[19]

713 187 47
                                    

MENYELAM DAN TENGGELAM

:::::

Dennies bergegas menyeberangi jalan menuju kafe yang terletak di seberang kantornya, Aire Jurnalism Company. Laki-laki berperawakan tinggi tersebut segera masuk ke dalam dan memesan menu kesukaannya dan segelas kopi hitam tanpa gula. Istirahat makan siang yang hanya 30 menit cukup membuat Dennies harus segera mengisi perutnya.

Dennies memilih duduk di bagian sudut kafe jauh dari jendela. Kalau biasanya orang lebih memilih duduk di dekat jendela agar dapat menikmati kegiatan lalu-lalang manusia, tidak dengan Dennies. Laki-laki tersebut lebih memilih menjauhkan diirnya dari kebisingan dan keramaian. Dirinya tidak suka itu sejak awal, dan rasa ketidaksukaannya semakin bertambah sejak kejadian tiga tahun yang lalu.

"Your order, Sir," ucap pelayan kafe dengan name tag Jeon Wonwoo tersebut.

Dennies menganggukkan kepalanya dan menyesap nikmat kopi hitam tanpa gulanya. Nikmat karena pahit, berhasil membantu dirinya untuk tidak merasakan pahit hidup hanya di perasaannya saja, tetapi juga di indera pengecapnya.

Kring!

Bunyi lonceng kafe berhasil menarik perhatian Dennies seperti pelanggan lainnya yang menolehkan kepala mereka ke arah pintu kafe. Dennies dapat melihat seorang wanita dengan gaya berpakaian modis untuk ukuran masyarakat Seoul ataupun pendatang biasa. Dennies tidak bisa mengabaikan eksistensi wanita tersebut begitu saja, dirinya seakan pernah melihat wajah anggun itu tetapi entah di mana.

Wanita tersebut berjalan ke konter pemesanan. Kemudian menyambangi meja yang terletak tepat dua meja di samping Dennies. Sembari menelan creamy puff bread miliknya, Dennies masih mencoba melirik wanita tersebut.

"Your oder, Miss." Pelayan Wonwoo mengantarkan pesanan wanita tersebut. Cukup cepat karena dia hanya perlu mengambil roti dari dalam etalase dan membuat segelas minuman segar

"Can I have a glass of herbal tea? But you can serve it after my friend arrive here," pinta wanita tersebut tersenyum anggun.

Pelayan Wonwoo menganggukkan kepalanya dan segera meninggalkan meja. Menyisakan si wanita dengan secangkir lemonade ice dan sepotong chocolate brownie.

Sekarang Dennies kembali memfokuskan pandangannya ke gelas kopi hitam tanpa gulanya. Beberapa kali Dennies menghela napas berat tatkala memorinya kembali kepada kejadian-kejadian yang selama empat tahun ini dialaminya. Benar kata Dean, teman satu kampusnya dahulu. Orang yang terlihat sangat ceria, justru terkadang adalah orang yang paling banyak memendam luka.

Kembali ke sosok Dennies di tahun 2013, ketika laki-laki tersebut sangat semangat menjalani masa mudanya. Menempuh pendidikan di universitas bergengsi, melakukan hobinya dengan bahagia, dan bertemu dengan orang-orang yang mau berbagi pikirannya berhasil membuat hidup Dennies lebih berwarna. Tentu saja selain karena si gadis kecil penyuka novel yang bertemu atas ketidaksengajaan dengannya dulu.

Namun, selalu akan ada hal yang menjadi titik balik di kehidupan. Titik balik tersebut berhasil menghempas Dennies, jatuh sedalam-dalamnya, dan merusak segala kepingan masa depan yang direncanakannya. Titik balik kehidupan Dennies membawa luka dan perubahan drastis bagi dirinya. Laki-laki tersebut mulai meninggalkan kegemarannya karena tak bisa merasakan kedamaian lagi ketika melakukannya. Dirinya mulai mencoba-coba untuk merokok dan bertindak bebas tanpa tujuan.

Arfael yang membuat Dennies menginjakkan kaki di Negeri Gingseng ini. Saudara tertua Aleyna tersebut memboyong Dennies karena ijazah sarjana serta bakatnya. Mereka merupakan alumni dari almamater yang sama. Arfael awalnya mencari seseorang yang bisa menjadi copy-editor di kantor jurnalis tempat dia bekerja di Seoul saat dirinya naik jabatan menjadi editor assistent. Arfael menemukan Dennies lewat Ikatan Alumni kampusnya. Seseorang merekomendasikan Dennies, karena selama berkuliah dulu Dennies aktif di Pers Mahasiswa dan pernah membuka blog pribadinya.

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang