SEBUAH PERTEMUAN DI PAGI HARI
:::::
Kalau biasanya di teen fiction yang pernah Aleyna baca, pagi dari sang pemeran utama perempuan selalu diawali dengan bangun pagi, bersiap-siap, sarapan bersama keluarga, dan berangkat ke sekolah. Atau bisa juga terlambat bangun, tidak sarapan, dan berakhir dengan seorang kakak kelas bad boy yang mengajak bolos bersama.
Pagi yang seperti itu hanya ada di dalam teen fiction. Aleyna sudah menjadi mahasiswa dan adegan seperti itu tidak cocok untuk Aleyna. Makanya, adegan pagi seorang Aleyna itu adalah bangun pagi, memasak sarapan dan membersihkan rumah. Ya, anggap saja itu sudah tugas Aleyna sebagai anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan di keluarga mereka.
"Jam kuliah pagi, Kak?" Aleyna melemparkan pertanyaan pertamanya kepada Attaya yang baru saja keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi.
Attaya menganggukkan kepalanya dan menarik salah satu kursi di meja makan. Anak nomor dua di keluarga mereka itu pun mulai melahap nasi goreng buatan Aleyna. Namun baru satu suapan, Aleyna sudah menginterupsi Attaya untuk menghentikan suapannya. "Tunggu Kak Arfael dulu!" ucap Aleyna lagi.
Attaya mendengus sebal karena kebiasaan Aleyna ini. Hidup jauh dari orangtua mereka yang tinggal di Indonesia memang tidak merubah sikap manja Aleyna. Dirinya selalu akan memulai sarapan, makan siang ataupun makan malam kalau anggota keluarga sudah berada di meja makan. Aleyna ingin memperpanjang hidup bersama keluarganya. Makan merupakan salah satu hal wajib untuk memperpanjang hidup, bukan?
"Tuh Kak Arfael udah siap, 'kan? Selamat makan!" teriak Attaya dan langsung kembali menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya. "Delicious as always," ucap Attaya di detik selanjutnya yang membuat Aleyna tersenyum.
Arfael ikut bergabung bersama mereka setelah mengusap pelan kepala Aleyna sebagai tanda terima kasih untuk sarapan yang dibuat. Mereka bertiga pun menikmati sarapan mereka dengan lahap, beriringan dengan matahari di luar sana yang semakin mengarak naik ke atas.
"Kamu kemarin habis dari toko buku lagi, Aleyna?" tanya Arfael di sela sarapan mereka.
Aleyna menghentikan gerakan tangannya yang ingin memotong telur dadar di hadapannya. Setelah mendengar pertanyaan Arfael, Aleyna sadar ke mana arah pembicaraan kakak pertamanya itu.
"Iya. Melihat-lihat novel terjemahan," jawab Aleyna. Aleyna tidak berbohong, kemarin dirinya memang sempat melihat beberapa novel terjemahan dengan stiker New York Times Best Seller di sampul depannya.
Attaya yang mau tidak mau pun, ikut terlibat percakapan dua orang adik kakak di hadapannya itu. "Kalau tujuan kamu ke toko buku cuma untuk mengenang atau melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan cowok itu, lebih baik kamu nggak ke sana, Aleyna."
Aleyna benar-benar menghentikan sarapannya. Diletaknya sendok makan dan Aleyna segera meneguk susu di hadapannya sebanyak dua kali tegukan. "Terus aku harus gimana? Aku punya alasan sendiri buat pergi ke mana aku mau. Please stop treat me like I'm a fifteen years old," balas Aleyna kepada Attaya.
"Tapi kalau alasan kamu selalu karena ingin mencari cowok itu, Kakak nggak setuju. Apa Kakak harus bayar orang buat selalu mengawasi tingkah kamu, Aleyna Kim?" tanya Attaya kali ini lebih tegas.
Aleyna yang mendengar ucapan Attaya, langsung menatap kakaknya yang bersahabat dengan Anya tersebut. "Iya. Alasan aku emang selalu dia, Kak. Aku udah kehilangan alasan lain buat ke sana. Jangan salahin aku, aku aja benci sama diri aku sendiri yang nggak tahu gimana caranya berhenti," pungkas Aleyna dengan nada suara meninggi. Aleyna benar-benar tidak suka kalau mengingat kembali hal tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/95740297-288-k245896.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA
Ficção GeralAda satu masa ketika Aleyna merasa hatinya sedang bermain-main dengannya. Mengalami perpisahan dan menorehkan kenangan tak terlupakan dalam satu waktu, membuat Aleyna percaya bahwa menjadi setia untuk menunggu adalah takdir semesta untuknya. Lalu, a...