ALEYNA ITU PEREMPUAN EGOIS
:::::
Arka tidak memberikan jawaban atas pertanyaan Aleyna, berhasil membuat kekesalan gadis tersebut bertambah. Tidak cukupkah Anya, Kylie, dan Glory saja? Sekarang Arka masuk ke dalam jajaran manusia mengesalkan khusus hari ini.
"Kenapa cuma diam?" Arka membuka suara dan memecahkan keheningan di antara kebisingan jalan Seoul.
Aleyna mendengus pelan, tidak berniat untuk menjawab pertanyaan laki-laki tersebut. Merasa tidak dihiraukan, Arka kembali membuka suaranya.
"Gue membuat keributan karena ninju teman gue di tengah-tengah kuliah umum mahasiswa pertukaran, Ale. Gue nggak tahu kalau Kak Attaya itu asisten dosen di salah satu Kelas Internasional," jelas Arka mengencangkan suaranya. Arka menebak kalau Aleyna kesal karena dirinya mengacuhkan pertanyaan gadis tersebut.
"Bukan urusan aku," balas Aleyna ketus yang disambut kerutan di dahi Arka.
"Tadi lo nanya ke gue, jadi gue jawab dong, Ale," ucap Arka. Laki-laki tersebut merasa sepertinya Aleyna sedang dalam keadaan yang tidak bersahabat.
"Sekarang ini mau ke mana? Aku harus ketemu Kak Irish dan kamu datang rusakin rencana aku," kata Aleyna menatap Arka melalui kaca spion motornya.
Arka membalas tatapan Aleyna dari kaca spion. Menangkap guratan kesal di wajah gadis tersebut. "Temani gue keliling Seoul. Kalau balik ke kampus, gue bakal dicari kakak lo dan mungkin bakal kena tinjuan mentah dari teman yang gue tonjok itu," jawab Arka sambil menarik senyuman tipis dari bibirnya.
"Bisa kamu berhenti di sini aja? Aku bisa ambil taksi buat balik ke rumah. Seenggaknya di rumah aku bisa tenang," pinta Aleyna yang mulai merasa risih dengan Arka. Tentu saja dia akan menolak tawaran laki-laki itu.
Arka tertawa pelan mendengar pinta Aleyna. Terdengar lucu di telinga Arka bagaimana Aleyna berbicara saat sedang kesal. "Kenapa harus pulang kalau gue bisa buat lo tenang? Kalau lo berani, ya lompat aja dari motor ini," tawar Arka sambil tersenyum jahil.
"Menyebalkan!" desis Aleyna pelan yang masih bisa didengar oleh Arka.
Arka harus bisa memanfaatkan waktu berdua dengan Aleyna sebaik-baiknya. Keberuntungan tidak akan datang dua kali secara berdekatan. Kapan lagi Arka bisa menikmati Seoul dengan si cantik yang sukses menarik perhatiannya sejak awal bertemu ini?
***
Mereka berhenti di tepi sungai kebanggaan warga Seoul, Sungai Han. Aleyna merapikan sedikit roknya. Arka tidak memasangkan jaketnya seperti kemarin sehingga bagian rok belakang Aleyna benar-benar kusut. Arka pun memandang Aleyna yang sekarang sibuk merapikan rambutnya.
"Kenapa?" tanya Aleyna kesal melihat Arka memandangnya diam-diam. Sepertinya Aleyna tidak bisa membaik begitu saja.
Arka hanya menanggapinya dengan tertawa. Arka lagi-lagi berhasil membuat Aleyna mendengus dan berjalan meninggalkan Arka ke arah bangku yang tersedia di pinggir Sungai Han.
Arka mengikuti Aleyna dari belakang. Melihat langkah kecil kaki Aleyna, membuat Arka gemas sendiri. Ingin rasanya laki-laki tersebut berlari ke arah Aleyna dan merangkul tubuh mungil tersebut dari samping. Lucu. Arka benar-benar terjatuh ke dalam pesona aneh milik Aleyna secepat itu.
Hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan di antara mereka berdua. Aleyna hanya diam menatap sungai yang terlihat seperti berlian karena memantulkan cahaya matahari. Aleyna menarik napasnya pelan, pikirannya mengulang kembali kejadian di koridor kampus hari ini.
Sedangkan Arka memilih untuk mengabaikan pemandangan di hadapannya. Dia lebih senang memandang wajah seorang Aleyna dari samping seperti sekarang. Berpikir sebentar, Arka mencoba berbicara kepada Aleyna.
"Lo ada masalah? Mungkin bisa cerita ke gue," tanyanya berusaha terlihat bersahabat. Menjalin pertemanan bukanlah hal yang sulit bagi seorang Arka.
Namun, tentu saja hal itu tidak akan berlaku pada Aleyna. Ucapan Arka justru membuat Aleyna memejamkan matanya. Laki-laki di sampingnya ini benar-benar memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.
"Enggak ada yang perlu aku ceritakan ke orang yang baru aku kenal," balas Aleyna dingin dan kembali membuka matanya.
Arka mendengus pelan. Mendekati Aleyna sepertinya sulit bagi Arka. "Jadi, kenapa kita nggak temenan aja? Dengan itu lo bisa kenal gue, begitupun sebaliknya," tawar Arka memberanikan diri.
"Kenapa kamu selalu paying attention ke aku, Arka?" Pertanyaan tiba-tiba Aleyna berhasil membuat Arka terdiam. Aleyna mengangkat kepalanya dan menatap Arka dengan tatapan datar. "Kalau itu cara agar kamu bisa berteman dengan aku, aku rasa cukup. Cukup sampai sini aja kamu kenal aku, oke? Emangnya kamu nggak ada kepikiran sebelumnya bagaimana kalau ternyata aku udah punya pacar?" jelas Aleyna lagi yang berhasil membuat Arka terkesiap sesaat.
Arka memang tidak berpikir hingga ke sana. Dia hanya memikirkan bagaimana caranya bisa mengenal Aleyna. Bisa saja alasan buruknya suasana hati Aleyna hari ini adalah karena gadis tersebut sedang bertengkar dengan kekasihnya.
"Maaf kalau gue terlalu maksa," gumam Arka pelan.
"Kamu nggak salah, tapi aku mau kamu mengerti kalau setiap orang punya hak buat membangun batasan hubungannya dengan orang lain," ucap Aleyna terkesan membingungkan.
Arka mengerutkan dahinya mendengar ucapan Aleyna. Arka pun berasumsi kalau sepertinya Aleyna secara tidak langsung membangun tembok di antara mereka. Apa secepat itu Aleyna membatasi dirinya terhadap Arka? Bahkan Arka saja belum mengetahui jurusan kuliah Aleyna.
"Bisa kamu mengantar aku pulang, Arka? Untuk terakhir kali mungkin," pinta Aleyna dan berdiri dari tempat duduknya.
Arka berdeham pelan yang membuat Aleyna memandang Arka. "Kenapa untuk terakhir kali, Ale?" tanya Arka menatapnya tajam.
Aleyna mengerutkan dahinya. Menghadapi seorang Arka yang serba ingin tahu dan selalu beralasan haruslah sabar. "Aku udah bilang, setiap orang punya hak untuk membangun batasan dan aku lagi melakukannya sekarang. Banyak mahasiswa Indonesia di sini dan aku nggak kenal mereka. Itu nggak memberi pengaruh apa-apa untuk aku, begitupun kamu," jelas Aleyna tersenyum hambar.
Arka merasa Aleyna benar-benar dalam keadaan yang tidak baik. Masalah apa yang membuat Aleyna menjadi seketus ini? Bahkan senyuman yang Aleyna berikan sejak tadi hanya senyuman hambar. Tidak seperti senyuman manis yang membuat Arka terpikat kepada Aleyna di hari pertama kelopak azalea jatuh di antara mereka berdua.
"Lo yakin cuma sebatas ini sesi perkenalan kita, Ale? Lo udah berhasil membangun batasan antara lo dan gue, kok. Dengan dinginnya lo menolak ajakan berteman dari cowok yang awalnya senang karena bisa ketemu orang Indonesia di sini." Arka sedikit menyelipkan nada sinis di setiap kalimatnya.
Aleyna memandang Arka tajam. Dirinya merasa sedikit tidak terima dengan ucapan Arka. Setidaknya Aleyna tulus saat berkenalan dengan Arka waktu itu. Namun, keingintahuan Arka dan sifat aneh laki-laki tersebut justru yang membuat Aleyna ingin membatasi diri.
"Yakinㅡ" jawab Aleyna, "ㅡhanya sebatas ini. Baiklah kalau gitu, sepertinya nggak ada sesi mengantar aku pulang untuk terakhir kali. Terima kasih, Arka," ucap Aleyna dingin dan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Arka.
Arka tertawa hambar mendongakkan kepala ke atas. Diangkatnya ujung bibir sambil memandang Aleyna yang semakin menjauh.
"Mantap! Gue benar-benar jadi sebatang kara di sini. Setelah gue melayangkan tinju ke Glory, sekarang gue kehilangan Ale, si cewek manis tapi sayang egois dan apatis!" gumam Arka sambil memerhatikan Aleyna yang memasuki sebuah taksi.

KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA
Художественная прозаAda satu masa ketika Aleyna merasa hatinya sedang bermain-main dengannya. Mengalami perpisahan dan menorehkan kenangan tak terlupakan dalam satu waktu, membuat Aleyna percaya bahwa menjadi setia untuk menunggu adalah takdir semesta untuknya. Lalu, a...