya mendengar pertanyaan Aleyna. Alasan Aleyna bertanya seperti itu pasti ingin menggoda Anya. Attaya dan Anya menjadi teman dekat setelah Aleyna mengenalkan Anya kepada kakaknya tersebut.

"Masih mengesalkan karena dia suka memaksaku berbahasa Korea." Anya membalas pertanyaan Aleyna sambil mendengus dan membayangkan keusilan Attaya kalau sudah bersama dirinya.

Suara dengusan Anya tentu saja membuat Aleyna melirik nakal, ditambah dengan kalimatnya barusan. "Kak Anya dan Kak Attaya itu sahabatan atau pacaran, sih?" sindir Aleyna menggoda.

"Apaan?" pungkas Anya mengelak pertanyaan Aleyna.

"Aduh, Kak Anya itu nggak pintar berbohong. Alis Kakak bergerak-gerak, tuh. Gugup, ya?" Aleyna tertawa melihat gelagat Anya yang menggemaskan itu.

Anya menghadiahi Aleyna dengan cubitan pada kedua pipi gadis tersebut. Mereka berjalan melewati taman ke arah gedung aula yang terlihat ramai dengan mahasiswa asing. Hiruk-pikuk sudah mulai terdengar menggema dari dalam aula. Aleyna berpamitan sebentar kepada Anya untuk membeli minuman dan roti. Tamu yang menonton tidak diberi beverage seperti mahasiswa pertukaran yang menjadi tamu utama acara tersebut.

Aleyna menelusuri jalanan setapak yang mengarahkan dirinya ke swalayan kampus. Ibu penjaga swalayan terlihat menyapu di teras depan dan Aleyna segera menyapa Ibu swalayan tersebut sambil mengutarakan pesanannya.

"Khamsahamnida, Ahjumma." Aleyna mengucapkan terima kasih setelah menerima belanjaannya. Kaki mungil Aleyna kini langsung bergerak meninggalkan swalayan untuk kembali ke aula. Anya pasti sudah menunggu dengan lapar, sahabat Aleyna tersebut memang sangat suka makan.

"Excuse me, can I get a bottle of cola?"

"Nde?" (Iya?)

Aleyna menghentikan langkahnya ketika mendengar suara laki-laki berbicara kepada Ibu swalayan menggunakan bahasa Inggris. Tentu saja Ibu itu tidak mengerti maksud dari sang calon pembeli.

"Ahjumma, i sarameun kolla han byeongul sago shippeoyo." (Bibi, pria ini ingin membeli sebotol cola). Aleyna memutuskan untuk kembali ke swalayan dan membantu Ibu swalayan tersebut menangkap maksud si pembeli.

"Aah, mianhaeyo nan ihaega andwaeyo. Geu kolla gagyeog 700 won." (Maaf, karena saya tidak mengerti. Colanya 700 Won). Ibu swalayan memberikan sekaleng minuman bersoda kepada laki-laki tersebutㅡArka, si mahasiswa pertukaran.

"She is saying sorry for not knowing what did you ask about. It's total 700 won," ucap Aleyna yang ditujukan kepada laki-laki berkemeja denim tersebut.

Arka mengangguk pelan dan segera merogoh sakunya. Mengeluarkan uang pas dan memberikannya kepada Ibu swalayan. Setelahnya, Arka pergi meninggalkan swalayan begitu saja. Membuat Aleyna yang melihatnya mendenguskan napas pelan. Nggak tahu sopan santun, ya? Aleyna kembali melakukan hobinya—membatin.

"Say khamsahamnida ahjumma to her!" celetuk Aleyna sedikit keras sehingga membuat langkah Arka terhenti.

Arka membalikkan tubuhnya dan menatap Aleyna. Aleyna segera mendelikkan matanya ke arah sang Ibu swalayan, seolah memberikan kode apa yang harus Arka lakukan.

"Oh!" Arka paham, kemudian menatap sang penjual. "K-khamsahamnida a-ahj-jumma," ucap Arka sedikit terbata-bata karena bahasa tersebut masih asing di lidahnya.

Setelahnya, Aleyna berbalik untuk segera ke aula. Dia sudah kehilangan cukup banyak waktu dan sepertinya acara penyambutan sudah dimulai. Padahal tidak akan berpengaruh kalau dia terlambat masuk. Aleyna hanya ingin melihat pembukaan yang biasanya menampilkan paduan suara para mahasiswa asing.

"Hey! Thanks for your help," sahut Arka dan menyejajarkan langkahnya dengan langkah kaki Aleyna.

Aleyna pun menghentikan langkahnya. Dirinya berbalik dan melirik ke arah laki-laki yang sekarang berdiri di sampingnya. Aleyna itu ramah, jadi mari membalas perkataan laki-laki tersebut. "It's okay. Perhaps, one of exchange student this spring?"

"Yes, I am. I'm in second year."

Aleyna menatap Arka lagi sambil mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. "You're my senior then," ucap Aleyna menggantungkan kalimatnya. "Uhm, I'll go to the ballroom, maybe do you want toㅡ?" Aleyna menunjuk ke arah aula.

Tanpa berpikir dua kali, Arka tersenyum sambil menganggukkan kepalanya cepat. Membuat Aleyna sedikit mengerutkan kening. Namun, dia segera memutuskan untuk masa bodoh dan berjalan ke aula melewati taman dengan pohon-pohon rindang berbunga merah muda. Arka pun tak ketinggalan berjalan di samping Aleyna sambil sesekali ekor matanya mencoba melirik gadis tersebut yang hanya diam menatap ke depan.

"By the way, may I know your name? OhㅡI mean, it's weird if I don't know the name of one who help me in my first day." Arka memecahkan keheningan di antara mereka.

Aleyna berhenti dan berbalik melihat Arka di sampingnya. Aleyna menebak laki-laki di sampingnya ini memiliki sifat menyebalkan yang tinggi kalau dilihat dari gelagatnya sejak di swalayan tadi. Aleyna itu memang suka menghakimi orang, bahkan orang yang baru dikenalnya sekali pun.

"Aleyna Kim."

"Arka. Arjuna Keano Arka."

Aleyna menatap bingung laki-laki di sampingnya. Tidak ada yang menanyakan nama Arka. Namun, dengan kurva manis di bibirnya, si mahasiswa pertukaran itu menyebutkan namanya sendiri kepada Aleyna. Tidak lupa dengan senyumannya. Bahkan Arka menjulurkan tangannya bermaksud mengajak Aleyna untuk berjabat tangan.

Aleyna tidak ambil pusing. Dia ingin segera sampai di dalam aula. Aleyna pun hanya membalas sapaan Arka dengan senyum ala kadarnya. Jabat tangannya bisa kapan-kapan saja atau mungkin tidak usah sama sekali, begitu pikir Aleyna.

Sedangkan Arka yang sempat memandang senyuman gadis Korea di depannya sekarang malah terpaku dalam diam. Laki-laki tersebut merasa terhipnotis, terlalu manis dan sayang untuk dilewatkan. Aleyna dengan sikap cueknya berjalan meninggalkan Arka di belakang. Arka segera menyusul Aleyna dan berjalan di sampingnya hingga tiba-tiba Aleyna berhenti dan menangkap sesuatu yang terbang di hadapan mereka.

"Look! Azalea petal is falling."

Aleyna menunjukkan kelopak bunga yang Arka tidak ketahui namanya tersebut kepada dirinya. Untuk pertama kalinya, Aleyna tersenyum tulus kepada Arka. Tidak seperti tadi, kali ini memang benar-benar tersenyum karena Aleyna menyukainya. Iya, Aleyna memang menyukai bunga azalea. Lebih indah dipandang daripada bunga sakura katanya.

"Even azalea flower is falling for you because it knows there's someone who more beautiful than that flower. It's you, Aleyna Kim."

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang