[3]

1.6K 300 40
                                    

SI PENGUNTIT GANTENG AMATIRAN

:::::

Makan siang itu menjadi suatu hal yang wajib, tidak seperti sarapan atau makan malam yang bisa dilewatkan begitu saja. Aleyna dan Anya tidak pernah merasakan bosan pada lidah mereka untuk menikmati hidangan yang ada di kantin kampus. Bagi Aleyna, masakan Korea adalah yang terbaik. Bagi Anya, cita rasa masakan Korea lebih baik daripada tidak sama sekali. Tentu saja itu karena Anya suka makan, apapun rasanya pasti akan enak di lidah gadis tersebut.

"Tadi kamu masuk sama cowok ke aula. Siapa?" Anya membuka percakapan pertama mereka sejak mereka duduk dan menikmati makan siang.

Aleyna mengaduk jajangmyeon yang sudah tinggal sedikit di hadapannya, sebelum dia menjawab pertanyaan Anya. "Aku membantu mahasiswa asing yang bingung waktu membeli cola," jawab Aleyna singkat, padat, tetapi sepertinya tidak jelas bagi Anya.

"Terus?" tanya Anya sambil memegang lengan Aleyna. Menuntut gadis itu untuk bercerita lebih lanjut. Anya memang memiliki rasa penasaran yang membuat Aleyna suka geram sendiri.

"Nanti aku cerita," tolak Aleyna melepaskan genggaman Anya di lengannya.

Namun, Anya menggelengkan kepalanya kencang. Berusaha menarik kembali lengan Aleyna. "Aku mau sekarang, nanti nggak ada waktu. Setelah ini kamu mau ke toko buku dan aku juga mau balik ke flat," bujuknya lagi.

Aleyna menghela napas dan meletakkan sendok di samping mangkuk jajangmyeon miliknya. Ditatapnya Anya sambil tersenyum paksa. "Kak Anya cantik yang enggak sabaran, sepertinya dia mahasiswa asal Indonesia. His name gives that vibe. Lanjut nanti aja, ya. Aku duluan." Aleyna beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Anya sendirian.

"Indonesia? Serius? Kamu tahu namanya? Aleyna, jangan buat aku penasaran!" teriak Anya lagi, mengusik acara makan para mahasiswa di kantin kampus tersebut.

Aleyna menggelengkan kepalanya terhadap rasa ingin tahu Anya yang tinggi. Aleyna pun segera melangkahkan kakinya keluar kawasan kampus. Aleyna memasang earphone di kedua telinganya dan memainkan sebuah lagu. Recreational Love oleh The Bird and The Bee sedang mengalun di kedua telinga Aleyna.

***

Di Seoul memang marak kasus penguntitan wanita. Entah itu dilakukan oleh orang iseng, pedofil, tidak waras, ataupun orang yang terobsesi dengan gadis Korea seperti Arka. Sekarang Arka sedang mengikuti seseorang di depannyaㅡAleyna. Saat Aleyna keluar dari gerbang tadi, Arka yang awalnya sedang berbincang dengan teman satu rantauannya yang bernama Glory, langsung melesat cepat saat melihat Aleyna.

Aleyna masih mendengarkan lagu dari iPod sambil sesekali ikut menggumamkan lirik lagunya pelan. "Tell me I'm the reason you've got to live, but you always say you don't believe in love."

Arka mendekatkan langkah kakinya ke belakang Aleyna. Alternatif, selera musiknya unik, Arka membatin saat mendengar gumaman Aleyna. Arka juga mengetahui lagu yang dinyanyikan Aleyna. Tentu saja, karena Arka menyukai penyanyi lagu tersebut walaupun bukan ini lagu kesukaannya.

Kalau dilihat dari seberang jalan, Arka sekarang benar-benar seperti penculik anak-anak. Tubuh Aleyna yang mungil dan gaya berpakaiannya yang bisa dibilang manis untuk ukuran mahasiswa sangat mendukung hal tersebut.

Penguntit amatiran tersebut mengikuti Aleyna seperti anak ayam mengikuti induknya. Itu karena Arka belum terlalu memahami jalanan Seoul. Cara pulang bisa dipikirkan nanti, yang terpenting si gadis cantik menarik hati hanya berada beberapa langkah di depannya.

Arka mengerutkan dahinya ketika Aleyna berhenti di depan stasiun kereta apiㅡBungcheon Station. Arka tetap mengikuti Aleyna dari belakang dan berpikir mungkin rumah Aleyna ada di suatu tempat tujuan salah satu kereta di stasiun ini.

Jangan samakan Seoul dengan Jakarta. Di Seoul tiket kereta bisa didapatkan secara otomatis lewat mesin, tidak perlu berdesak-desakan untuk mengantre seperti di Indonesia. Bahkan di sini sangat tertib dan keamanannya tinggi. Tetapi walaupun seperti itu, tetap saja seorang Arka tidak paham cara memakai mesin tiket. Ini pertama kalinya dia berjumpa mesin tiket yang canggih. Maklum saja karena dirinya merupakan perantau Indonesia yang baru satu minggu berada di Seoul.

"Kenapa, Ka? Nyasar?"

Glory menjadi satu-satunya bala bantuan bagi Arka. Laki-laki bertubuh kurang tinggi tersebut memang merupakan mahasiswa asli kampus mereka sejak semester pertama, tidak seperti Arka yang hanya menjadi mahasiswa pertukaran.

"Pesan tiket kereta gimana caranya?"

"Buset, lo mau ke mana?"

Glory merupakan pemuda asli Semarang. Namun, anak-anak Indonesia yang berkuliah di Seoul kebanyakan dari ibukota, sehingga Glory mencoba menyesuaikan diri menggunakan gue-lo agar bisa mengakrabkan diri, katanya.

"Gue nggak ada waktu. Buru!" desak Arka karena takut kehilangan jejak Aleyna.

"Beli e-ticket aja langsung, bilingual Korean-English kok. Eh, Kaㅡ"

Arka memutuskan sambungan teleponnya sepihak dengan Glory dan segera mengutak-atik mesin tiket di hadapannya. Setelah menemukannya, laki-laki tersebut malah bingung memilih tiket tujuan.

"Aleyna ambil tiket ke mana?" gumam Arka seraya menajamkan pandangan mencari keberadaan Aleyna. "Eul-ji-ro 1-ga Station," ejanya ketika menangkap sosok Aleyna yang berjalan melewati pintu bertuliskan tujuan tersebut.

Untung Arka lumayan jago bahasa Inggris, jadi dirinya tidak terlalu lama terperangkap bersama mesin tiket. Terima kasih untuk kursus tiga bulan yang diikuti Arka di Indonesia sebelum resmi menjadi mahasiswa pertukaran di Seoul.

Setelah mendapatkan tiketnya, Arka bersorak kecil seperti mendapatkan tiket gratis untuk menonton konser Coldplayㅡsalah satu penyanyi idolanya. Arka langsung berlari menyusul Aleyna yang sudah masuk ke dalam kereta jurusan Euljiro.

Mata Arka terus memerhatikan Aleyna yang duduk di bangku pojok, tepat di seberang Arka. Laki-laki tersebut tidak bisa berhenti menyunggingkan senyumnya saat melihat Aleyna yang kadang terdiam atau kadang ikut menyanyikan lagu yang masih berputar lewat earphone di telinganya.

Arka mengabaikan pandangan orang-orang di kereta yang mungkin sudah menganggapnya gila karena sedang tersenyum tidak jelas. Padahal senyum Arka tersebut tentu ditujukan untuk si gadis berambut hitam di sana.

Arka tidak merasa bosan memandang wajah Aleyna sama sekali. Semakin lama dia memandang wajah Aleyna, Arka semakin merasakan geli di perutnya dan sensasinya itu lucu bagi Arka. Menurutnya, wajah Aleyna itu manis dan imut dalam waktu bersamaan. Arka yang candu melihat wajah Aleyna yang menenangkan dan cerah itu yakin kalau Aleyna adalah gadis yang ceria dan ramah.

"Arka yang ganteng, lo kenapa jadi gini?" gumam Arka pelan sambil kembali tersenyum salah tingkah dan merasa bahagia sendiri.

Gila!

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang