[5]

1.1K 237 24
                                    

ARKA DAN KEANEHANNYA

:::::

Aleyna memiliki dua alasan yang membawanya pergi mengunjungi toko buku. Pertama, untuk mencari buku pelajaran atau pelengkap untuk akademiknya di sekolah. Kedua, untuk mengisi kehampaan hasratnya akan bau novel-novel baru.

Itu alasan lama ketika dirinya berusia 15 tahun dan masih menyukai kuncir kuda pada rambutnya. Sekarang Aleyna menambah satu alasan berbeda lainnya yang membuat Aleyna pergi mengunjungi toko buku, yaitu Dennies.

Saat Aleyna merindukan Dennies, Aleyna akan menghibur dirinya dengan membaca novel roman. Saat Aleyna merindukan Dennies, Aleyna akan menenangkan dirinya dengan membeli novel roman. Saat Aleyna merindukan Dennies, Aleyna akan mengenang cerita mereka dengan mengunjungi toko buku pada bagian novel roman.

Ah, Dennies! Betapa merindunya seorang Aleyna sehingga rela menikmati 41 menit di dalam kereta demi mengunjungi toko buku terbesar di Seoul, Kyobo Bookstore.

Arka dengan tampang tidak tahu apa-apa yang tercetak jelas di wajahnya, masih mengikuti Aleyna yang mengelilingi bagian-bagian novel di toko buku. Laki-laki tersebut hilang akal melihat Aleyna yang hanya berputar-putar, membuka novel sebentar, mendengus kesal, lalu mengulanginya lagi sampai Aleyna menghilang dari pandangannya. Aneh dan aneh. Namun, enak dipandang.

Dasar Arka!

"Still being my stalker?" Suara yang harusnya disenangi Arka justru mengejutkan laki-laki tersebut.

Aleynaㅡentah sejak kapan sudah berdiri di belakang Arka yang menghadap ke deretan komik. Arka bergeming, dirinya ragu untuk berbalik menghadap Aleyna. Bagaimana kalau saat dia berbalik, Aleyna justru menimpuknya dengan novel tebal atau sekadar menarik telinganya tiba-tiba? Kalau Aleyna mau menarik telinganya, Arka tentu senang. Skinship, siapa yang tidak mau mendapatkannya?

"Ah... Eeng... I'm looking for cooking recipe books, kok," jawab Arka asal-asalan dan tak sadar mencampur bahasanya. Dia tampak bodoh dengan mengangkat sebuah buku resep makanan, dihiasi cengiran lebar di wajahnya.

"Memangnya paham buku berbahasa Korea? Aku kira kamu sudah mengikuti aku dari gerbang kampus tadi," celetuk Aleyna sengaja berbahasa Indonesia. Aleyna ingin melihat bagaimana reaksi laki-laki di hadapannya. Kabur, mengelak, atau mungkin memukulkan kepalanya ke deretan komik mahnwa berbahasa Korea di sana.

Arka menelan ludahnya kasar. Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan ritme yang sangat cepat. Horor tatkala mendengar gadis Korea tersebut berbicara dengan bahasanya. Arka memberanikan diri untuk berbalik. Laki-laki tersebut sengaja mengusap rambutnya ke belakang ketika dia berbalik menghadap Aleyna. Pasti nih bule Korea langsung kicep, Arka berpikir sekaligus berada di dunia khayalannya.

"Hai." Arka menyapa Aleyna dan berharap gadis tersebut terpesona atau paling tidak sedikit tersenyum melihat adegan Arka memainkan rambutnya dan menyapa ramah gadis tersebut.

"Cowok aneh. Semakin mirip penguntit." Dua kalimat yang menohok langsung ditujukan Aleyna dengan tatapan datarnya kepada Arka. Singkat, padat, jelas, dan mantap di jiwa.

Rasanya kepala Arka langsung mengepulkan asap karena panas yang sekarang dirasakannya. Kalau ada cermin di sekitar sini, Arka pasti bisa melihat wajahnya yang sekarang sudah memerah. Aleyna menebak dengan pasti kalau Arka sangatlah malu. Itu lebih baik karena Aleyna sudah risih diikuti sejak tadi.

Aleyna menyadarinya karena Arka itu bukanlah penguntit handal. Laki-laki tersebut lebih seperti orang kehilangan arah dan memilih mengikuti siapa saja yang terpenting dirinya bisa selamat. Bagaimana tidak? Sejak tadi Arka mengikuti Aleyna dalam jarak yang dekat. Bukannya takut kehilangan jejak, tetapi takut dirinya akan tersesat di tengah kota sepadat Seoul.

Hanya malu sesaat, Arka sekarang melebarkan senyumnya menatap Aleyna. Aleyna mengernyit bingung memandang Arka. Arka berjalan mendekati Aleyna. Aleyna mengambil langkah mundur menjauhi Arka.

"Lo bisa ngomong Indonesia?" Arka dengan tampang mengesalkannya di mata Aleyna, memegang kedua bahu gadis tersebut tanpa aba-aba. Bahkan dia tersenyum menampakkan deretan gigi putih porselennya.

Aleyna langsung menyingkirkan kedua tangan Arka dengan cepat. "Michin namja," desis Aleyna menatap tajam Arka.

Arka kembali menampakkan cengiran anehnya kepada Aleyna. Benar-benar gila, mengerikan, menyebalkan, dan konyol di mata seorang Aleyna. Arka pagi tadi dan Arka yang di hadapannya sekarang sangat berbeda. Mana yang benar, Aleyna tidak mengetahuinya.

Begitu pun Arka yang memandang Aleyna. Aleyna yang tadi pagi dan Aleyna yang di hadapannya sekarang sangat berbeda. Perbedannya terletak pada tingkat ketajaman laser mata dan kepedasan kalimat yang keluar dari bibir mungil Aleyna. Mana yang benar, Arka pun juga tidak mengetahuinya.

Tidak banyak bicara dan tidak mengambil pusing, Aleyna berbalik dan melangkahkan kakinya keluar Kyobo Bookstore. Aleyna menahan hasratnya untuk berlama-lama di sini karena penguntit itu pasti tidak akan pergi begitu saja. Bahkan Aleyna menghitung mundur di dalam hatinya, "satu...dua...tiga..."

"Ale!"

Tebakan Aleyna meleset!

Arka tidak memanggil dirinya, tetapi entah kepada siapa laki-laki itu berteriak. Aduh, Aleyna merasa malu. Padahal Aleyna mengira Arka akan memanggil dirinya karena Arka tentu tidak mengetahui jalan pulang dari Kyobo Bookstore. Seperti lirik lagu salah satu band asal Indonesia, aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Lucu kalau membayangkan Arka tiba-tiba bernyanyi seperti itu. Mengingatkan Aleyna kepada Attaya yang terkadang suka melantunkan lagu tersebut berulang-ulang.

"Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, aku tanpamu butiran debu~"

Aleyna bergidik mendengar suara Arka yang mendekat ke arahnya. Aleyna mempercepat langkah kaki mungilnya menyisiri trotoar jalan. Dirinya tidak menyangka kalau laki-laki tersebut tiba-tiba bernyanyi seperti di pikirannya. Aleyna menarik pemikirannya tentang betapa lucu kalau Arka benar-benar bernyanyi, nyatanya hal tersebut sangat horor untuk didengar.

"Ale!"

Sekali lagi Aleyna mendengar Arka berteriak memanggil seseorang. Namun, langkah Arka justru semakin mendekat ke arahnya.

"Aleyna Kim!"

Layaknya dipanggil oleh temannya, Aleyna otomatis berhenti dan berbalik menghadap ke Arka dengan tampang yang sulit dijelaskan. "Kamu memanggil siapa? Si Ale atau aku, Aleyna?"

"Gue manggil lo. Ale alias Aleyna alias Aleyna Kim alias Miss Kim. Siapa lagi coba?" Arka berhenti, tersenyum karena akhirnya Aleyna berbalik menghadapnya.

Sabar Aleyna, tarik napas kamu pelan-pelan, lalu keluarkan pelan-pelan. Aleyna berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Nama aku itu Aleyna, bukan Ale. Kalau kamu memanggil aku karena kamu nggak tahu jalan, ikut aja dari belakang. Dua meter!" Aleyna mengarahkan dua jarinya ke arah Arka. Gadis tersebut pun berbalik dan melangkahkan kakinya kembali menuju stasiun kereta bawah tanah.

"Dua meter mah masih dekat atuh, Neng Ale."

Aleyna benar-benar tidak paham dengan segala tingkah laku Arka. Durian runtuh tetapi berlubang dimakan tupai sudah menimpa dirinya. Aleyna menyesal membantu laki-laki di swalayan kampus pagi tadi. Ternyata laki-laki tersebut adalah seorang mahasiswa pertukaran dari Indonesia yang bersikap sangat aneh seperti demikian, atau mungkin laki-laki tersebut memang benar-benar aneh.

"Ale, tunggu!"

"Berhenti memanggilku Ale. Ikut aja, ribet banget, sih!"

Sang penguntit gagal tersebut malah tersenyum mendengar Aleyna yang mendengus sebal. Dirinya terus mengikuti Aleyna yang berjalan cepat dua meter di hadapannya.

Ale, oh Ale. Arka bahagia karena kamu ternyata memilki darah yang sama seperti dirinya. Darah yang berasal dari tanah air Indonesia.

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang