[1]

3.6K 376 63
                                    

WAKTU ITU DI KOTA BANDUNG 2012

:::::

Hobi Aleyna itu membaca novel. Novel aliran apa saja dibacanya, mulai dari teenlit, science fiction, history, action, fantasy sampai metropop yang bahasannya universal pun dibaca juga. Namun, seorang Aleyna tidak suka membaca novel roman dan chickLit. Roman itu menggelitik perut, begitupun chickLit yang katanya memang dikhususkan untuk pembaca perempuan. Aleyna tidak suka sensasi menggelitik ketika membaca kisah dua sejoli dimabuk asmara. Terkadang, membaca teenlit pun Aleyna menghindari kisah cinta remaja seperti kebanyakan.

Aleyna itu aneh. Dia mengatakan sendiri kepada Attaya dan Arfael kalau ia tidak menyukai sinetron dan drama di TV. Namun, Attaya yang tidak percaya nekat memeriksa isi laptop Aleyna yang kala itu masih berusia 14 tahun. Penemuan Attaya membuat Aleyna harus tahan digoda habis-habisan oleh kakaknya tersebut. Penemuan Attaya di laptop Aleyna adalah koleksi drama korea yang rata-rata memiliki alur cerita menggelitik perut yang katanya tidak disukai Aleyna.

Mungkin selera roman Aleyna bukan seperti sinetron di stasiun TV Indonesia, tetapi seperti drama yang berasal dari tanah kelahiran ayah merekaㅡKorea Selatan. Namun, mengapa Aleyna tidak menyukai novel roman? Menurut Arfael, alasan Aleyna tidak menyukainya karena Aleyna sudah terdoktrin duluan untuk membenci novel roman sehingga Aleyna sengaja tidak menyentuh sama sekali novel-novel tersebut.

Mei tahun 2012, di kala itu Aleyna sedang menikmati lagu dari Mocca berjudul I remember yang rilis pada tahun 2002. Sambil menikmati lagu indie tersebut, Aleyna juga sibuk membolak-balikkan sebuah novel di genggamannya. Gadis yang duduk di kelas sembilan SMP tersebut berada di Zoe Cafe and Library, tempat para pengunjung bisa makan, minum, menikmati musik dan membaca berbagai jenis buku hanya dengan membayar 1000 rupiah dan menjadikan kartu identitas sebagai jaminannya.

Acara baca-membaca Aleyna terusik saat dia mendengar suara tawa seseorang. Aleyna mengangkat kepalanya dan menatap kesal sumber suara, seorang laki-laki di hadapannya. Cih, anak SMA. Pantas aja berani ketawa sesuka hati di depan anak SMP, batin Aleyna kala itu.

Laki-laki berseragam putih dan bercelana abu-abu itu masih tidak berhenti tertawa. Aleyna melirik judul novel yang dibaca pria tersebut. I've Got Your Number karya Shopie Kinsella. Ah! Aleyna mengetahui novel tersebut, sebuah chickLit yang pernah ditawarkan salah satu temannya di sekolah. Tentu saja Aleyna menolak tawaran tersebut walaupun temannya membolehkan Aleyna membawanya pulang untuk dibaca.

Mungkin karena merasa diperhatikan, laki-laki tersebut menatap Aleyna. Kedua mata mereka pun bertemu untuk beberapa detik.

"Maaf, apakah kamu merasa terganggu? Saya terlalu menikmati membaca buku ini," ucap laki-laki tersebut sambil mengangkat novel di genggamannya ke atas.

Aleyna mengernyit mendengar cara berbicara laki-laki tersebut. Terlalu Indonesia, terlalu formal dengan aksen kebarat-baratan. Aleyna tebak ia bukanlah warga Indonesia asli, karena cara berbicara Aleyna pun juga seperti itu, meski Aleyna sudah tidak kaku seperti laki-laki di hadapannya.

Aleyna terdiam sesaat, sampai akhirnya ia tersadar masih menatap laki-laki yang memandangnya bingung tersebut.

"Eh, nggak apa-apa." Aleyna justru menjawab dengan kalimat di luar rencananya.

"Buku apa yang sedang kamu baca?" Laki-laki tersebut mengarahkan pandangannya pada buku yang digenggam Aleyna.

"Ini?" Aleyna mengangkat alisnya dan menatap buku di genggamannya. "9 Summers 10 Autumns dari Iwan Setyawan," jawab Aleyna tersenyum canggung. Kalau dilihat dari meja lain, mereka saat itu seperti sepasang murid yang sedang menghabiskan waktu sepulang sekolah dengan membaca novel bersama. Seorang murid perempuan polos berseragam biru dan seorang murid laki-laki tampan berseragam abu-abu. What a good relationship.

"Saya sudah membacanya. Itu bagus, sangat menginspirasi."

Aleyna kembali menatap laki-laki tersebut. Sejak tadi dirinya terhambat untuk melanjutkan bacaannya karena laki-laki di hadapannya masih sibuk berbicara.

"Cobalah jika sudah membaca itu, kamu membaca I've Got Your Number. Biasanya anak perempuan suka dengan novel ini, romantis dan ada unsur komedinya," celetuk laki-laki di hadapannya yang tiba-tiba merekomendasikan Aleyna novel yang dihindarinya tersebut.

"Terima kasih. Tapi, maaf. Aku nggak tertarik." Aleyna menjawab dengan jujur.

"Mengapa?" tanya laki-laki itu sambil mengerutkan dahinya. Seolah tidak membiarkan Aleyna kembali menjamah susunan kalimat-kalimat pada buku di genggamannya "Ini romantic-comedy. Tidak mendayu-dayu, kok."

Aleyna hampir saja tertawa setelah mendengar kata mendayu-dayu dari laki-laki tersebut. Untunglah dirinya masih bisa menahannya.

"Coba saja baca dulu. Mana tahu kamu menyukainya. Saya saja jadi suka, padahal ini chickLit," ucapnya lagi.

Aleyna hanya tersenyum bermaksud menolak. Sepertinya laki-laki itu paham, dia akhirnya diam dan melanjutkan bacaannya kali itu tanpa ada suara tawa yang mengganggu Aleyna lagi.

Sekitar setengah jam berlalu, Aleyna memilih menyelesaikan acara membacanya dan beranjak untuk mengembalikan novel yang dia pinjam. Setelah mengembalikan novel tersebut ke tempatnya, Aleyna melangkahkan kaki untuk keluar dari kafe.

"Aleyna Kim!" sahut satu suara memanggil nama lengkap Aleyna.

Aleyna menghentikan langkah kakinya dan berbalik. Dia mengetahui namaku? Kenapa lagi? Mau merekomendasikan novel lain? Aleyna sedikit mengernyit memandang laki-laki asing tadi yang kini berjalan ke arahnya.

"Kartu pelajarmu tertinggal." Laki-laki tersebut menghampiri Aleyna dan menyerahkan kartu pelajar gadis tersebut.

Ah, Aleyna pun malu karena sudah memikirkan hal yang tidak-tidak. Untungnya manusia yang bisa membaca pikiran seseorang itu tidaklah nyata, atau setidaknya laki-laki di hadapannya itu bukan salah satunya. "Terima kasih." Aleyna menjawab dengan singkat dan mengambil kartu pelajar miliknya.

"Saya sudah mengetahui namamu. Perkenalkan, nama saya Dennies Giovanny. Saya bukan asli Indonesia. Apakah kamu juga bukan berasal dari Indonesia?" tanya laki-laki bernama Dennies itu sambil mengarahkan tangannya kepada Aleyna untuk berjabat tangan.

"Aleyna Kim. Kim untuk Korea Selatan." Aleyna membalas jabatan tangan Dennies. Sebenarnya Aleyna masih sedikit asing berjabatan tangan dengan orang yang baru dikenalnya—apalagi Dennies lebih tua dari Aleyna dan tidak akan bertemu lagi dengannya.

"Senang berjumpa denganmu. Mungkin kita bisa bertemu lagi di sini dan saya akan membuatmu tertarik dengan novel roman."

Tidak menjawab, Aleyna hanya tersenyum canggung. Dirinya pun memilih berpamitan untuk pulang. Meninggalkan laki-laki tadi yang terus menatapnya hingga menghilang di ujung jalan.

Di dalam perjalanan ke perempatan jalan untuk mencari angkot, Aleyna iseng membuka aplikasi browser di ponselnya. Aleyna sengaja ingin mencari sinopsis chickLit yang direkomendasikan si anak SMA bernama Dennies tadi. Mungkin rekomendasi yang dia dapat, bisa dipertimbangkan.

"Cincin pertunanganku hilang, padahal cincin itu sudah menjadi milik keluarga Maknus selama tiga generasi. Gara-gara beberapa gelas sampanye di acara amal, hidup Poppy kaㅡ" Aleyna menghentikan suaranya saat membaca paragraf pertama sinopsis novel tersebut. "Bule gila! Dia merekomendasikan novel pernikahan ke anak SMP?" gumam Aleyna dan segera menutup aplikasi browser di ponselnya.

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang